Pengertian dan Hukum Murabahah

diperlukannya atas nama bank. Selanjutnya, pada saat bersamaan bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga asal ditambah dengan sejumlah keuntungan yang disepakati, dan dibayarkan oleh nasabah pada jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan antara bank dan nasabah. 17 Murabahah dalam pengertian Islam sebenarnya adalah sebuah penjualan yang sederhana, hanya saja yang membedakan ciri-cirinya dari macam-macam penjualan lain adalah penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan berapa keuntungan yang ia peroleh dalam penambahan harga tersebut kapada pembeli. Praktisi perbankan yang selama ini aktif di dunia perbankan Syari’ah, Muhammad Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa murabahah adalah jual beli barang pada harga awal dengan tambahan keuntungan margin yang telah disepakati. Dalam murabahah penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan tingkat keuntungan dengan tambahannya 18 . Pembelian murabahah meliputi pembelian barang oleh bank atas nama nasabah kemudian dijual kembali dengan harga dasar ditambah keuntungan. Pada prinsipnya murabahah dalam perbankan Islam didasarkan pada dua elemen pokok yaitu harga beli serta biaya yang 17 Sofiniyah Ghufron, Konsep dan Implementasi, Jakarta, Renaisan. 2005, h. 49 18 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Wacana Ulama dan Cendikiawan, Jakarta, Tazkia Institute, 1999, h. 121 terkait dan kesepakatan atas mark-up laba. Dengan penetapan ini bank meperlihatkan harga dan keuntungan marginnya kepada nasabah. Dalam transaksi murabahah, penjual bank juga harus memperlihatkan atau menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan dan tidak termasuk barang haram. Melalui akad murabahah, nasabah memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai terlebih dahalu. Dengan kata lain, nasabah yang memperoleh pembiayaan dari bank untuk pengadaan barang yang dibutuhkan. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Murabahah Muajjal cicilan dengan adanya penyerahan barang diawal akad dan pembayaran kemudian setelah awal akad, baik dalam bentuk ansuran maupun sekaligus lump sum. Menurut para Fuqaha murabahah didefinisikan sebagai penjualan barang seharga biayaharga pokok cost barang tersebut ditambah mark- up atau margin keuntungan yang disepakati. Karakteristik murabahah adalah bahwa penjual harus memberitahu pembeli mengenai harga pembelian produk dan mengatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya cost tersebut. 19 Dalam daftar istilah buku himpunan fatwa DSN Dewan Syariah Nasional dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan murabahah adalah 19 Wiroso. SE., MBA., Jual Beli Murabahah, Jakarta, UII Press. 2005, h. 13-14 menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. 20 Dari berbagai pengertian murabahah yang telah diungkapkan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian murabahah dapat dilihat dari sudut pandang fikih. Pertama murabahah merupakan akad jual beli atas barang tertentu dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian penjual mensyaratkan atasnya laba atau kentungan dalam jumlah tertentu. Adapun dari sudut pandang teknis perbankan, murabahah merupakan akad penyediaan barang berdasarkan akad jual beli, dimana bank memberikan kebutuhan investasi nasabah dan menjual kembali kepada nasabah ditambah dengan keuntungan yang disepakati. 21 Prinsip murabahah ini umumnya diterapkan dalam pembiayaan pengadaan barang investasi. Murabahah sangat berguna bagi seseorang yang membutuhkan barang secara mendesak tetapi kekurangan dana. Lalu kemudian meminta kepada pihak yang kelebihan dana dalam kasus ini LKMS agar membiayai pembelian barang tersebut dan bersedia menebusnya. Harga jual di dalam murabahah adalah harga pokok ditambah profit margin tingkat keuntungan yang disepakati. Dalam 20 Himpunan Fatwa DSN untuk Lembaga Keuangan Syariah, Penerbit Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia dan bank Indonesia. Edisi Ke-1. H. 21. 21 Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syariah, Jakarta: 1999, Hal. 33. transaksi jual beli murabahah ini LKMS Lembaga Keuangan Mikro Syariah bertindak bagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembiayaan. kesepakatan harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan tidak dapat berubah menjadi lebih mahal selama berlakunya akad. 22 b. Landasan Hukum Murabahah 1 Al-Quran. Murabahah termasuk kedalam salah satu bentuk jual beli. Landasan hukum murabahah bersumber pada Al- Qur’an dan As- Sunnah. Oleh karena itu murabahah diperbolehkan secara hukum, ini terlihat dalam QS An-Nisa 4: 29.                           Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesama dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. ” An-Nisa4: 29. Landasan lain tentang murabahah tertera dalam QS. Al-Baqarah 2 : 275. 22 Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksana Pembukaan kantor Cabang Syariah, Jakarta: Bank Indonesia, 1999, hal. 33.                                                    Artinya: “Orang-orang yang makan mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan stena lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata berpendapat, sesungguhnya jual beli itu saa dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu sebelum datang larangan; dan urusannya terserah kepada Allah. Orang yang kembali mengambil riba, maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mreka kekal di dalamnya ” Al-Baqarah2: 275. 2 Al-Hadits ْنع بأ يعس ِ رْ ْلا َّأ ل سر َللا - لص ها يلع ملس - لاق : امَّإ عْي ْلا ْنع ارت ا ر ق ي لا نْبا ْ جام ححص نبا ّا ح Artinya: Dari Abu Sa‟id Al-Khudri bahwa Rasulullah saw, bersabda; “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” HR. Al-Baihaqi dan Inu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban ْنع بْي ص يضر ها ع َّأ َي َلا لص ها يلع ملس لاق : الث َن يف كر ْلا : عْي ْلا لإ ،لجأ ، ضراقمْلا طْلخ ِر ْلا ريعَشلاب تْي ْلل , ال عْي ْلل - ا ر نْبا ْ جام ا ْسإب فيعض Artinya: Rasulullah bersabda “Tiga hal di dalamnya terdapat keberkahan, yaitu 1 menjual dengan pembayaran secara kredit 2 Muqaradhah nama lain dari murabahah 3 mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual.” Riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib. 23 Dari hadits di atas Nabi mengutarakan adanya satu keberkahan dalam tiga hal, salah satunya adalah jual beli secara tangguh, dimana dalam bertransaksi jual beli dengan memberikan masa tanggung dalam hal pembayaran tangguh, karena di dalamnya tersirat sifat berbaik hati, memberikan kemudahan dan memberikan pertolongan bagi orang yang membutuhkan, dengan cara penundaan pembayaran tersebut. Sama halnya dengan pemberian pembiayaan murabahah pada perbankan syariah. Abdullah Saeed mengatakan bahwa: Al-Quran tidak membuat acuan langsung berkenaan dengan murabahah, walaupun ada beberapa acuan di dalamnya tentang jual beli, keuntungan dan perdagangan. Demikian juga, tidak ada hadits yang memiliki acuan langsung 23 Sunan Ibnu Majah, Beirut Daar Al-Fikri, tth.. hal. 720 kepadanya dalam Al-Quran atau Hadits yang diterima umum, para ahli hukum harus membenarkan murabahah berdasarkan landasan lain. Imam Malik mendukung pendapatnya dengan acuan pada praktek orang-orang Madinah, yaitu: „Ada kesepakatan pendapat di sini Madinah tentang hukum orang yang membeli baju di sebuah kota, dan mengambilnya ke kota lain untuk menjualnya berdasarkan suatu keuntungan yang disepakati.‟ 24 Imam Syafi’I tanpa bermaksud untuk memulai pandangannya mengatakan “Jika seseorang menunjukan komoditas kepada seseorang dan mengatakan, „belikan barang seperti itu untukku dan aku akan memberikan keuntungan sekian. ” kemudian orang itu membelinya, maka transaksi itu sah”. 25 Fiqih mazhab Hanafi, membenarkan keabsahan murabahah berdasarkan syarat-syarat yang penting bagi keabsahan suatu jual beli ada dalam murabahah, dan juga karena orang memerlukannya. Fiqih dari mazhab Syafi’I cukup menyatakan, “murabahah adalah boleh tanpa ada penolakan sedikitpun.” 26

c. Syarat dan Rukun Murabahah

Adapun yang menjadi ketentuan terjadi syarat sahnya pelaksanaan jual beli murabahah adalah harus adanya unsur-unsur sebagai berikut: 24 Ibid., hal. 138. 25 Harun Nasrun, Fiqh Muamalat, Jakarta: Media Pratama, 2000. Hal.115. 26 Veithzal Rivai. Andrian Permata Veithzal, Islamic Financial Management, Hal.145. 1 Syarat murabahah a Syarat yang berakad ba‟i dan musytari cakap hukum baligh, berakal dan tidak dalam keadaan terpaksa. Jual beli yang dilakukan oleh anak kecil dan orang gila hukumnya tidak sah. Adapun anak kecil yang sudah mumayyiz menurut Ulama Hanafiah, hukumnya sah jika akad yang dilakukan membawa keuntungan bagi anak kecil tersebut, dan tidak sah jika membawa kerugian. 27 b Barang yang diperjualbelikan mabi‟ tidak termasuk barang yang haram dan jenis maupun jumlahnya jelas. Para Ulama membedakan as-tsaman dengan as- si‟ir. Menurut mereka, as-tsaman adalah harga pasar yang berlaku ditengah-tengah masyarakat secara aktual. Sedangkan as- si‟ir adalah modal barang yang seharusnya diterima para pedagang sebelum dijual ke konsumen. 28 c Harga barang tsaman harus dinyatakan secara transparan harga pokok dan komponen keuntungan dan cara pembayarannya disebutkan dengan jelas. d Pernyataan serah terima ijab qabul harus jelas dengan menyebutkan secara spesifik pihak-pihak yang berakad. 29 2 Rukun murabahah a Ba‟i penjual. 27 Harun Nasrun, Fiqih Muamalat,Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000, hal.117. 28 Ibid,. hal.118 29 Ibid., hal. 147 b Musytari pembeli. c Mabi‟ barang yang diperjualbelikan. d Tsaman harga barang. e Ijab qabul pernyataan serah terima. Para ulama fiqih sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual beli harus memenuhi syarat baligh dan berakal. Oleh sebab itu, jual beli yang dilakukan oleh anak kecil yang sudah mumaayyiz, menurut ulama Hanafiyyah, hukumnya sah jika akad yang dilakukan membawa keuntungan bagi anak tersebut, dan tidak sah membawa kerugian. 30 Syafi’i Antonio menambahkan bahwa selain syarat-syarat di atas terdapat syarat khusus yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut: a Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah. b Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. c Kontrak harus bebas dari riba. d Penjual harus menjelaskan kepada pembeli jika terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. e Penjual harus menyampaikan semua hal yang terkait dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. 30 Harun Nasrun, Fiqih Muamalat, hal.116.