23
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pengalaman audit merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi dalam
mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan serta mencari penyebab munculnya kesalahan yang berkenaan dengan kekeliruan, sehingga
pengetahuan auditor yang berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan auditor ataupun dengan
bertambahnya pengalaman auditor.
C. Independensi
Menurut Arens 2009: 186 independensi adalah cara pandang yang tidak memihak didalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan,
dan penyusunan laporan audit. Unsur-unsur mengenai independensi akuntan publik, yaitu sebagai berikut:
1. Kepercayaan masyarakat terhadap integritas, obyektivitas dan kebebasan
akuntan publik dari pengaruh pihak lain. 2.
Kepercayaan akuntan publik terhadap diri sendiri yang merupakan integritas profesionalnya.
3. Kemampuan akuntan publik meningkatkan kredibilitas pernyataannya
terhadap laporan keuangan yang diperiksa. Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai definisi
independensi akuntan publik adalah sikap pikiran dan sikap mental akuntan publik yang jujur dan ahli, serta bebas dari bujukan, pengaruh, dan
24
pengendalian pihak lain dalam melaksanakan perencanaan, pemerikasaan, penelitian, dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik
berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan
kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik Christiawan, 2003: 86. Dalam kode Etik Akuntan Publik disebutkan bahwa independensi adalah
sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan
prinsip integritas dan objektivitas. Berkaitan dengan hal itu terdapat 4 hal yang mengganggu independensi
akuntan publik, yaitu: 1 Akuntan publik memiliki mutual atau conflicting interest
dengan klien, 2 mengaudit pekerjaan akuntan publik itu sendiri, 3 berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien dan 4 bertindak
sebagai penasihat advocate dari klien. Akuntan publik akan terganggu independensinya jika memiliki hubungan bisnis, keuangan dan manajemen
atau karyawan dengan kliennya Elfarini: 2007: 34. Menurut Supriyono 1988 meneliti 6 faktor yang mempengaruhi
independensi, yaitu: 1 ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, 2 jasa-jasa lainnya selain jasa audit, 3 lamanya hubungan
audit antara akuntan publik dengan klien, 4 persaingan antar KAP, 5 ukuran KAP, dan 6 audit fee. Menurut Elfarini 2007: 35 adapun
25
independensi auditor diukur melalui: lama hubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor dan pemberian jasa non audit.
Menurut Aturan Etika Kompartemen Akuntansi Publik Peraturan 101 dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan
sikap mental independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan IAI. Sikap
mental independensi tersebut harus meliputi independen dalam fakta in fact maupun dalam penampilan in apearance. Oleh karena itu, ia tidak
dibenarkan untuk memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia
miliki, ia akan kehilangan sikap independensi tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.
Mayangsari 2003: 18 disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan
pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Setiap akuntan harus memelihara integritas dan
objektivitas dalam tugas profesionalnya dan setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan atau pengaruh yang tidak layak.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak jujur, tidak memihak, dan
melaporkan temuan-temuan hanya berdasarkan bukti yang ada. Menurut Halim 2001: 9 ada tiga aspek independensi seorang auditor,
yaitu sebagai berikut. 1 Independence in fact independensi senyatanya
26
yakni auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi. 2 Independence in appearance
independensi dalam penampilan yang merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor
harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan objektivitasnya. 3 Independence in
competence independensi dari sudut keahlian yang berhubungan erat dengan
kompetensi atau kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.
Berdasarkann uraian di atas diketahui bahwa independensi merupakan sikap pikiran dan sikap mental akuntan publik yang jujur dan ahli, serta bebas
dari bujukan, pengaruh, dan pengendalian pihak lain dalam melaksanakan perencanaan, pemeriksaan, penelitian, dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Adapun independensi auditor diukur melalui: lama hubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor dan pemberian jasa non audit.
D. Keahlian Profesional