Bermartabat dan Memiliki Rasa Nasionalisme

akan putus apabila berhadapan dengan kepentingannya. Tetapi takut didorong oleh kecemasan kena hukuman, tidak pernah gagal 20 . Penguasa wajib bertindak seperti rubah dan singa, Machiavelli menulis, Oleh karena itu seseorang harus menjadi seekor rubah untuk mengenali perangkap-perangkap, dan menjadi seekor singa untuk menakuti rubah. Mereka yang berharap untuk menjadi singa saja tidak akan mengerti akan hal ini. Dialnjutkan dengan, dan oleh karenanya seorang penguasa harus memiliki pikiran yang fleksibel yang dapat berubah seperti angin, dan seperti yang ditunjukkan oleh variasi-variasi keberuntungan, dan seperti yang saya katakan sebelumnya, tidak menyimpang dari apa yang baik, apabila mungkin, namun dapat melakukan kejahatan apabila diharuskan 21 .”

2. Bermartabat dan Memiliki Rasa Nasionalisme

The Prince mengungkapkan seorang pangeran yang tegas dan berani melakukan tindakan menghalalkan segala cara demi mempertahankan kekuasaan dan kesetabilan Negara 22 . Akan tetapi berbeda dengan apa yang dituliskan Machiavelli dalam The Discaurses, bahwa seorang pangeran harus berkarakter 23 . Perbedaan ini bukanlah sebuah hal yang aneh, akan tetapi asumsi ini mengindikasikan bahwa Machiavelli adalah seorang politikus yang brilian yang mampu merealisasikan teorinya sesuei dengan kondisi Negara saat itu. Seorang raja tidak perlu bermurah hati untuk membuat dirinya tersohor, kecuali kalau dia mempertaruhkan dirinya, karena jika dilakukan menjadi rakus 20 Ibid., h. 121. 21 Ibid., h. 124. 22 Stanly Bing, What Would Machiavelli do; Tujuan Menghalalkan Segala Cara, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004, h. xv. 23 F. Budi Hardiman, “Politik Yang Bermartabat,” Kompas, 15 oktober 2010, h. 6. karena ingin menghindari diri dari kemiskinan, sehingga dia menjadi rakus dan dibenci rakyatnya. Machiavelli selanjutnya menjelaskan, bahwa sikap kejam raja sangat diperlukan seperti yang dilakukan Cesare Borgia, karena dengan kekejamannya dia menjadikan kerajaan Roma lebih baik. Dengan usaha memulihkan keamanan dan kekuatan rakyat. Jika diperhatikan justru dia memiliki sikap belas kasih dari pada orang Florence yang ingin tidak untuk disebutkan, tetapi membiarkan Viktoria dihancurleburkan. Oleh karena itu, raja tidak perlu khawatir terhadap kecaman yang ditimbulkan karena kekejamannya selama ia mempersatukan dan mewujudkan rakyat setia. Di samping dia seorang raja yang memimpin pasukan tidak usah khawatir kalau disebut kejam, karena tanpa sebutan itu tidak akan pernah dapat mempersatukan dan mengatur pasukan selama itu, dengan cara tersebut justru ia semakin ditakuti dan dihormati pasukannya. Dengan demikian seorang raja harus mengandalkan apa yang ada padanya dan bukannya yang ada pada orang lain. Menurut Machiavelli, bahwa ada dua cara berjuang yaitu melalui hukum dan kekerasan cara pertama bagi manusia dan cara yang kedua adalah cara binatang. Oleh karenanya seorang raja harus bersikap kadang-kadang sebagai manusia manusia dan kadang sebagai binatang, tidak ubahnya seperti rubah dan singa 24 . Dalam hal menepati janji, menurut Machiavelli manusia adalah mahluk yang jahanam yang tidak menepati janji, sehingga anda tidak perlu menepati janji pada manusia itu. Kemudian untuk pertahanan negara ia terpaksa bertindak berlawanan dengan kepercayaan orang, belas kasih, kebaikan, dan agama mengetahui bagaimana dia bertindak jahat jika diperlukan. 24 Machiavelli, The Prince, h. Sementara itu cara untuk menghindari kebencian pada rakyat, maka seorang raja harus menunjuk orang lain untuk melaksanakan tindakan yang kurang menyenangkan rakyat, dan untuk melakukan sendiri pembagian penghargaan kepada rakyat. Penguasa harus tetap menghargai para bangsawan, tetapi tidak membuat dirinya dibenci rakyat. Dengan demikian bukti-bukti tersebut dapat digolongkan pada penafsiran bahwa Machiavelli digolongkan sebagai orang yang jahat. Dan hal yang sering dilupakan dari Machiavelli bahwa kebengisan yang ada dalam teorinya itu tetap harus memiiki keadilan terhadap rakyat dengan bersikap seperti itu membuat penguasa ditakuti dan dihormati, tetapi melakukan korupsi terhadap negara atau menyentuh istri mereka adalah tindakan keparat, tidak beretika 25 . Beberapa karakter penguasa yang diungkapkan tokoh ini, terdiri dari beberapa unsur; Pertama, Kebaikan moral yang terbesar adalah sebuah negara, yang bajik virtuous dan stabil, dan tindakan-tindakan untuk melindungi negara, betapapun kejamnya, dapat dibenarkan, yang sangat penting ialah bahwa ia melakukan segala ssuatu yang perlu untuk mempertahankan kekuasaannya, Kedua, Liberalitas dan kekikiran 26 , liberalitas akan membuat rakyat mulai membenci dan kurang dihargai. seorang penguasa harus sedikit peduli terhadap lebel kikir, bila dia tidak ingin merampok rakyatnya, bila ingin melindungi diri, menghindari jadi miskin dan hina serta tidak terpaksa jadi tamak. Kekikiran salah satu sifat yang memungkinkannya berkuasa. Lebih baik disebut kikir yang 25 F. Budi Hardiman, “Politik Yang Bermartabat,” Kompas, 15 oktober 2010, h. 6. 26 Machiavelli, The Prince, h. 115. menimbulkan malu tanpa dibenci daripada disebut tamak yang juga menimbulkan aib dan kebencian 27 , Ketiga, It’s better feared than loved 28 . Sulit untuk dibenci dan dicintai sekaligus, lebih aman untuk ditakuti daripada dicintai. Karena jika takut rakyat akan menawarkan kehidupan, darah, anak-anak dan harta milik mereka. Dan jika pemerintah dicintai rakyatnya, rakyat akan selalu setia kepada pemerintahnya, Namun tidak menutup kemungkinan juga bila seorang penguasa terlalu dekat, mereka akan memberontak. Tidak boleh keberatan dianggap kejam oleh tentaranya, karena tanpa reputasi ini dia tidak akan bisa membuat tentaranya tetap memiliki solidaritas dan melaksanakan tugas dengan baik. Keempat, penguasa tidak boleh mengambil harta milik rakyatnya. Karena mereka lebih mudah melupakan kematian ayah atau anaknya daripada warisan mereka 29 . Selain daripada memiliki martabat, seorang penguasa menurut tokoh ini harus memiliki rasa nasionalisme. Karena dengan sifat ini Negara bisa menjadi kuat, dan tidak lemah. Rasa nasionalisme ini dapat ditunjukan Machiavelli, melalui seorang penguasa, diantaranya penguasa berusaha menciptakan perdamaian dalam negerinya 30 , tidak memprioritaskan keuntungan pribadinya 31 , menjadikan rakyat bersatu dalam satu integritas Negara 32 . Virtue is not equa with moral virtue penguasa patut dipuji jika memiliki kualitas yang baik, namun semua kualitas tidak bisa dijalankan karena 27 Ibid., h. 118. 28 Ibid., h. 119. 29 Ibid., h. 121. 30 Machiavelli, The Discaurses, h. 414. 31 Ibid., h. 292. 32 Ibid., h. 166. keterbatasan manusia 33 . Bahwa penguasa harus bijak, yang memerintah demi kebaikan umum bukan untuk kepentingan pribadi, atau keturunannya, melainkan semua tindakannya demi kejayaan negeri. Dan tidak menyerahkan kepemimpinannya secara turun temurun diwariskan, karena manusia cenderung melakukan kejahatan dari pada perbuatan baik, sehingga memungkinkan pewarisnya memakai nya demi ambisi pribadinya. Machiavelli memiliki argumentasi bahwa untuk menyeimbangkan itu semua seorang penguasa tidak boleh merasa bersalah akan kejahatan yang dilakukannya, karena itu semua bertujuan untuk menyelamatkan negara 34 . Disini terlihat bahwa Machiavelli adalah seorang nasionalis, yang menganjurkan para penguasa untuk mencintai negaranya.

B. Kekuasaan Persepektif Niccolo Machiavelli