The Prince Karya Tulis

Pertama, tokoh ini menginginkan dari tulisannya itu agar pemerintahan Medici bisa mengelola negara dengan baik jauh dari korupsi, penindasaan terhadap rakyat. Seorang Raja harus mementingkan kehidupan negaranya dibandingkan individu dan keluarganya nasionalis. Kedua, terlepas dari itu Machiavelli pun adalah seorang manusia biasa yang menginginkan sebuah kehormatan, dan jabatan. Sehingga penulisannya pun tak terlepas, bahwa dia menginginkan kembali jabatan publik di era pemerintahan Medici. Tetapi selain itu dia juga menulis karya-karya lain baik berupa komedi, strategi perang, sejarah Florence dan karya-karya lain sampai tokoh ini akhirnya meninggal dalam keadaan dikelilingi oleh literatur-literatur hasil karyanya di pengasingan. Kontribusi Niccolo Machiavelli dalam pemikiran politik sangatlah penting dan berharga. Bahkan tokoh ini disebut-sebut sebagai bapa politik moderen yang mengeluarkan kungkungan area politik dari wilayah kepausan Gereja. Khususnya buku yang dia beri judul The Prince dan The Discourses atau bisa disebut sebagai buku pedoman bernegara khususnya Florence. Tetapi jauh dari pemikiran Machiavelli, justru literaturnya diacuhkan oleh penguasa masa itu, dan juga dilarang penerbitannya oleh Gereja pada berikutnya, justru mendapat sambutan hangat di era moderen. Maka amatlah penting untuk mengetahui apa substansi dan relevansi dari The Prince dan The Discourses itu?

1. The Prince

The Prince yang terdiri dari 26 bab yang berisi beberapa pembahasan tentang macam-macam pemerintahan, ketentaraan, posisi agama dalam negara, mempertahankan dan melindungi kekuasaan, dan tatacara memilih aparatus Negara 23 . The Prince adalah sebuah literatur pembuka keran liberalisasi politik yang bebas dari kungkungan Gereja, yang isinya menyangkut bagaimana memprtahankan, merebut, dan memperluas kekuasaan. Di mana asumsi-asumsi yang lahir dari padanya adalah aktualisasi dari hasil riset pengalamannya selama empat belas tahun dengan memformulasikannya dengan situasi dan kondisi Italia yang hancur kala itu. Sehingga isi dari The Prince ini menggeneralisasikan metode politik yang lihai, cerdik, penuh dengan strategi untuk mempertahankan kekuasaan demi stabilitas Negara yang sedang mengalami titik rendah kehancurn, yang penuh dengan penindasaan, kekuasaan Gereja yang ingin menghegemoni Negara, korupsi yang merajalela. Sehingga tak heran bila isi dari The Prince yang sampai saat ini masih menjadi pembicaraan hangat, karena memang isi dari argumentasi Machiavelli ini ibarat penawar yang ditawarkannya bagi Italia khususnya, dan umumnya dipakai juga oleh para pemimpin dunia. Karya ini bisa disebut sebagai karya paling fenomenal yang ditulis oleh seorang Machiavelli, menjadi sorotan, serta pertentangan para sejarahwan, kaum intelektual, para politikus, dan akademisi. Dimana dari isi literatur ini menggambarkan konsep realitas politik demi mempertahankan kekuasaan yang ditelitinya secara komparatif anatara kondisi politik dulu dengan masa Italia yang terpecah belah menjadi Negara kota waktu itu. Tidak sedikit orang yang membela isi dari The Prince dan juga ada yang menyalahkannya, sampai-sampai disebutnya tokoh ini sebagai bapak kejahatan politik. Namun yang paling penting isi dari The 23 Machiavelli, The Prince, h. xi Prince ini Tidak seperti apa yang ditulis oleh para pemikikir sebelumnya, atau pemikir yang sejamanan dengan Machiavelli, yang hanya menyandarkan idenya secara dogmatisme berdasarkan penulisaan klasik yunani dan Romawi, tanpa dikritisi dan ditafsirkan secara menyeluruh. Shingga bisa disebut para pemikir yang sejaman dengan tokoh ini hanya melihat karya-karya klasik secara tekstual 24 . Sedangkan penulis The Prince ini melihat Italia dan sejarah terdahulu adalah dengan metode komparatif kritis. Karena didalamnya menjelaskan berbagai sejarah pemerintahan yang dilakukan oleh raja-raja dengan membandingkan antara Raja yang memperoleh kemenangan, dengan Raja yang mengalami kekalahan seperti yang diceritakan Machiavelli tentang kisah Duke of Ferrara yang mampu bertahan dari serangan kaum Venesia 25 . Karena menurut Machiavelli sendiri sejarah sebuah negara amat berguna untuk pelajaran bagi seorang penguasa, untuk menjadi bahan komparatif seorang penguasa. agar dalam memainkan perananannya dia harus mampu mengontrol Negara dengan baik, meski harus berbuat yang amoral atau bersifat kikir, atau harus siap setiap saat dengan menyelipkan senjata di dekatnya. Karena itu semua dilakukan hanyalah demi keutuhan Negara. Dalam menguasai Negara, si penguasa harus mengendalikan dalam melakukan kekejaman dengan tidak melakukannya tiap hari dan siapapun penguasa yang bergerak aktif dalam Negara atau diluar Negara harus siap dengan 24 Henry J. Schmandt, Filsafat Politik Barat: Kajian Historis Dari Zaman Yunani Kuno Sampai Moderen, h. 250-251. 25 Machiavelli, The Prince, h. 37. pisau ditangan, karena kita tidak tahu hal yang merugikan apa yang bakal menimpa seorang raja dalam tindakan politiknya 26 . Dari karyanya itu Machiavelli mengnginkan Florence menjadi Negara yang kuat, sejahtra, dan aman dari penjajahan negara lain. Dan itu semua menurut Machiavelli bisa di dapat dengan cara bagaimana seorang penguasa dalam bersikap terhadap negaranya. Hal ini mengindikasikan bahwa The Prince telah memberikan gambaran kepada para raja dalam sebuah Negara, sehingga dikenal bahwa raja itu haruslah memiliki dua sifat seperti rubah dan seperti singa. karena Rubah pandai bisa menghindar dari jebakan, dan singa memiliki kekuatan untuk melawan, bahkan ditakuti. Statmen ini bukan berarti Machiavelli menganugrahkan buku kejahatan bagi seorang pangeran, tetapi maksud dari karyanya ini adalah demi kepentingan stabilitas negaranya. Seperti apa yang dia nyatakan dalam bukunya The Prince: “Saya tahu setiap orang akan mengakui seorang penguasa patut dipuji bila memiliki semua kualitas yang baik. Namun semua itu tidak bisa dimiliki atau dijalankan karena kondisi manusia tidak memungkinkannya. Perlu bahwa manusia harus cukup bijak untuk menghindari sifat-sifat buruk yang bisa membuatnya kehilangan Negara. Namun bila tidak mampu, sang pangeran bisa mengikuti dengan sedikit keberatan. Dan dia tidak boleh keberatan melakukan sifat-sifat buruk itu, tanpa hal-hal yang akan sulit untuk menyelamatkan negara. Karena bila orang menganggap baik, akan ditemukan beberapa hal yang tampaknya baik, bila diikuti akan menuju pada keruntuhan seseorang. Sebaliknya hal-hal yang tampak buruk bisa memberikan keamanan dan kesejahtraan lebih besar 27 ”. Pemikiran etika dan kekuasaan yang sulit dipisahkan. Machiavelli menekankan bahwa risetnya ini murni bertujuan menciptakan kestabilan kekuasaan yang dimana etika hanyalah alat untuk mempertahankannya karena maksud dari semuanya adalah memberlakukan peraturan yang perlu diandalakan 26 Machiavelli, The Prince, h. 77. 27 Ibid., h. 112. oleh penguasa secara penuh, agar negara Italia bisa bersatu, dan tidak berpecah belah. Pemisahan antara wilayah etika dan kekuasaan yang dilakukan Machiavelli dalam karyanya ini, karena dorongan situasi Italia waktu itu yang berada dalam posisi krisis, serta perpecahan yang melanda negara itu, dengan kondisi itu Machiavelli ingin membebaskan Italia, dan mempersatukannya kembali. Dan ini semua bisa didapatkan dengan cara mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan oleh sang pangeran demi memajukan kepentingan negara dan rakyat. Metode pertahanan kekuasaan yang dikenalkan Machiavelli ini masihlah relevan dengan konteks politik kekuasaan yang dihadapi saat ini. Karyanya ini menempatkan dia sebagai tokoh pakar politik kekuasaan atau disebut Max Lerner sebagai bapak politik kekuasaan 28 . Terlihat dari sekumpulan konsep yang ada didalamnya tokoh ini memberikan agar para pembacanya sekumpulan prinsip atau kaidah nyata bahwa seorang penguasa bila menginginkan keberhasilan dalam memenej negaranya maka dia arus mempertimbangkan berbagai situasi dan kondisi, sehingga tidak salah dalam bertindak, meskipun dengan berprilaku yang agak bejat asalkan yang perlu digaris bawahi jangan sampai merebut hak kebanyakan rakyat, karena itu bakal menjadikan rakyat tidak mendukungnya, karena rakyatlah yang akan selalu mendukungnya asalakan jangan pernah menyakiti dan menindas rakyat, atau harus diusahakan agar rakyat ini dijadiknnya sebagai teman 29 . Tidak berhenti sampai disitu, selain strategi mempertahankan kekuasan, merebut kekuasaan, atau menghalalkan segala cara dalam meraih kekuasaan, buku 28 Max Lerner, Pendahuluan, dalam The Prince dan The Discourses, New York: Moderen Library, 1950, h. 33. 29 Machiavelli, The Prince, h. 35. The Prince ini juga dikenal sebagai buku paling kontroversial, The Prince adalah sebuah buku yang populer dan berpengaruh. Buku ini masuk ke dalam daftar Books that Changed the World, yang dirumuskan oleh Robert Downs, bersama- sama Wealth of Nations Adam Smith, Essay on the Principle of Population Thomas Malthus, Das Kapital Karl Marx, Mein Kampf Adolf Hitler, Principia Mathematica Sir Issac Newton, Origin of Species Charles Darwin, dan buku-buku hebat lainnya 30 .

2. The Discourses