Tentang kualitas-kualitas lain sebelum diangkat, saya katakan, setiap penguasa harus bisa dianggap penuh belas kasih dan tidak kejam. Namun ia tidak
boleh menyalahgunakan rasa belas kasih itu. Cesar Borgia dianggap bengis, namun kebengisannya membawa ketertiban bagi Romagna, menyatukannya dan
membawanya kedalam perdamaian
13
. Maka dari itu untuk memahami substansi dan relevansi antara etika dan
kekuasaan ini diperlukan usaha mendalam, agar dalam menilai para tokoh filsafat politik itu tidak terjebak pada sisi negatifnya, karena mereka pun memiliki
argumen yang kuat sehingga memaksa mereka untuk mengkolaburasikan definisi istilah etika dan kekuasaan khususnya dalam ranah politik demi cita-cita
kesejahtraan dan kesetabilan Negara .
1. Definisi Etika
Kata ini berasal dari Yunani asalnya ethos, secara etimologis artinya tempat tinggal, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir.
Secara jamak ta etha artinya adat kebiasaan. Dan kata ini lah yang menjadi titik dasar lahirnya nama etika yang disebut oleh Aristoteles. Definisi etika pun sering
disamakan dengan moral, dimana kata moral ini berasal dari bahasa latin mos mores artinya kebiasaan atau adat
14
. Secara terminologis arti etika yang disuguhkan oleh Bertens ada tiga unsur
yaitu: “Pertama, etika adalah nilai-nilai moral dan norma-norma moral
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya jika seseorang menyebutkan etika
agama protestan, agama Budha, etika suku Indian, dan ini berlaku berfungsi bagi individu maupun taraf social. Kedua, etika berarti asas atau
13
Ibid., h. 119.
14
K. Bertens, Etika, h. 4.
nilai moral disebut juga kode etik misalnya kode etik rumah sakit. Ketiga, etika yaitu ilmu tentang baik dan buruk
15
”. Jadi dapat dipandang bahwa K. Bertens, telah memberikan arti kata etika
ini yang menyangkut hal-hal aturan dalam sebuah wilayah yang memiliki nilai- nilai dan menjelaskan antara yang baik dan buruk sehingga jelas keadaannya,
yang dimana definisi ini didapatkannya dari pengertian yang berasal dari kamus besar bahasa Indonesia.
Tokoh lain pun tidak jauh berbeda dengan definisi etika dalam kamus besar bahasa Indonesia, seperti yang disadur oleh Ahmad Charris dia memberikan
definisi etika sebagai berikut. Etika merupakan salah satu cabang dari ilmu filsafat dengan memberikan keterangan antara baik dan buruknya sebuah tindakan
atau tingkah laku manusia
16
. Etika merupakan suatu pemikiran kritis yang mendasar tentang ajaran-
ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral terentu, atau
bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral. Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi
menjadi etika khusus yaitu etika yang membahas prinsip dalam berbagai aspek kehidupan manusia sedangkan etika umum yaitu mempertanyakan prinsip-prinsip
setiap tindakan manusia. Menurut Kattsoff, 1986 etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-
prinsip dasar pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia, dan juga berkaitan dengan dasar filosofis dalam hubungan dengan tingkah laku manusia.
15
Ibid., h. 6.
16
Ahmad Charris Zubair, Kuliah Etika, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, h. 14.
Sedangkan Moore memberikan definisi etika bahwa etika bukan lah hal yang hanya membahas mana baik dan buruk, karena pengertian itu menurutnya
masih terjebak pada pengertian keadaan fisik, pisikis, dan metafisik yang dipengaruhi oleh pemahaman seseorang terhadap agama tertentu atau adat tertntu.
Menurutnya etika adalah merupakan sifat yang primer simple yang tidak lagi terdiri atas bagian-bagian atau unsur-unsur dan oleh karena itu juga tidak dapat
dianalisa
17
. Dari kesemuanya definisi, maka jelas apa yang dikatakan Moore bahwa
para philosoph telah terjebak pada pengertian etika yang menurutnya masih keliru. Dan ini tidak hanya terjadi dijaman dulu justru bila diperhatikan secara seksama,
maka tidak ada perbedaan dengan para tokoh etika saat ini. Ini terlihat dimana definisinya masih saja menggunakan etika itu pada tataran normatif.
Padahal bila dicermati etika itu memiliki makna dan cakupan yang begitu luas, sehingga kata-kata kasar itu bukan berarti tidak beretika, tetapi dalam
kondisi seperti apa kata itu digunakan. Dan bukan berarti seorang kepala Negara itu tidak beretika ketika dia membunuh beberapa orang pemberontak, atau
melakukan peperangan demi kepentingan kesejahtraan rakyatnya. Tetapi etika itu adalah bagaimana manusia itu menggunakan situasi dan kondisi demi kebaikan
dan kepentingan yang lebih utama. Franz Maginis Suseno memberikan definisi yang lebih tepat dibandingkan
tokoh etika yang lainnya. Beliau memberikan definisi etika yaitu sebagai ilmu yang mencari orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab pertanyaan yang
amat fundamental, bagaimana saya harus hidup dan bertindak. Maka para manusia
17
Franz, Dua Belas tokoh Etika Abad ke-20, h. 20.
akan belajar untuk mencari jawaban dari pertanyaan itu
18
.
2. Kebutuhan Akan Etika dalam Sebuah Negara