Maka dari itu dalam memandang Machiavelli, terhadap asumsinya tentang kekuasaan ada dua hal; pertama dilihat dari karyanya The Prince yang banyak
dibaca oleh banyak orang dengan asumsi jelek terhadap Machiavelli, kedua melihat Machiavelli dari The Discaurses, yang mana didalamnya dijelaskan
tentang tatacara mengelola negara mulai dari tindakan penguasa terhadap posisi agama, sistem negara republik, moral seorang penguasa, ketentaraan, masalah
korupsi, dll.
1. Metode Memperoleh dan Mempertahankan Kekuasaan
Dalam mengatur strategi merebut kekuasaan sebuah Negara dan memperthankannya semua itu bukanlah semata-mata untuk kepentingan diri
sendiri, akan tetapi itu semua adalah untuk kehormatan dan kesejahtraan Negara, itulah prinsip Machiavelli
35
. Ada beberapa hal yang diungkapkan Machiavelli kepada seorang penguasa
dalam merebut dan mempertahankan Negara. Seorang penguasa harus respect terhadap situasi dan kondisi Negaranya. Jangan sampai seorang penguasa
melakukan tindakan yang salah dalam mengambil tindakan politik. Dan dia harus memperhatikan hal-hal berikut ini; bagaimana posisi agama, memperhatikan
masalah korupsi, serta pentingnya tentara dalam Negara, dan bagaimana memilih apparatus Negara.
1.1. Posisi Agama dalam Negara
Kerajaan Gereja yang dituliskan Machiavelli adalah merupakan contoh yang menyebabkan Machiavelli tidak suka terhadap Gereja. Tokoh ini menulis
bahwa para penguasa Gereja mendominasi kehidupan Negara dan rakyat,
35
Mohammad Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, h. 75.
meskipun secara formal Negara itu adalah dibawah seorang pangeran. Rakyat tidak marah ataupun tersinggung, dan tidak berpikir kerajaan-kerajaan ini aman
dan bahagia. Namun saat mengalami bahaya besar, Machiavelli menulis; Bahwa ini adalah kerajaan yang dipelihara Tuhan, dan menurut dia
percuma membahasnya
36
. Apabila melihat sejarah berikutnya maka akan terbuktilah apa yang
ditakuti oleh Machiavelli bahwa bila Negara dipegang oleh Gereja maka Negara itu akan menemui kehancurannya seperti yang terjadi secara meluas di daratan
Eropa. Bahkan kehancuran Eropa ini disebut sebagai the dark ages
37
. Akan tetapi demi memenuhi akan kebutuhan rakyat yang tidak terlepas
dari agama, maka Machiavelli menyarankan agar kebebasan dalam Negara tetap dijaga. Agar rakyat tidak memberontak, oleh karena itu Machiavelli menyatakan
agar agama yang dipercaya oleh rakyat ini dimanfaatkan, demi keamanan negara guna memberikan keamanan bagi seluruh rakyat.
Salah satu untuk memenuhi kebebasan rakyat itu adalah membiarkan, bahkan harus menghormati, dan menjaga tradisi kepercayaan agama yang dianut
oleh mereka. Karena banyak rakyat yang memberontak terhadap penguasanya akibat dari agama.
Meskipun ada indikasi bahwa Machiavelli adalah seorang yang anti terhadap agama, akan tetapi menurutnya justru seorang penguasa harus mampu
memanfaatkan agama yang diyakini rakyat, agar rakyat selalu setia dan rela mati demi Negara dan penguasa itu sendiri.
36
Machiavelli, The Prince, h. 89.
37
Umar Abdullah, Kapitalisme; The Stanic Ideology, h. 15.
Peran agama amat begitu penting dalam sebuah Negara. Agama banyak membantu dalam memimpin angkatan bersenjata, menyemangati rakyat, membuat
rakyat tetap setia terhadap penguasanya, dan menyingkirkan para penjahat dari Negara. Dengan tidak adanya agama maka sulit untuk membentuk dan
mengontrol angkatan bersenjata
38
. Penguasa Roma lebih berutang kepada Romulus atau agama Numa saya
Machiavelli percaya bahwa Numa paling mudah akan menjadi pilihan pertama, karena bila terdapat agama maka mudah untuk membuat angkatan bersenjata
39
. Oleh karena itu untuk mempertahankan kekuasaan, agama harus tunduk
kepada Negara. Agama harus mendukung lembaga-lembaga public, agama harus menjadi sarana untuk meningkatkan samangat patriotisme. Nasionalisme harus
mengantikan peranan iman dalam kerangka cita-cita religius. Lembaga-lembaga agama hanya sarana-sarana atau alat-alat yang bisa dimamfaatkan untuk menjaga
tata tertib yang berlaku.
1.2. Penguasa dan Korupsi