didalamnya. Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya kekuasaan yang dimiliki seseorang dalam sebuah komunitas manusia.
Seorang tokoh politik Islam, Ibnu Khaldun pun mengakui akan adanya eksistensi kekuasaan. Karena menurutnya kekuasaan adalah sesuatu hal yang
alamiah. Kekuasaan Negara itu adalah sesuatu yang alami bagi manusia.
Sebagaimana telah kami jelaskan, manusia tidak mungkin hidup dan ada tanpa berkumpul dan bekerjasama untuk menghasilkan makanan pokok dan kebutuhan
primer meraka
25
. Tetapi yang menjadi permasalahan dunia saat ini adalah bagaimana
merealisasikan kekuasaan dalam sebuah Negara, dan harus seperti apa, agar Negara itu berada pada posisi yang teratur, kekuasaan bisa bertahan, dan yang
paling penting bagaimana agar cita-cita kekuasaan ini bisa menstabilakan kehidupan bernegara. Untuk itu maka perlulah diketahui mulai dari definisi
kekuasaan itu sendiri.
1. Definisi Kekuasaan
“Dalam pemerintahan
mempunyai makna
yang berbeda:
kekuasaan didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu yang bila tidak dilakukan, akan tetapi
“kewenangan” ini akan mengacu pada klaim legitimasi, pembenaran dan hak untuk melakukan kekuasaan. Sebagai contoh masyarakat boleh jadi
memiliki kekuatan untuk menghukum para kriminal dengan hukuman mati tanpa sebuah peradilan sedangkan orang-orang yang beradab percaya pada
aturan hukum dan perundangan-undangan dan menganggap bahwa hanya dalam suatu pengadilan yang menurut ketenttuan hukum yang dapat
memiliki kewenangan untuk memerintahkan sebuah hukuman mati
26
”. Definisi ini sedikitnya sudah dilaksanakan di era demokrasi saat ini. Tetapi
25
Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, h. 171.
26
Wikipedia, “Kekuasaan,
artikel diakases
pada 5
Januari 2011
dari http:wikipedia.com20110105.
selain daripada itu para pakar politik dari jaman Yunani kuno sampai pada jaman Renaisance pun memiliki konsep sendiri-sendiri meskipun pada intinya adalah
sama. Dimana kekuasaan itu memiliki unsur-unsur adanya penguasa, dan ada yang dikuasai.
Menurut Prof. Miriam Budiarjo, kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut
sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok
untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku
27
, atau Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang
mempengaruhi. Weber memberikan definisi kekuasaan sebagai kemungkinan seorang pelaku mewujudkan cita-citanya didalam sebuah komunitas manusia
dengan kekuatan atau tanpa menghiraukan landasan yang menjadi pijakan kemungkinan itu
28
. Dari definisi para tokoh diatas yang sudah gamblang, menurut seorong
pakar sosiolog moderen Dahrendorf masih terdapat beberapa kekurangan didalamnya karena menurutnya kekuasaan adalah sesuatu hal yang jelas milik
kelompok, milik individu-individu daripada milik struktur sosial
29
. Blau mendefinisikan kekuasaan sebagai kemampuan seseorang atau
sekelompok orang untuk memaksakan keinginannya pada yang lain meski dengan
27
Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 35.
28
Roderick Martin, sosiologi Kekuasaan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993, h. 70.
29
Ibid., h. 71.
kekuatan baik dalam bentuk hukuman atau yang lainnya. Karena menurut Blau sifat daripada kekuasaan ini adalah negatif.
Maka didapat dari sekian definisi, bahwa para pakar politik dan sosiologi membrikan definisi hanya atas dasar kasat mata atau realitas yang tidak diuji
secara mendalam apa substansi dan asas dasar dari kekuasaan itu sendiri sehingga kekuasaan ini terlihat sebagai suatu hal yang negatif
30
. Maka dari itu, perlulah sekarang mengetahui apa definisi kekuasaan
menurut Machiavelli, tokoh ini memberikan definisi yang sarat dengan unsur- unsur negatif menurut beberapa tokoh politik, bahkan dianggap sebagai bapa
kejahatan politik. Akan tetapi bila diambil substansi dari kedua karyanya The Pprince dan The Discaurses, definisi yang selaras dan dicita-citakan Machiavelli
bahwa kadangkala seorang penguasa baru, untuk memperkokoh kekuasaannya, harus berbuat sesuatu untuk mengamankan kekuasaannya, terpaksa berbuat yang
tidak menyenangkan warganya. Tokoh ini mengusulkan, meski begitu untuk merebut sesuatu negara, sang penakluk harus mengatur langkah kekejaman
sekaligus tetapi jangan dilakukannya tiap hari. Kelonggaran harus diberikan sedikit demi sedikit sehingga rakyat bisa merasa senang
31
. Untuk mencapai sukses, seorang penguasa harus dikelilingi dengan menteri-menteri yang mampu
dan setia, Machiavelli memperingatkan Pangeran agar menjauhkan diri dari penjilat dan minta pendapat apa yang layak dilakukan.
Menarik untuk dicatat, menurut Sendiantoro meskipun Machiavelli menganjurkan seorang Pangeran agar melakukan tindakan-tindakan kejam dan
30
Ibid.,h. 75.
31
Machiavelli, The Prince, h. 77.
sinis, dia sendiri seorang idealis, nasionalisme, dan seorang patriotisme
32
. Terlihat dari bukunya the Discaurses dia menulis bahwa seorang penguasa itu harus
melakukan tindakan-tindakanya demi kestabilan negara. Atau moto menghalalkan segala cara hanyalah sebuah ide dari kepalanya yang bertujuan agar negara tidak
dilanda kehancuran dan perpecahan. Kenyataan menunjukkan Machiavelli tak henti-hentinya melukiskan
usulnya seraya mengambil contoh kehebatan-kehebatan yang pernah terjadi di jaman lampau, atau dari kejadian di Italia yang agak baruan. Cesare Borgia yang
dipuji-puji oleh Machiavelli dalam buku The Prince tidaklah belajar taktik dari Machiavelli; malah sebaliknya, Machiavelli yang belajar darinya
33
. Jadi jelaslah bahwa definisi kekuasaan adalah bagaimana seorang
penguasa atau kepala negara merealisasikan kekuasaannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang objektif, karena tida semua yang nampak itu adalah kekejaman
tetapi seperti apa yang dikatakan Machiavelli bahwa kekuasaan itu hanya diperuntukan demi negara.
2. Mempertahankan Kekuasaan