Mempertahankan Kekuasaan Asal-usul Kekuasaan

sinis, dia sendiri seorang idealis, nasionalisme, dan seorang patriotisme 32 . Terlihat dari bukunya the Discaurses dia menulis bahwa seorang penguasa itu harus melakukan tindakan-tindakanya demi kestabilan negara. Atau moto menghalalkan segala cara hanyalah sebuah ide dari kepalanya yang bertujuan agar negara tidak dilanda kehancuran dan perpecahan. Kenyataan menunjukkan Machiavelli tak henti-hentinya melukiskan usulnya seraya mengambil contoh kehebatan-kehebatan yang pernah terjadi di jaman lampau, atau dari kejadian di Italia yang agak baruan. Cesare Borgia yang dipuji-puji oleh Machiavelli dalam buku The Prince tidaklah belajar taktik dari Machiavelli; malah sebaliknya, Machiavelli yang belajar darinya 33 . Jadi jelaslah bahwa definisi kekuasaan adalah bagaimana seorang penguasa atau kepala negara merealisasikan kekuasaannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang objektif, karena tida semua yang nampak itu adalah kekejaman tetapi seperti apa yang dikatakan Machiavelli bahwa kekuasaan itu hanya diperuntukan demi negara.

2. Mempertahankan Kekuasaan

Ada banyak cara dan metode yang digunakan untuk mempertahankan kekuasaan mulai dari cara-cara etis sampai kepada cara yang bengis dan kejam, baik melalui kedok demokrasi, komunisme, sampai kepada kedok agamis. Karena politik selalu mengajarkan bagaimana agar kekuasaan bisa langgeng. Di negara demokrasi, dimana kekuasaan adalah ditangan rakyat 34 , maka jalan menuju kekuasaan selain melalui jalur birokrasi biasanya ditempuh melalui 32 Ibid., h. 12. 33 Ibid., h. 6. 34 Hendra, Filsafat Demokrasi, h. 33. jalur partai politik. Partai-partai politik berusaha untuk merebut konstituen dalam masa pemilu. Partai politik selanjutnya mengirimkan calon anggota untuk mewakili partainya dalam lembaga legislatif. Itu adalah gambaran alam demokrasi di era moderen. Terlepas dari realitas yang terjadi dalam alam politik dunia saat ini, kekuasaan dalam konsep demokrasi adalah selalu ditangan rakyat. Dalam buku “Benturan Peradaban” karya Huntington dijelaskan konsep demokrasi yang digembor-gemborkan saat ini pun adalah upaya Barat untuk menghegemoni dunia 35 . Jadi jelaslah apapun konsep politik yang telah dikenalkan di dunia ini jelas-jelas semuanya mengarah pada cita-cita demi melanggengkan kekuasaan. Padahal sebelum era moderen berbagai teori kekuasaan telah dikenalkan oleh para pilosuf politik, bagaimana agar kekuasaan itu bisa bertahan mulai dari konsep republik yang dicita-citakan Aristoteles, teori atas dasar Tuhan yang dikenalkan oleh Thomas Aquines, teori tangan besi yang dilakukan oleh para diktator, sampai kepada konsep Negara ideal yang dicita-citakan Karl Marx. Konsep diatas itu sebenarnya memiliki tujuan baik bila dicermati dari sisi teori dan tujuan yang diinginkan oleh para pencetusnya. Namun ketika dipraktekan oleh para penerusnya justru yang lahir adalah efek negatif seperti teori Marx yang dipraktekan oleh Lenin, Stalin, Mao Tse Tung yang mana mereka semua mengatasnamakan ingin menciptakan Negara Komunis yang dicita-citakan Marx 36 . Selain daripada itu, konsep Maciavelli tentang Sang Pangeran pun seperti 35 Samuel P. Huntington, Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia Yogyakarta: Qalam Press, 2003, hal. 9. 36 Dr. Darsono, Karl Marx Ekonomi Politik dan Aksi Revolusi, Jakarta: Diadit Media, 2007, h. 29. itu, artinya banyak para penguasa yang menggunakan konsepnya, tetapi justru yang lahir dari ralisasi konsepnya adalah kejahatan, penindasaan, dan peperangan antar Negara, bahkan didalam Negara itu sendiri. Hal ini merupakan sifat alamiah manusia atau watak dari seseorang yang bernuansa arogan, egois, serta apatis dalam mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh pemegang kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik secara fisik maupun mental. Biasanya kekuasaan dengan karakter negatif tersebut hanya mencari keuntungan pribadi atau golongannya. karena mereka tidak memiliki kemampuan atau modal apapun selain kekuasaan untuk menghasilkan apapun, dan para pemegang kekuasaan bersifat negatif tersbut, tidak akan berlangsung lama karena tidak akan mendapatkan dukungan sepenuhnya dari rakyatnya. Oleh karena itu, apapun ideology politik yang diargumentasikan, dan direalisasikn oleh seorang politisi itu semua mengarah pada ingin mempertahankan kekuasaan yang mereka pegang. Akan tetapi dalam mempertahankan kekusaan ini ada dua sisi berbeda yang dituju oleh para penguasa. Pertama, memprtahankan kekuasaan demi kepentingan pribadi atau golongannya, dan kedua, mempertahankan kekuasan demi kestabilan dan kesejahtraan negaranya.

C. Relevansi Antara Etika dan Kekuasaan