Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
3
dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar.
Anak menyerap semua rangsangan yang diberikan oleh lingkungannya. Otak anak mampu menampung informasi dengan kecepatan yang mengagumkan.
Gutama dalam makalahnya Sosialisasi Pendidikan Anak Usia Dini 2005 mengemukakan hasil penelitian Longitudinal yang menyebutkan bahwa 50
perkembangan kecerdasan anak terjadi pada usia 0-4 tahun yang disebut sebagai masa keemasan golden age, 30 terjadi pada anak usia 4-8 tahun, dan 20
terjadi pada usia 18 tahun.
2
Pada usia 0 – 4 tahun golden age merupakan kesempatan berharga yang
hanya datang satu kali. Oleh karena itu anak harus distimulus dengan hal-hal yang baik yang mampu meningkatkan intelegensinya sekaligus mengkondisikan
lingkungan yang baik agar sosial anak berkembang sesuai dengan tahapan usianya.
Al Qur’an adalah mukjizat yang telah Allah jamin kemurniannya hingga
hari kiamat kelak. Ada banyak kemuliaan dan kebaikan yang ada dalam al Qur’an.
Salah satunya adalah al Qur’an dapat merangsang perkembangan otak anak dan
meningkatkan intelegensinya. Seorang peneliti bernama Enrick William Duve menemukan bahwa otak
bereaksi terhadap gelombang suara tertentu. Gelombang tersebut dapat berpengaruh secara positif dan negatif. Setiap suara atau sumber bunyi memiliki
frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Bacaan al Qur’an yang dibaca dengan
2
Abuddin Nata, Hand Out : Konsep Islam Tentang Pendidikan Anak Usia Dini: Motivasi Menghafal Alqur’an Sejak Dini, Jakarta 2009, h.2.
4
tartil yang bagus dan sesuai dengan tajwid memiliki frekuensi dan panjang gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara positif.
3
Setiap anak memiliki hak untuk mengetahui aturan Allah secara maksimal, untuk itu para ulama salaf seperti imam alGhazali, Ibnu Miskawih, Ibn Sina
sepakat bahwa menghafal alQ ur’an menjadi materi pertama dalam proses belajar
anak. Ibnu Sina bahkan memulai pembelajaran alQ ur’an semenjak berusia 3 tahun
di Kuttab. Menurut Ibun Khaldun pengajaran alQuran adalah dasar pengajaran dalam
semua kurikulum sekolah di berbagai negara Islam. Al Qur’an merupakan
semboyan agama yang mengukuhkan akidah. Begitu juga Ibnu Sina, dalam kitabnya as-Siyasah, menekankan kaum muslimin seharusnya mempersiapkan
fisik dan mental anak yang dimulai dengan pengajaran alQuran.
4
Imam al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mewasiatkan pengajaran alQuran, hadist dan cerita orang-orang sholeh kepada anak-anak Para orang tua
menyerahkan anak-anak mereka kepada seorang syaikh murabbi pendidik untuk diajar alQuran.
Pemaparan para ulama di atas merujuk pada hadis Rasulullah : Didiklah anak-anakmu dalam tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai
keluarganya dan membaca al-Quran. Sesungguhnya orang-orang yang membawa al- Quran berada dalam naungan Arsy Allah ketika tidak ada naungan
3
Muhammad Syafik, Back to al- qur’an : Mozard ternyata tidak membuat Cerdas.
http:insanpermata.com diakses pada tanggal 29 desember 2010
4
Nurul Habiburrahmanuddin dan Hikmah Nurul, Asyiknya dan Seru Menghafal AlQur’an
dengan Gerak dan LaguMulai usia 0 tahun.. Tangerang:At-Tafkir Press, 2008. h. 3
5
kecuali naungan Nya, bersama para nabi dan orang-orang suci. H.R. Ath- Thabrani.
Dari berbagai alasan mendasar yang telah disebutkan di atas, dapat dikatakan bahwa menghafal Al
Qur’an pada usia dini merupakan faktor terpenting dalam sejarah kehidupan manusia. Memperbanyak lembaga-lembaga al
Qur’an, merupakan suatu usaha diantara sekian usaha yang dapat dilakukan dalam rangka
menjaga kemutawatiran al Qur’an, di samping sebagai sarana untuk meningkatkan
kualitas ummat Namun perlu disadari bahwa menghafal alQ
ur’an tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Butuh kesabaran, keseriusan, pembiasaan,
pengaturan waktu, kekonsistenan, serta pengkondisian lingkungan. Hal yang utama adalah minat, dan yang paling sulit dalam hal ini adalah menjaga hafalan
agar tetap di ingatan, menjaga hafalan diibaratkan menambatkan unta yang tidak diikat sehingga mudah lepas. Kemaksiatan adalah salah satu penyebab terlepasnya
hafalan dari seorang hafidz atau hafidzoh. Seorang imam besar seperti Imam Syafi’i yang tidak sengaja melihat aurat wanita berdampak pada hilangnya
beberapa ayat yang telah dihafalkannya. Sementara saat ini kemaksiatan ada di mana-mana masuk ke rumah-rumah
melalui tayangan televisi, yang menyebabkan anak lebih mengenal Naruto, Spong Bob, Dora, Power Ranger dan tokoh-tokoh lainnya sebagai panutan dibandingkan
dengan nabinya sendiri. Game yang diminati anak – anak juga memberikan
banyak pengaruh negatif pada anak dibandingkan dengan pengaruh positifnya. Anak rela berjam-jam atau bahkan seharian berada di warnet hanya untuk bermain
6
game sehingga menimbulkan kemalasan, penurunan semangat belajar dan tindakan kekerasan sebagai proses imitasi dari yang ia lihat.
Realitas yang dipaparkan menjelaskan bahwa lingkungan yang ada saat ini kurang baik bagi para penghafal alQ
ur’an cilik. Beberapa orang yang berkecimpung di bidang pendidikan berinisiatif menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk para penghafal dengan cara mengintegrasikan lembaga pendidikan dengan home learning.
Pada home learning proses belajar berlangsung dalam semua aktifitas anak sehari-hari melalui bantuan orang tua sebagai penanggung jawab pendidikan
dengan tujuan membangun kepribadian Islam, pengetahuan Islam, penguasaan sains dan tehnologi. Proses tersebut menjadikan lingkungan yang ada di sekeliling
anak sebagai media belajar. Integrasi lembaga pendidikan dengan home learning sejalan dengan
pernyataan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Bentuk partisipasi orang tua
yaitu melanjutkan proses pembelajaran anak dan mendukung apa yang telah diperoleh anak dari sekolah.
Untuk menumbuhkan minat menghafal alQur’an pada anak usia dini perlu
menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan usianya agar anak tidak merasa terbebani. Setiap lembaga pendidikan alQ
ur’an memiliki metode tertentu dalam pengajaran hafalan alQ
ur’an. Diantara lembaga-lembaga pendidikan alQ
ur’an yang mempunyai ciri khas yang membedakan dengan lembaga yang lain adalah PAUD Bait Qur’any.
7
PAUD Bait Qur’any merupakan sebuah lembaga yang disiapkan bagi para calon generasi Islam untuk mencintai al
Qur’an dan mengamalkannya dengan mendidik para siswanya hafal juz 30 dengan menggunakan strategi
hafalan “kata perkata” dalam proses pembelajarannya. Guru membimbing hafalan anak secara
lansung dengan mengucapkan satu kata dalam satu ayat beserta artinya dan menggunakan gerakan tubuh kemudian anak mengikutinya setelah hafal dan
dilanjutkan dengan kata selanjutnya sampai satu ayat selesai. Kemudian anak yang mampu menghafal ayat tersebut diperbolehkan masuk kelas.
Metode ini merupakan bagian dari tehnik komunikasi yang dilakukan oleh guru kepada siswa. Melalui metode ini, anak-anak sangat antusias sebab pada usia
dini anak senang meniru perilaku atau tindakan yang dilihatnya. Ia menirukan gerakan yang dicontohkan oleh guru sesuai dengan makna yang terkandung di
dalamnya, selain itu metode ini menjadikan anak mengetahui arti dari ayat yang dihafal.
Penerapan metode hafalan alQur’an kata-perkata dilakukan pada saat akan memasuki kelas. Anak-anak berbaris di depan sekolah sementara posisi guru ada
di samping, belakang dan didepan anak-anak. Satu hari satu ayat hafalan alQ ur’an
dimana santri menghafal al Qur’an di bawah bimbingan guru secara langsung
dengan cara melafalkan satu kata dalam sebuah ayat beserta artinya sekaligus menggunakan gerakan tubuh. Berdasarkan deskripsi diatas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : IMPLEMENTASI KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL DALAM PROSES MENGHAFAL
8
AL- QUR’AN PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PAUID DI BAIT
QUR’ANY CIPUTAT B.
Batasan dan Rumusan Masalah
1. Fokus Masalah
Dalam menyikapi permasalahan di atas maka penulis ingin fokus pada masalah pembelajaran verbal dan non verbal di PAUD Bait Qur’any.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana guru mengimplementasi komunikasi verbal dan non verbal
dalam proses menghafal alQ ur’an di PAUD Bait Qur’any ?
b. Apa hambatan yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan
komunikasi verbal dan non verbal dalam proses menghafal alQur’an di
PAUD Bait Qur’any ?