akan republic dan monarki memiliki perbedaan dalam The Prince menunjukan bahwa Machiavelli mempengaruhi pembacanya agar menerapkan system
monarki, akan tetapi dalam The Discaurses, tokoh ini lebih memilih system republic yang menurutnya itulah bentuk ideal sebuah Negara.
Hal ini disebabkan karena cara pandang akan kondisi politik sebuah Negara yang dilakukan oleh Machiavelli, dimana dia menganalisis bahwa Negara
yang damai lebih baik diterapkan system republic, dan bila Negara dalam kondisi cheos dan terindikasi akan pecah maka system yang baik adalah monarki.
1. Macam-macam Republik
Machiavelli menggambarkan macam-macam sistem kekuasaan dalam sebuah republik menjadi enam bagian
51
, diantaranya tiga bagian berhaluan baik, dan tiga bagian lagi bersifat meruksak negara, yang merupakan efek dari
kegagalan penguasa dalam menerapkan sistem pertama yang dipakainya. Pertama sistem monarki, bila sistem ini gagal justru akan melahirkan
tirani. Kedua, sistem aristokrasi, bila gagal maka epeknya adalah melahirkan sistem oligarki. Ketiga, sistem demokrasi, bila sistem ini gagal maka akan
melahirkan mobokrasi artinya rakyat yang dibebaskan untuk mengeluarkan aspirsinya justru saling bertolak belakang anatara rakyat dengan rakyat, dan
dengan penguasa dan birokrasinya
52
. Pertama, monarki Jenis kekuasaan ini berpusat pada satu orang sebagai
pemegang kekuasaan. Pemegang kekuasan tersebut umumnya dikenal sebagai raja. Oleh karena itu, jenis pemerintahan ini biasanya berbentuk kerajaan. Dalam
51
Machiavelli, The Discaurses, h. 12.
52
Carlton Rode.dkk, Pengantar Ilmu Politik, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1988, h. 51.
praktiknya, raja memegang penuh kendali negara. Tetapi, di era sekarang model pemerintahan ini biasanya diawasi oleh parlemen seperti di Inggris, Jepang,
Belanda. Sistem monarki dapat dibagi menjadi dua, yakni monarki absolut dan
monarki konstitusional. Monarki absolut berarti kepala negara dan pemerintahan dipegang penuh oleh raja. Tidak ada sistem pemilihan perdana menteri dan juga
tidak ada sistem partai politik dalam jalannya pemerintahan. Salah satu negara yang masih menjalankan sistem pemerintahan ini adalah Saudi Arabia. Bentuk
monarki konstitusional terjadi ketika raja berbagi kekuasaan dengan perdana menteri. Artinya, raja bertindak sebagai kepala negara dan perdana menteri
bertindak sebagai kepala pemerintahan.
2. Monarki diterapkan dalam Situsi Florence yang Kacau
Namun jika dikaitkan dengan kondisi pada saat Machiavelli ada yakni suatu kondisi dimana keadaan politik, social, ekonomi, dan hukum di Florence
sangatlah kacau dan tidak relevan bila sistem republic diterapkan saat itu, dan bermentalitas kedaulatan hukum. Karena itu, Machiavelli menuntut agar
masyarakat terlebih dahulu ditata oleh penguasa dengan tangan besi. Oleh sebab itulah Machiavelli mempermaklumkan bahwa penguasa harus
membebaskan diri dari ikatan moralitas tradisional, dan tidak boleh ragu mengambil segala tindakan yang perlu untuk menumpas segala pihak yang
membuat kekacauan, tidak tertib, korup, licik, egois atau yang mengancam kekuasaan.
Bab lima belas Machiavelli memaparkan bagaimana sebuah sistem monarki diterapkan untuk Florence, dalam buku The Prince sebenarnya
Machiavelli menginginkan adanya kesatuan utuh di Italia yang sedang kacau balau
53
. Dan cara yang sesuai pada waktu itu adalah dengan teori penguasa tersebut. Tidak ada cara lain, begitulah Machiavelli beranggapan.
Masyarakat Italia masa Machiavelli, adalah masyarakat yang miskin solidaritas antar kota. Masing-masing ingin menjadi pemimpin yang lainnya.
Masyarakat yang belum tertata dan kacau balau seperti itu, jelas tidak akan mampu mewujudkan suatu negara republik
54
. Hanya dengan menjadikan raja atau penguasa sebagai pemaksa, maka Italia baru dapat dipersatukan.
Maka perlu dilihat bahwa konsep penguasa ini merupakan perintis terbentuknya negara republik. Jadi antara The Prince dan The Discaurses tidak
ada kontradiksi. Yang ada adalah sebuah rantai yang saling terkait erat. Satu negara republik dapat muncul apabila masyarakatnya sudah teratur, telah siap
dengan kesadaran untuk berrepublik. Dengan demikian tujuan utama Machiaveli untuk mempersatukan Italia hanya dapat diwujudkan dengan sistem monarki.
Bahwa Machiavelli tidak sejahat yang dipikirkan oleh para pemikir politik, hal ini didasarkan atas bukti-bukti di dalam buku The Prince, antara lain:
Mengenai kekejaman, menurut Machiavelli dapat dilakukan dengan cara yang baik atau tidak baik. Kekejaman itu bisa digunakan dengan baik jika hal tersebut
dilakukan sekali, demi keselamatan seseorang atau negara. Oleh karena dengan cara itu kekuasaannya akan bertahan lama. Walaupun penguasa mengalami
kesulitan, raja tidak boleh kejam, karena kebijaksanaan yang telah ditunjukkan raja pada rakyatnya. Kebaikan raja tersebut akan dipandang sebagai sesuatu yang
tidak tulus atau hanya sebatas.
53
Machiavelli, The Prince, h. 112.
54
Ibid., h. 5.
Contohnya seperti karakter kepatuhan terhadap hukum dari rezim Perancis yang dikemukakan Machiavelli adalah untuk memastikan keamanan, namun
keamanan tersebut jika diperlukan tidak boleh dicampurkan dengan kebebasan. Inilah batasan dari aturan dari monarki, bahkan untuk kerajaan yang paling baik,
tidak akan dapat menjamin rakyatnya dapat diperintah dengan tenang dan tertib
55
.
3. Republik Sebagai Bentuk Ideal Sebuah Negara