b. Meneliti setiap usulan perpanjangan waktu perjanjian pembiayaan,
termasuk alas an perpanjagan serta prospek masa depan likuiditas keuangan debitur yang pembiayaannya diusulkan untuk perpanjangan.
c. Meneliti setiap usulan pemberian tambahan pembiayaan kepada debitur
lama, termasuk alasan pemberian tambahan pembiayaan, prospek masa depan likuiditas keuangan debitur dan kondisi serta nilai jaminan
tambahan. d.
Meneliti kelengkapan dan ketelitian dokumen pembiayaan yang diperlukan untuk mendukung perjanjian pembiayaan.
e. Meneliti sebab musabab munculnya pembiayaan bermasalah dari debitur
tertentu dan mengajukan cara penanganan yang paling menguntungkan bank.
f. Menjamin tatacara bank menangani setiap pembiayaan yang diajukan
calon debitur manapun, tetap konsisten memenuhi standar peraturan yang telah dilakukan.
Dengan dibentuknya komite pembiayaan merupakan suatu upaya yang tepat untuk mengantisipasi masuknya nasabah yang tidak layak untuk
mendapatkan pembiayaan.
3. Aspek Teknik
Umumnya murabahah diadopsi untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada nasabah guna pembelian barang meskipun mungkin
nasabah belum memiliki uang untuk membayar. Murabahah sebagaimana
yang digunakan di perbankan syariahlembaga keuangan Islam-BMT, prinsipnya didasarkan pada dua elemen pokok: harga beli serta biaya yang
terkait, dan kesepakatan atas mark-up laba. Ciri yang mendasar pada kontrak murabahah sebagai jual beli dengan pembayaran tunda adalah; pertama
pembeli harus mengetahui biaya-biaya yang terkait dengan harga asli barang, batas laba mark-up harus ditetapkan dalam bentuk presentasi dari total harga
plus biaya-biayanya; kedua, apa yang dijual adalah barangkomuditas; ketiga, barang yang diperjual belikan harus ada dan dimiki oleh penjual, dan penjual
harus mampu menyerahkan barang itu kepada pembelianya; keempat, pembayaran ditangguhkan.
Pembiayaan murabahah yang dilakukan BMT Al-Fath IKMI, bisa
memberikan barang, dan bisa juga memberikan uang. Adapun teknis pembiayaan murabahah dengan pemberian uang adalah sebagai berikut:
a. BMT membelikan barang yang dibutuhkan nasabah pada supplier atau
menunjuk nasabahnya sebagai agen pembelian barang yang dimaksud atas nama BMT, dan BMT membayar sejumlah harga barang. Pembayaran
harga barang diangap sah jika dilengkapi dengan kwitansi, tangihan atau dokumen sejenis.
b. BMT selanjudnya menjual barang kepada nasabah dengan harga yang
telah disepakati bersama, yaitu harga pembelian ditambah margin keuntungan.
c. Nasabah membayar harga barang dengan cara angsuran selama jangka
waktu yang telah disepakati. Dari ilustrasi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pihak BMT Al-
Fath IKMI menggunakan system muarabahah kepada pemesanan pembelian, karena model ini semata-mata digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembeli
yang memesannya.
B.
Perhitungan Pembiayaan Murabahah
.
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan.
Dalam murabahah berdasarkan pesanan, BMT melakukan pembelian barang
setelah ada pemesanan dari nasabah, dan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya BMT dapat meminta
uang muka pembelian kepada nasabah. Dalam kasus jual beli biasa, misalnya seseorang ingin membeli barang
tertentu dengan spesifikasi tertentu, maka sipenjual akan mencari dan membeli barang yang sesuai dengan spesifikasinya, kemudian menjualnya dengan si
pemesan.
47
1. Metode penentuan profit margin
Ada empat metode penentuan profit margin pada bisnis bank konvensional, yaitu: 1 mark-up pricing; 2 target-return pricing; 3
47
Adiwarman Karim, Bank Islam; Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009, hal.115