Syarat dan Rukun Murabahah

b Musytari pembeli. c Mabi‟ barang yang diperjualbelikan. d Tsaman harga barang. e Ijab qabul pernyataan serah terima. Para ulama fiqih sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual beli harus memenuhi syarat baligh dan berakal. Oleh sebab itu, jual beli yang dilakukan oleh anak kecil yang sudah mumaayyiz, menurut ulama Hanafiyyah, hukumnya sah jika akad yang dilakukan membawa keuntungan bagi anak tersebut, dan tidak sah membawa kerugian. 30 Syafi’i Antonio menambahkan bahwa selain syarat-syarat di atas terdapat syarat khusus yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut: a Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah. b Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. c Kontrak harus bebas dari riba. d Penjual harus menjelaskan kepada pembeli jika terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. e Penjual harus menyampaikan semua hal yang terkait dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. 30 Harun Nasrun, Fiqih Muamalat, hal.116. f Secara prinsif, jika syarat dalam poin a, b atau e tidak terpenuhi, maka pembeli memiliki pilihan sebagai berikut. 31 1 Melanjutkan pembelian seperti apa adanya. 2 Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual. 3 Membatalkan kontrak.

d. Operasional-teknik Murabahah di Lembaga Keuangan Syariah

Murabahah merupakan akad jual beli antara lembaga keuangan dan nasabah atas suatu jenis barang tertentu dengan harga yang disepakati bersama. Lembaga keuangan akan mengadakan barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah dengan harga setelah ditambah keuntungan yang telah disepakati. Guna memastikan keseriusannya untuk membeli, bank dapat mensyaratkan nasabah agar terlebih dahulu membayar uang muka. Nasabah membayar kepada bank atas harga barang tersebut setelah dikurangi uang muka secara angsuran selama jangka waktu yang disepakati, dengan memperhatikan kemampuan mengangsur ataupun arus kas usahanya. Pembayaran secara angsuran ini dikenal dengan istilah bai‟u bitsman ajil BBA. Baik harga jual maupun besar angsuran yang telah disepakati tidak berubah hingga akad pembiayaan berakhir. Tidak ada denda atas keterlambatan pembayaran angsuran penalty overdue. 31 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank syariah: Wacana Ulama dan Cendekiawan, Jakarta: Tazkia Institute, 1999, hal.122. Sehingga secara umum teknisaplikasi ba ‟i al murabahah dapat digambarkan dalam skema berikut ini: 1 1 Akad Murabahah 2 2 Bayar uang muka Rp 10 juta 3 Bank syariah Bayar angsuran CV Bima Amanah 6 Serahkan surat-surat ruko 7 Beli Ruko 400 juta beli ruko 420 juta 4 5 Gambar 2.1 Skema Murabahah: Contoh Aplikasi Perbankan Negosiasi Umumnya murabahah diadopsi untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada para nasabah guna pembelian barang meskipun mungkin si nasabah tidak memiliki uang untuk membayar. Murabahah , sebagaimana yang digunakan dalam perbankan syariah, prinsipnya didasarkan pada dua elemen pokok yaitu harga beli dan biaya terkait, dan kesepakatan mark-up laba. Ciri dasar kontrak murababah sebagai jual beli dengan pembayaran tunda adalah: 1 Pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan harga asli barang; batas laba mark-up harus ditetapkan dalam bentuk presentase dari total harga plus biaya-biayanya. 2 Apa yang dijual adalah barang atau komoditas, dan dibayar dengan uang. 3 Apa yang diperjualbelikan harus ada dan dimiliki oleh penjual, dan penjual harus mampu menyerahkan barang itu kepada pembeli. 4 Pembayarannya ditangguhkan. Murabahah seperti yang difahami di sini, digunakan dalam setiap pembiayaan dimana ada barang yang bisa diidentifikasi untuk dijual. Prinsip murabahah umumnya diterapkan dalam pembiayaan pengadaan barang investasi. Murabahah sangat berguna bagi seseorang yang membutuhkan barang secara mendesak tetapi kekurangan dana. Kemudian meminta kepada pihak yang memberi dana agar membiayai