Uji Koefisien Determinasi Hasil Uji t

83 pengolahan data, menggunakan Software SPSS 16.0 maka didapatkan suatu model regresi linear berganda dalam tabel 4.15 sebagai berikut: Tabel 4.15 Koefisien Regresi Linear Berganda Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardiz ed Coefficient s 95 Confidence Interval for B Correlations Collinearity Statistics Model B Std. Error Beta t Sig. Lower Bound Upper Bound Zero- order Partial Part Tolerance VIF Constant 15.657 2.641 5.927 .000 10.413 20.900 pengalaman audit .314 .153 .204 2.052 .043 .010 .618 .272 .205 .173 .714 1.401 independensi .441 .077 .698 5.749 .000 .289 .594 .412 .506 .484 .481 2.078 1 keahlian profesional .370 .082 .549 4.495 .000 .533 .206 .043 .417 .378 .475 2.103 a. Dependent Variable: pencegahan pendeteksian Sumber: Data primer yang diolah 2010 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai koefisien dari persamaan regresi. Dalam kasus ini, persamaan regresi berganda yang digunakan adalah: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + ε Keterangan: a = konstanta b = koefisien regresi Y = pencegahan dan pendeteksian kecurangan X 1 = pengalaman audit X 2 = independensi X 3 = keahlian profesional ε = standar error Dari output didapatkan model persamaan regresi: Persamaan model Y = 15.657 + 0.314X 1 + 0.441X 2 + 0.370X 3

1. Uji Koefisien Determinasi

84 Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel- variabel independen, yaitu pengalaman audit, independensi, keahlian profesional dalam menjelaskan variasi variabel dependen, yaitu pencegahan dan pendeteksian. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada kolom adjusted R square, yang ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary b Change Statistics Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Durbin- Watson 1 .565 a .320 .298 2.457 .320 15.036 3 96 .000 1.464 a. Predictors: Constant, keahlian profesional, pengalaman audit, independensi b. Dependent Variable: pencegahan pendeteksian Sumber: Data primer yang diolah 2010 Tabel 4.16 menunjukkan nilai R sebesar 0.565 atau 56.5. Hal ini berarti bahwa hubungan atau korelasi antara pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional adalah sedang karena berada dikisaran 0.40-0.599 Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro, 2007: 62. Nilai Adjusted R Square sebesar 0.298 atau 29.8, ini menunjukkan bahwa variabel pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan yang dapat dijelaskan oleh variabel pengalaman audit, independensi, dan keahlian profesional adalah sebesar 29.8, sedangkan sisanya sebesar 0.702 atau 70.2 1-0.298 dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini, yaitu 85 pengetahuan akuntan publik, kompetensi, komitmen organisasi, dan lain-lain.

2. Hasil Uji t

Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.17, jika nilai probability t lebih kecil dari 0.05 maka H a diterima dan menolak H 0, sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0.05 maka H diterima dan menolak H a. Tabel 4.17 Hasil Uji t Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig. Constant 15.657 2.641 5.927 .000 pengalaman audit .314 .153 .204 2.052 .043 independensi .441 .077 .698 5.749 .000 1 keahlian profesional .370 .082 .549 4.495 .000 a. Dependent Variable: pencegahan pendeteksian Sumber: Data primer yang diolah 2010 Hipotesis 1: Pengaruh pengalaman audit terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.17, variabel pengalaman audit mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.043. Hal ini berarti menerima H a1 sehingga dapat dikatakan bahwa pengalaman audit berpengaruh secara signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel pengalaman audit lebih kecil dari 0.05. 86 Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pengalaman audit berpengaruh signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Pengalaman yang diperoleh auditor dari lamanya bekerja sebagai auditor dengan banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan mempunyai pengaruh positif terhadap keahlian auditor dalam bidang auditing. Pengalaman audit dan pertimbangan etis mempengaruhi perilaku auditor dalam pencegahan dan pendeteksian penyajian laporan keuangan. Karena pada level pertimbangan etis yang lebih rendah, terdapat kecenderungan auditor untuk menerima permintaan klien dalam situasi konflik audit. Sebaliknya, pada level pertimbangan etis yang tinggi ada kecenderungan auditor untuk menolak tekanan manajemen klien. Dengan kata lain, individu dengan pengalaman audit yang sama sama-sama berpengalaman atau sama-sama kurang berpengalaman bisa memiliki pertimbangan etis yang berbeda sehingga akan berperilaku berbeda pula. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Suraida 2005. Hipotesis 2: Pengaruh independensi terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.17, variabel independensi mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.000. Hal ini berarti menerima H a2 sehingga dapat dikatakan bahwa 87 independensi berpengaruh secara signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel independensi lebih kecil dari 0.05. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Untuk meningkatkan independensi, auditor yang mendapat tugas dari kliennya diusahakan benar-benar independen, tidak mendapat tekanan dari klien dan tidak memiliki perasaan sungkan dengan kliennya sehingga dalam melaksanakan tugas auditnya benar-benar objektif dan dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Adanya perhatian terhadap kualitas audit dari auditor maupun Kantor Akuntan Publik KAP tersebut maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Elfarini 2007. Hipotesis 3: Pengaruh keahlian profesional terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.17, variabel independensi mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.000. Hal ini berarti menerima H a3 sehingga dapat dikatakan bahwa keahlian 88 profesional berpengaruh secara signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel keahlian profesional lebih kecil dari 0.05. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa keahlian profesional berpengaruh signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan. Seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan. Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual seperti dikemukakan oleh Lekatompessy 2003. Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Seorang akuntan publik yang profesional harus memenuhi tanggung jawabnya terhadap masyarakat, klien termasuk rekan seprofesi untuk berperilaku semestinya. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional meningkat jika profesi menetapkan standar kerja dan perilaku yang dapat mengimplementasikan praktik bisnis yang 89 efektif dan tetap mengupayakan profesionalisme yang tinggi Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto, 2008. Konsep profesionalisme modern dalam melakukan suatu pekerjaan seperti dikemukakan oleh Lekatompessy 2003 berkaitan dengan dua aspek penting, yaitu aspek struktural dan aspek sikap. Aspek struktural karakteristiknya merupakan bagian dari pembentukan tempat pelatihan, pembentukan asosiasi profesional dan pembentukan kode etik. Sedangkan aspek sikap berkaitan dengan pembentukan jiwa profesionalisme. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Lekatompessy 2003, Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto 2008.

3. Hasil Uji F

Dokumen yang terkait

Pengaruh tindakan pencegahan pendeteksian audit investigatif terhadap upaya meminimalisasi kecurangan dalam laporan keuangan

4 47 137

Pengaruh pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor terhadap pendektesian kecurangan: studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta

1 8 87

Pengaruh penerapan aturan etika, pengalaman dan skeptisme profesional auditor terhadap pendekteksian kecurangan : studi empiris beberapa kantor akuntan publik di dki jakarta

2 24 126

Pengaruh etika, Indenpendensi, pengalaman, dan keahlian auditor terhadap opini audit : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

3 14 155

Analisis pengaruh profesionalisme, independensi, keahlian, dan pengalaman auditor dalam mendeteksi kekeliruan (studi empiris pada kantor akuntan publik di DKI Jakarta)

0 4 118

Pengaruh keahlian audit dan indenfendensi auditor eksternal terhadap tingkat materialistas dalam audit laporan keuangan: studi empiris pada kantor akuntan publik yang terdapat di Jakarta

0 6 118

Pengaruh Independensi, Akuntabilitas dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)

3 15 168

Pengaruh Pengalaman, Independensi dan Skeptisme Profesional, Auditor terhadap Pendeteksian Kecurangan (Studi Empiris pada KAP di Wilayah Jakarta)

9 46 147

pengaruh tindakan supervisi pengalaman kerja, komitmen organisasi, dan komitmen profesional terhadap kepuasan kerja auditor (studi empiris pada kantor akuntan publik di DKI Jakarta)

3 43 157

PENGARUH PENERAPAN KODE ETIK, SKPETISME PROFESIONAL AUDITOR, PENGALAMAN AUDITOR, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN (STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI MEDAN).

1 6 30