Raja Harus Bisa Menyeimbangkan Antara Dibenci dan Dicintai

seperti yang tertulis diatas, tetapi disini hanya akan dibahas dua konsep secara gamblang.

1. Raja Harus Bisa Menyeimbangkan Antara Dibenci dan Dicintai

Kejam dan tegas merupakan dua kata yang berbeda, Machiavelli pun menyarankan agar seorang penguasa itu bersifat tegas. Karena tokoh ini melarang sekali seorang penguasa menindas rakyatnya, sehingga konsepnya ini bukanlah menyerukan kepada kekejaman seorang penguasa. Machiavelli mengatakan bahwa kekuasaan itu dipertahankannya dengan keberanian dan kebijakan berbahaya. Tak bisa dikatakan baik bila membunuh orang-orang yang baik padanya, menghiyanati teman tanpa keyakinan, tanpa kasihan, dan itu bukanlah sebuah kemuliaan 16 . Sedangkan kekejaman yang dimaksud Machiavelli adalah demi melindungi rakyatnya, dari timbulnya kekacauan dalam Negara. Karena dengan sikap ini rakyat akan setia dan Negara menjadi aman. Hal ini ditulis Machiavelli: “Suatu peraturan bisa melukai seluruh komunitas, namun eksekusi seorang penguasa hanya akan melukai individu-individu tertentu. Seorang penguasa baru bisa menghindari reputasi bengus, namun Negara baru selalu menghadapi bahaya. Seperti yang dikatakan Virgil lewat mulut Dido; res dura, et regni novitas me talia cogunt moliri, et late fines custode tuerri. Namun dia harus waspada dalam mempercayai, dan bertindak, serta tak boleh takut terhadap bayangannya sendiri. Ia juga harus tetap dalam sikap yang terkendali dengan bijak dan kemanusiaan. Kepercayaan yang terlalu besar akan membuatnya tak berhati-berhati, sedangkan ketakberanian terlalu besar membuatnya toleran 17 ”. Dalam bab delapan belas yang berjudul cara bagaimana seorang Pangeran memegang kepercayaannya. Di sini Machiavelli berkata, seorang penguasa yang cermat tidak harus memegang kepercayaannya jika pekerjaan itu berlawanan 16 Machiavelli, The Prince, h. 75. 17 Ibid., h. 120. dengan kepentingannya. Dia menambahkan, karena tidak ada dasar resmi yang menyalahkan seorang Pangeran yang minta maaf karena dia tidak memenuhi janjinya, karena manusia itu begitu sederhana dan mudah mematuhi kebutuhan- kebutuhan yang diperlukannya saat itu, dan bahwa seorang yang menipu selalu akan menemukan orang yang mengijinkan dirinya ditipu 18 . Sebagai hasil wajar dari pandangan itu, Machiavelli menasihatkan sang Pangeran supaya senantiasa waspada terhadap janji-janji orang lain. Dari kedua literaturnya itu Machiavelli menegaskan bahwa keseimbangan antara ditakuti dan dicintai ini, bukanlah berarti ditakuti itu seorang penguasa menindas rakyatnya, akan tetapi maksud dari pada ditakuti ini adalah supaya tidak ada yang membuat cheos negara, dan tidak ada kolonialisme yang berani masuk Italia. Seorang penguasa, itu semua akan menghasilkan sinthesis dengan hasil yang gemilang baik dari sisi kekuasaan, kesejahtraan, dan kesetabilan, serta keamanan negara itu sendiri. Machiavelli mengambil itu semua dari pelajaran-pelajaran sejarah Roma khususnya yang dipimpin oleh beberapa pergantian. Karena itu etika yang ditawarkannya bukan hanya Dari sisi humanisme, tapi bagaimana cara seorang pengauasa itu bisa merealisasikan kekuasaan dengan ketegasan, ditakuti, dan dicintai rakyat bahkan hartus bersikap seperti singa dan rubah karena itu semua adalah demi keselamatan dan ketentraman negara itu sendiri. Penguasa lebih baik ditakuti daripada dicintai, Machiavelli menulis, Apakah lebih baik sang pangeran dicintai ataukah ditakuti, ataukah dia harus ditakuti lebih daripada dicintai. Jawabannya adalah ini, bahwa di harus dicintai 18 Ibid., h. 126. dan juda ditakuti, namun karena kedua hal ini sulit berjalan berdampingan, maka lebih aman apabila sang raja lebih ditakuti daripada dicintai, apabila satu dari kedua hal ini harus dimiliki. Kemudian dia melanjutkan, Karena seringkali manusia secara umum disebut tidak tahu berterima kasih, munafik, tamak, takut akan bahaya. Selama penguasa memberikan keuntungan kepada rakyat, mereka adalah milik penguasa itu sepenuhnya, rakyat akan memberikan darah mereka, harta mereka, hidup mereka, dan anak-anak mereka, dan seperti yang saya katakan sebelumnya, ketika tekanan dan bahaya mendekat, mereka memberontak.” Machiavelli kembali menegaskan, “Manusia tidak segan-segan membela penguasa yang mereka takuti daripada mereka cintai karena rasa cinta diikat dengan rantai kewajiban, karena manusia pada dasarnya egois, maka pada saat mereka telah mendapatkan apa yang mereka inginkan, rantai tersebut akan putus, namun rasa takut dipertahankan oleh hukuman-hukuman yang menakutkan yang tidak pernah gagal. Akan tetapi, sang pangeran haruslah menjadikan dirinya ditakuti dengan cara di mana apabila dia tidak dicintai maka dia tidak boleh dibenci, karena rasa takut dan kebencian dapat berjalan bersamaan 19 .” Konsep ini tertulis jelas dalam bab tujuh belas buku The Prince, Machiavelli memperbincangkan apakah seorang Pangeran itu lebih baik dibenci atau dicintai. Machiavelli menulis bahwa seorang penguasa ialah orang selayaknya bisa ditakuti dan dicintai sekaligus. Tetapi lebih aman ditakuti daripada dicintai, apabila kita harus pilih salah satu. Sebab, cinta itu diikat oleh kewajiban yang membuat seseorang mementingkan dirinya sendiri, dan ikatan itu 19 Ibid., h. 120. akan putus apabila berhadapan dengan kepentingannya. Tetapi takut didorong oleh kecemasan kena hukuman, tidak pernah gagal 20 . Penguasa wajib bertindak seperti rubah dan singa, Machiavelli menulis, Oleh karena itu seseorang harus menjadi seekor rubah untuk mengenali perangkap-perangkap, dan menjadi seekor singa untuk menakuti rubah. Mereka yang berharap untuk menjadi singa saja tidak akan mengerti akan hal ini. Dialnjutkan dengan, dan oleh karenanya seorang penguasa harus memiliki pikiran yang fleksibel yang dapat berubah seperti angin, dan seperti yang ditunjukkan oleh variasi-variasi keberuntungan, dan seperti yang saya katakan sebelumnya, tidak menyimpang dari apa yang baik, apabila mungkin, namun dapat melakukan kejahatan apabila diharuskan 21 .”

2. Bermartabat dan Memiliki Rasa Nasionalisme