Implementasi Komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam Menghafal Juz

ayat dan mengetahui ayat berapa yang dibacakan meskipun tidak secara berurutan dan menghafal jumlah surat. Dalam penerapannya metode ini digabungkan dengan matematika sehingga akan melatih anak berhitung dengan menggunakan ayat alQur’an. Pada aktifitas ini dapat dikatakan bahwa komunikasi non verbal berbentuk gestural yaitu menggerakan sebagian badan seperti jari-jari tangan, menandakanmenunjukan jumlah ayat yang dihafal. Adapun di TK Bait Qur’any dalam pemebelajaran jaritmatika Qur’an tidak menggunakan komunikasi non verbal dengan proksemik, olfaksi, artifaktual, paralinguistic dan pesan sentuhan. Sedangkan komunikasi verbalnya berupa lisan ketika guru dan siswa melafalkan ayat-ayat Juz Amma yang hendak dihafal. Pada pembelajaran ini peneliti tidak menemukan komunikasi verbal secara tulisan. 2. Terjemah Kata Perkata dengan metode kinestetik Hafalan Juz Amma menggunakan gerak kinestetik yang dikategorikan sebagai komunikasi non verbal ini sangat membantu anak-anak dalam menghafal. Sebab sifat anak-anak pada usia berkisar 5-6 tahun senang sekali menirukan tingkah laku atau sikap, gerakan guru. Selain itu juga dalam alQur’an terdapat beberapa kata yang sama seperti dalam surat an-Nas, al-Ikhlas, al-Falaq, kata qul ْلق disebutkan tiga kali jika gerakan dari kata qul ْلق ini sama, maka ini akan mempercepat hafalan anak karena anak cukup mengingat sekali saja dan gerakannya akan merangsang ingatan anak. sehingga guru cukup memeragakan anggota tubuhnya maka anak bisa dengan cepat menjawab satu kata dari ayat yang sesuai dengan gerakan tersebut. Dalam hal ini peneliti menguraikan gerak kinestetik surat an-Nas, diantaranya: a. Kata ْلق “katakanlah” Telunjuk ditempelkan pada bibir kemudian telunjuknya dimajukan beberapa sentimeter di depan bibir dan jari yang lain dilipat, terlihat seperti kepalan tangan. Arti dari kata ْلق mengandung suatu perintah , “katakanlah” Makna dari gerakan ini adalah katakan secara lisan sehingga geraknya itu menunjuk pada mulut yang diatasnya terdapat telunjuk. Dari lima jari yang ada di tangan, hanya telunjuk saja yang berada diatas mulut, alasanya adalah jari telunjuk sering digunakan banyak orang untuk memerintahkan individu komunikan melakukan sesuatu sesuai dengan yang diinginkan oleh individu yang lain atau komunikator. Sehingga telunjuk berfungsi sebagai simbol memerintah. Guru bisa juga menggunakan pesan gestural sebagian badan, seperti mengangkat kedua alisnya bersamaan dengan gerakan non verbal pada kata ْلق. Pada posisi ini gerakan non verbal berfungsi sebagai repetisi yakni mengulang kembali gagasan yang telah disajikan secara verbal dan melengkapi pesan verbal sehingga memperjelas pesan yang disampaikan kepada komunikan dan yang menjadi tujuan dari komunikasi bisa tercapai, komunikan mengerti dan memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator, dimana guru berlaku sebagai komunikator dan murid sebagai komunikan dengan model pembelajaran yang telah dipaparkan di atas. Pada dasarnya tujuan dari komunikasi adalah mengubah perilaku komunikan, dalam hal ini guru bisa mengubah tingkah murid dari yang tadinya hanya diam dan memperhatikan saja kemudian murid mengikuti perkataan dan gerak guru dalam menghafal Juz Amma. b. Kata وعأ yang berarti aku berlindung Kedua telapak tangan terbuka ke atas seperti gerakan orang yang sedang berdo’a kemudian kepala ditundukan ke bawah. Berlindung disini memiliki arti meminta perlindungan hanya dari Allah SWT yang Maha Penyayang dan Pengasih terhadap ciptaannya yang tiada satupun tandinganNya dan hanya Dialah yang berhak untuk disembah dan dimintai pertolongan dan perlindungan oleh hambanNyamakhluk ciptaanNya. Gerakan seperti berdo’a menunjukan kepasrahan dan kerendahan hati dari seorang hamba yang tidak berdaya dan tidak memiliki kekuatan apapun selain hanya dariNya. Memberikan gambaran bahwa seorang hamba pasti membutuhkan Sang Pencipta yang Maha Pengatur tempat mengadu dan pelindung dari segala kejahatan dan marabahaya yang menimpa. c. Kata ِ ب , كلم , هلإ Kepada Tuhan , Raja , Di sini ada tiga sifat Allah yang dengannya manusia di perintahkan untuk berlindung, yang pertama adalah Rububuyah maksudnya adalah mencakup penciptaan makhluk, pengatur, pendidik wa ta’ala adalah pencipta, pengatur dan pemberi rezeki seluruh umat manusia. Tentunya Allah subhanahu wa ta’ala bukan hanya Rabb atau Tuhannya manusia, namun juga seluruh alam semesta ini beserta isinya. Pengkhususan penyebutan Rabb manusia dalam surat ini adalah untuk menyesuaikan dengan pembicaraan. Menauhidkan Allah pada hal tersebutlah yang dimaksud dengan tauhid rububiyah. Kedua, Mulk kerajaan , Al-Malik adalah salah satu dari asmaul husna yang bermakna pemilik kerajaan yang sempurna dan kekuasaan yang mutlak. Allah adalah raja yang berhak bertingkah laku terhadap ciptaan-Nya, Dialah yang berhak berbuat terhadap mereka dan mengatur mereka sebagaiman yang Dia kehendaki, Dia yang memiliki kekuasaan penuh bagi mereka Dialah raja mereka yang haq. Ketiga, ketuhanan, Dialah Tuhan yang haq, Tuhan sesembahan makhluq yang tidak ada tuhan selain-Nya, maka tidak selayaknya bagi seorang hamba menyekutukan-Nya, serta tidak patut untuk meminta kepada selain-Nya baik dalam perkara do`a dan yang lain. Sedangkan penyebutan kata sembahan manusia di sini adalah untuk menegaskan Allah adalah yang seharusnya disembah oleh manusia dengan berbagai macam peribadatan. Ketiga kata yang berbeda lafadz namun merujuk pada arti yang sama yaitu Allah SWT, sehingga gerakannyapun sama yaitu tangan kanan ke atas menunjukan bahwa Allah adalah yang maha tinggi, Raja diraja dan Sesembahan yang patut disembah oleh makluknya. Dialah yang Esa yang menguasai manusia dan Maha Agung yang memiliki kerajaan bumi dan langit. d. Kata ِساَّلا yang berarti manusia Dalam surat ini Allah menyebutkan kata an-Nas sampai tiga kali, yang terletak pada ayat yang pertama, kedua dan ketiga, yang pastinya dalam pengulangan ini Allah memiliki maksud tersendiri, menurut Mufassir Allah telah memberikan kekhususan bagi manusia dengan mengaruniakan sebagai penghormatan dan pemuliaan bagi manusia, juga memberikan akal dan ilmu. Namun meskipun manusia diberikan keistimewaan lebih dari makhluk lain ciptaanNya, bahkan para malaikatpun sujud kepadanya tetaplah ia adalah makhluk yang membutuhkan dan bergantung pada yang lain. Sehingga gerakan kinestetik dari kata ِساَّلا adalah kedua tangan menunjuk ke bawah, memiliki makna bahwa manusia itu rendah, lebih rendah dari Tuhan. Makhluk yang lemah dan tidak memiliki kekuatan kecuali dari Allah SWT. butuh akan pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala. e. Kata نم ِ ش Dari Kejahatan Tangan kanan dikepalkan kemudian ditepukan ke bagian tubuh bagian atas secara menyilang. Filosofinya adalah kejahatan itu bisa menimbulkan kerugian atau kesengsaraan sedikitnya pada diri sendiri dan biasanya berawal dari dada atau hati. kejahatan yang menyebabkan perbuatan dzalim pada diri sendiri kejahatan dari dalam manusia. Menurut Al- Mu’tamir bin Sulaiman kejahatan itu bisa dari bisikan syetan. Bisikan syetan yang suka meniup di hati manusia ketika bersedih ataupun bergembira. f. Kata س وْسوْل “Bisikan” ي َل سوْسوي yang membisikan Postur tubuh miring ke sebelah kanan, kemudian tangan kanan menempel di dekat telinga yang sebelah kanan, terlihat seperti orang yang sedang mendengarkan bisikan, yang di maksud dengan bisikan seperti yang dikatakan oleh Ibnu Qayyim adalah ajakan kepada sesuatu yang tidak terdengar oleh telinga, atau ajakan yang bukan berbentuk suara. Al was-was adalah bisikan yang betul- betul tersembunyi dan samar Syetan dinamakan bisikan karena kebanyakan godaan yang dilancarkannya itu melalui bisikan yang biasa bersembunyi karena setan itu suka bersembunyi dan meninggalkan hati manusia bila hati manusia ingat kepada Allah. Al-Aufi berkata dari Ibnu Abbas shalallahu alaihi wasalam mensfsirkan kata س وْسوْل yaitu syetan menyuruh pada kejahatan, apabila ditaati sehingga orang tersebut melakukan kejahatan, lalu kemudian syetan berlepas diri. watak syaithan selalu menghembuskan bisikan-bisikan jahat ke dalam hati manusia. g. Kata س َّخْل “syetan yang bersembunyi” Posisi tangan kanan sama seperti pada kata ِساَوْسَوْلا yaitu tangan menempel ke telinga yang berbeda adalah postur tubuh tegak dan tangan kiri berada di atas tangan kanan. Makna gerakannya adalah tangan kiri seolah olah-olah bersembunyi dan yang menghalanginya adalah tangan kanan yang sedang berbisik, jadi syetan itu membisikan kejahatan dan ia bersembunyi atau berlepas diri dari yang digodanya. Al-khannas adalah mundur ketika seorang hamba berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, maka syaithan bersifat khannas yaitu „mundur’ dari perbuatan menyesatkan manusia. Sebagaimana dalam firman-Nya artinya: “Sesungguhnya syaitan itu tidak mempunyai kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb- nya.” An Nahl: 99 Di tafsir lain, Al-khannas artinya bertambah kuat larinya dan kembalinya, ketika dzikir kepada Allah, Al-kahannas juga berarti tertutup dan tersembunyi, di antara kalimat yang bermakna itu adalah perkataan Abu Hurairah, “ Pada suatu jalan Madinah, Nabi bertemu denganku sedangkan pada waktu itu aku sedang junub, maka aku bersem bunyi darinya” Maka sebenarnya lafadz س َّخْل ini adalah menghilang setelah tampak. h. Kata يف و ص “ ke dalam dada” Ibu jari menunjuk ke dada, untuk memberitahukan bahwa و ص artinya dada dan menginformasikan posisi dada pada anak-anak. selain itu, maknanya adalah bisikan yang dihembuskan syetan itu ke dalam dada manusia. i. Kata نم ةَّجْل “dari golongan jin” Ibu jari menunjuk ke belakang, jin disini bermakna syetan dari golongan jin yang tidak terlihat oleh kasat mata, yang berada dibalik layar kehidupan manusia, menghembuskan kejahatan yang kadang manusia tidak menyadarinya, bahkan tidak menyadari keberadaannya. Dari pembelajaran hafalan terjemah Juz Amma perkata menggunakan komunikasi verbal secara lisan tanpa menggunakan media, atau bertemu langsung secara face to face antara komunikator dan komunikan. Peneliti menemukan bahwa pesan gestural, facial dan postural diterapkan dalam hafalan Juz Amma perkata. Hal ini dapat dilihat dari gerakan-gerakan yang ditampilkan oleh gambar. Pesan facial terlihat dari gerakan kata وعأ dimana kedua telapak tangan terbuka terlihat seperti orang yang berdo’a dengan wajah merunduk memohon perlindungan kepada Allah S.W.T. Peneliti tidak menemukan penerapan paralinguistik pada hafalan Juz Amma, dimana paralingustik ini mengacu pada aspek-aspek suara selain ucapan yang bisa dipahami yang menunjukkan emosi dan pikiran komunikator, mengungkapkannya dengan intonasi, nada suara d an volume suara. Meskipun di PAUD Bait Qur’any menggunakan nada suara, volume suara, intensitas dan intonasi dalam menghhafal Juz Amma, hal ini tidak menunjukan penerapan paralinguistik sebab kata-kata yang diucapkan memiliki makna yang bisa dipahami. Selain itu juga tidak ditemukan penerapan olfaksi, sentuhan dan artifaktual dalam menghafal Juz Amma dengan terjemah perkata. Untuk olfaksi sendiri sengaja tidak digunakan sebab sulit untuk menyampaikan pesan dengan cara olfaksi dalam hafalan Juz Amma perkata. Adapun artifaktual tidak dilakukan dikarenakan sangat erat kaitannya dengan budaya dan peristiwa-peristiwa tertentu saja seperti ketika berduka memakai pakaian hitam-hitam, dalam hafalan Juz Amma banyak hambatan untuk menerapkan komunikasi secara arifaktul. Begitupun dengan sentuhan, disini siswa hanya diajarkan menggerakan anggota badannya sendiri dalam menghafal Juz Amma tanpa melibatkan temannya. Adapun dari segi fungsinya komunikasi non verbal dalam menghafal Juz Amma perkata diantaranya, yaitu fungsi repetisi, dapat dilihat pada gerakan pada kata س وْسوْل . Subtitusi, yaitu ketika guru hanya menunjukan geraknya saja seperti pada kata يف و ص , maka siswa akan menjawab di dalam dada. Komplemen disini sama dengan fasial yaitu menunjukan air muka, terlihat ketika menyebutkan kata مْيتيْل . Aksentuasi menegaskan pesan verbal seperti pada kata ك ن ش yang berarti orang yang membencimu diucapkan dengan kata yang keras dan ditekan lalu posisi kedua tanggan ada di pinggang. Kontradiksi tidak diterapakn karena akan menimbulkan pembelajaran yang salah yaitu gerakan dan artinya tidak sesuai. 3. Tajwid Dalam membaca menghafal Juz Amma ada aturan-aturannya tersendiri seperti makhrojul huruf atau tajwid, panjang pendeknya bacaan harus diperhatikan agar bacaan terdengar fasih. Oleh karena itu guru Bait Qur’any menggerak-gerakan tangannya untuk hukum bacaan. Untuk hukum bacaan yang memiliki panjang dua harakat atau satu alif dua ketukan seperti mad thobi’I, mad iwad dan lain-lain maka guru menggerakan telunjuk kanan dari atas ke bawah, sebagai tanda bahwa kata yang dibacanya adalah panjang dua harakat.Untuk bacaan yang hukumnya ghunnah, guru membuka tangan sebelah kanan kemudian mengepalkannya seperti sedang menangkap sesuatu.Untuk bacaan yang berharakat 5-6 maka guru mengayun-ayunkan telapak tangan hingga 5-6 kali. 2 Dari pembelajaran tajwid penulisan menemukan penerapan komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi non verbal terlihat dari gerakan-gerakan tangan sesuai dengan harakat dan hakum bacaan. Pada aktivitas ini tidak bisa terlebas dari komunikasi verbal secara lisan. 2 Nurul Hikmah, MA Kepala Sekolah PAUD Bai t Qur’any Wawancara Pribadi, Tangerang Rabu, 20 April 2011

B. Hambatan Implementasi Komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam

Menghafal Juz Amma di PAUD Bait Qur’any Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah PAUD Bait Qur’any Nurul Hikmah, MA mengungkapkan bahwa hambatan yang ditemui dalam penerapan komunikasi verbal dan non verbal, pertama para orang tua dan masyarakat luas belum mengetahui atau bahkan tidak mengetahui metode ini sebab metode menghafal Juz Amma dengan kinestetik merupakan metode baru yang dicetuskan oleh Bait Qur’any sendiri sehingga para orang tua wali murid harus ikut belajar agar pembelajaran di rumah dan dise kolah sama. PAUD bait Qur’any mengadakan sekolah ibu yang diadakan satu bulan sekali untuk mengatasi hal tersebut, namum sayangnya wali murid jarang menghadiri program sekolah ibu. Kedua , Alumni PGTK atau tenaga pengajar tidak menguasai hafalan Qur’an dengan metode kinestetik sehingga pengelola harus mempersiapkan para guru yang mampu dan mau menghafal dengan kinestetik. 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan serangkaian penelitian dan menguraikan pembahasan tentang komunikasi Implementasi Komunikasi verbal dan non verbal dalam menghafal Juz Amma di PAUD Bait Qur’any maka penulis dapat menyimpulkan dengan merujuk pada perumusan masalah secara rinci simpulan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Implementasi Komunikasi verbal dan non verbal di PAUD Bait Qur’any terdapat pada program pengajaran jaritmatika qur’an, terjemah kata perkata dan tajwid. 2. Hambatan yang ditemui dalam implementasi verbal dan nom verbal di PAUD Bait Qur’any pada hafalan Juz Amma ada pada orang tua, calon guru, dan masyarakat seara luas belum mengetahui hafalan Juz Amma dengan menggunakan dua jenis komunikasi.

B. Saran

Berdasarkan temuan, pembahasan dan kesimpulan penelitian maka diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Dalam memberikan materi kepada murid, hendaknya guru tidak terlalu memaksakan dan menuntut anak untuk bisa hafal cepat. Hal yang terpenting anak mendengarkan bacaannya, meskipun anak terlihat tidak fokus tapi sebenarnya mereka menyerap apa yang ada di sekitar lingkungannya. 58 2. Sebaiknya guru memahami kecenderungan individu dalam hal pola belajarnya sehingga anak didiknya merasa nyaman ketika belajar. 3. Agar kegiatan peningkatan kualitas terhadap guru melalui pelatihan- pelatihan tertentu dapat diintensifkan sehingga para guru dalam memberikan materi kepada murid tidak jenuh dan merasa senang serta nyaman ketika belajar. 4. Hendaknya para orang tuapun ikut aktif dalam menjaga hafalan dengan memberikan laporan perkembangan anak seperti CAS catatan anak shaleh, dan memberikan lingkungan yang baik untuk anak.