seperti kondisi lingkungan, pengaruh pendidikan, dan juga berdasarkan pengalaman politiknya. Seperti yang dikatakan oleh pakar sosiolog Islam yaitu
Ibnu Khaldun, yang menyatakan bahwa watak politik seseorang itu dipengaruhi juga oleh kondisi geografis, seperti cuaca, kondisi politik, dan kondisi lingkungan
sekitarnya
6
. Hal ini pun senada dengan apa yang terjadi pada Machiavelli dimana watak politiknya, hingga bisa melahirkan karya sebesar The Prince, dan The
Discourses. Dimana hal ini dipengaruhi beberapa sebab diantaranya:
1. Kondisi Lingkungan
Menulusuri kehidupan Machiavelli, maka pembahasannya pun tidak akan terlepas dari kondisi Italia, dan khususnya Florence, tempat dimana tokoh ini
hidup. Kondisi kehidupan masa itu ditandai dengan adanya proses transisi kekuasaan Paus kepada para Raja secara penuh, dalam arti Gereja tidaklah boleh
ikut campur terhadap urusan negara. Era ini sering disebut oleh sejarahwan sebagai zaman Renaissance.
Abad Renaissance merupakan periode transisi pemikiran dan tata pemerintahan khususnya di dunia Eropa. Periode ini ditandai dengan terlepasnya
segala unsur pemerintahan dari kungkungan Gereja zaman sebelum Renaisasance juga sering disebut the Dark Age jaman kelamnya negeri Eropa
7
periode ini juga sering disebut Reformasi di Eropa. Selain itu hal ini juga memberi manfaat pada dunia barat karena selama ini, barat didominasi oleh doktrin Gereja.
Maka lahirlah paham kebebasan dan kemauan untuk maju. Era Renaissance ini terindikasi dari manusia-manusianya kala itu yang sudah berpikir mengunakan
6
Ibnu Khaldun. Muqaddimah Ibnu Khaldun, h. 160.
7
Umar Abdullah, Kapitalisme: The Stanic Of Ideology, Bogor: El-Moesa Press, 2007, h. 23.
akal sehatnya tanpa ada pengaruh dari pihak agama, yaitu Kristen, dan terlepasnya mereka dari paham Skolastik.
Selama masa Renaissance inilah hidup seorang Machiavelli. Ketika era itu sedang mengalami titik klimaksnya, kebebasan dan reformasi dari sistem
kepausaan menjadi sistem republik Italia, disamping itu terjadi perebutan hegemoni kekuasaan antara Gereja dan para Raja. Para politikus dan filosup
waktu itu terlibat untuk memikirkan bagaimana menstabilkan kondisi Italia dan negara-negara kota didalamnya, dan konsep ideal apa yang harus diterapkan
dalam negaranya, termasuk Florence. Namun hal yang sangat disayangkan masa itu adalah pemikiran Niccolo
Machiavelli dianggap tidak didasarkan pada asas moral, bahkan tidak ada nilai- nilai etika didalam pemikirannya. Karena pada waktu itu, pemikiran akan etika
hanya dikaitkan dengan perilaku manusia tentang hal-hal yang normatif. Padahal secara real pada masa itu, Eropa terfokus pada kemajuan negara yang jauh dari
dogmatisme terhadap agama, karena para pemikir dan sarjana kala itu merasa lelah akan konsep etika dan moral yang diajarkan oleh Gereja relativisme etika
terhadap para raja, yang pada akhirnya menjatuhkan negara dan memasukannya pada kondisi yang buruk. Sehingga menimbulkan ketidakpedulian mereka
terhadap etika. Kondisi politik saat itu dipenuhi oleh penghianatan, kecurigaan, nafsu untuk berkuasa, dan sisat-siasat licik pun silih berganti bermunculan demi
mendapatkan tampuk kekuasaan
8
. Menurut Machiavelli, negara tidak boleh dipikirkan dalam kaca mata etis, tetapi dengan kaca mata medis. Pada saat itu,
Italia sedang menderita dan menyedihkan, sedangkan Florentine dalam bahaya
8
Soehino S.H., Ilmu Politik, h.68.
besar. Rakyat yang berkhianat harus diamputasi sebelum menginfeksi seluruh negara seditious people should be amputated before they infect the whole state.
Machiavelli melihat politik seperti kondisi medan perang yang harus ditaklukkan
9
. Maka bisa dimengeri bila saat itu Italia terbagi-bagi dalam negara-negara kecil,
berbeda dengan negeri yang bersatu seperti Perancis, Spanyol atau Inggris
10
. Machiavelli merupakan salah satu tokoh yang ikut andil didalamnya, dia
menginginkan negaranya menjadi negara yang kuat, tanpa ada jajahan dari negara lain. Dan menurutnya, kekuatan ini bisa dibangun dengan memisahkan antara
kehidupan gereja dan kehidupan politik. Selain itu tokoh ini pun menganjurkan agar tentara yang dibangun di Florence jangan mengandalkan tentara bayaran,
tentara bayaran mudah berhianat, haus akan kekuasaan, tidak memiliki tanggungjawab, tidak memiliki rasa takut kepada Allah, dan tidak memiliki rasa
loyalitas terhdap negara. Pemikiran ini dituangkan dalam sebuah tulisan, bahwa Machiavelli memandang dari kejadian Vitelli. Vitelli yaitu seorang komandan
tentara yang dibayar Florence untuk menyerang Piza, namun yang terjadi adalah para tentara itu berhianat, karena negara Piza mampu membayar lebih besar. Dan
ini merupakan hal yang memalukan bagi republik Florence. Maka Machiavelli berasumsi bahwa sebuah negara harus mampu membuat tentara yang direkrut dari
kalangan warga negaranya
11
. Masa Machiavelli muda, Florence diperintah oleh penguasa Medici yang
masyhur, Lorenzo yang terpuji. Tetapi Lorenzo meninggal dunia tahun 1492.
9
Senelson Jhon, “Etika Politik Niccolo Machiavelli,” artikel diakses pada 5 Januari 2011 dari http:macheda.blog.uns.ac.id20090927pemikiran-niccolo-machiavelli.
10
Charles Ricahrdodi, “Alam Pikiran Machiavelli, artikel diakases pada15 oktober 2009 dari http:politiksaman.com20090215.
11
Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara, Masyarakat, dan Kekuasaan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007, h. 135.
Beberapa tahun kemudian penguasa Medici diusir dari Florence, Florence menjadi republik Republik Florentine di bawah Soderini pada tahun 1498 sampai 1512.
Tahun 1512, Republik Florentine digulingkan, dan penguasa Medici kembali pegang tampuk kekuasaan, Machiavelli dicopot dari posisinya, dan di tahun
berikutnya dia ditahan atas tuduhan terlibat dalam komplotan melawan penguasa Medici. Dia disiksa tetapi tetap bertahan menyatakan tidak bersalah dan akhirnya
dibebaskan pada tahun itu juga. Sesudah itu dia pensiun dan berdiam di sebuah perkebunan kecil di San Casciano tidak jauh dari Florence. Dari penagsingan ini
lah Machiavelli menuangkan pemikiran politiknya dalam beberapa karya yang diantaranya adalah The Discourses dan The Prince.
Dalam kondisi yang sulit dimana Florence mengalami krisis politik yang berupa konflik internal antara berbagai negara kota. Para penguasanya bersaing
untuk mengontrol negara. Dan di lain sisipun Italia mengalami situasi yang lebih berat dimana Italia menjadi rebutan antara Prancis, Jerman, dan Spanyol yang
berusaha menghegemoni Italia, sehingga demi meraih perlindungan dari negara- negara besar. Sehingga negar-negara kota Italia biasanya bersekutu dengan salah
satu negara besar tadi yang pada akhirnya terjadi perpecahan dan peperangan didalamnya
12
. seperti inilah Machiavelli melahirkan konsep-konsepnya tentang etika dan kekuasaan, sehingga keadaan seperti ini menjadi pola pikir, serta
mempengaruhi tindak-tanduk, dan strategi politiknya. Dengan posisi Machiavelli itu maka pantas bila dia menulis karyanya The Prince dan The discaurses. Dengan
demikian, pada dasarnya abad Renaissance ini mendorong orang mengelabui atau menipu orang lain. Dalam hubungan dengan penguasa seperti yang digambarkan
12
Henry J. Schmandt, Filsafat Politik Barat: Kajian Historis Dari Zaman Yunani Kuno Sampai Moderen, h. 249.
Machiavelli dalam The Prince, agar penguasa mengelabui rakyat, yang pada akhirnya juga untuk kepentingngan kesejahtraan rakyat dan kemakmuran negara
itu sendiri
13
, karena pada akhirnya rakyat hanya akan peduli dengan hasil akhir yaitu kesejahtraan, sedangkan sedikit kekerasan yang dilakukan oleh raja akan
terlupa.
2. Pendidikan