mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal.
David C. Mc Cleland dikutip Mangkunegara, 2001: 68, berpendapat bahwa “Ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian
kerja”. Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik baiknya agar mampu mencapai
prestasi kerja kinerja dengan predikat terpuji. Mc. Clelland juga mengemukakan 6 karakteristik dari seseorang yang memiliki motif yang tinggi yaitu : memiliki
tanggung jawab yang tinggi, berani mengambil resiko, memiliki tujuan yang realistis, memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan,
memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukan dan mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogamkan.
1.5.2.3. Pengukuran Kinerja Karyawan Bernandin Russell 1993:135 mengemukakan ukuran-ukuran dari
Kinerja karyawan yang dikutip oleh Faustino Cardoso Gomes dalam bukunya Human
Resource Managemen yaitu sebagai berikut :
1. Quantity of work yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode yang
ditentukan.
2. Quality of work yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat
kesesuaian dan kesiapanya.
3. Job Knowledge yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan
keterampilannya.
4. Creativeness yaitu keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-
tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.
5. Cooperation yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain atau sesama
anggota organisasi
Universitas Sumatera Utara
6. Dependability yaitu kesadaran untuk dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan
penyelesaian kerja.
7. Initiative yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam
memperbesar tanggungjawabnya.
8. Personal Qualities
yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan,
keramahtamahan dan integritas pribadi.
Sedangkan Agus Dharma dalam bukunya Manajemen Supervisi 2003: 355 mengatakan hampir semua cara pengukuran kinerja mempertimbangkan beberapa
hal. Pertama kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan
kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan. Kedua kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan baik tidaknya. Pengukuran kualitatif keluaran
mencerminkan pengukuran tingkat kepuasan, yaitu seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran. Ketiga ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya
dengan waktu yang direncanakan. Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian
suatu kegiatan. Menurut Hasibuan 2002: 56 kinerja dapat dikatakan baik atau dapat dinilai
dari beberapa hal, antara lain: 1.
kesetiaan, 2.
prestasi kerja, 3.
kedisiplinan, 4.
kreativitas, 5.
kerja sama, 6.
kecakapan, 7.
Tanggung jawab, dan 8.
Efektivitas dan efisiensi. Kesetiaan karyawan dapat dilihat dari tekad dan kesanggupan menaati,
melaksanakan, dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan
Universitas Sumatera Utara
tanggung jawab. Sehingga menghasilkan prestasi kerja yang maksimal. Prestasi kerja merupakan kinerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugas
dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Kinerja karyawan juga dinilai berdasarkan kedisiplinannya dalam
menjalankan tugasnya sebagai karyawan yaitu kesadaran dan kesediaan seorang karyawan untuk menghormati, menghargai, mematuhi, dan menaati peraturan-
peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya.
Selain itu kreativitas karyawan juga perlu dibangun. Kreativitas ini berupa kemampuan pengetahuan yang dimiliki karyawan dan juga kemampuan untuk
mengemukakan atau menciptakan suatu program kerja baru dalam menghadapi tantangan-tantangan kerja, baik secara individu maupun dalam tim. Sehingga
karyawan juga ditutut untuk mempunyai kemampuan bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan,
sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Pekerjaan yang dilakukan karyawan harus berjalan secara efektif dan efisien agar dapat meningkatkan
kinerjanya, dan yang terpenting dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya karyawan tersebut mempunyai kesanggupan untuk
menyelesaikan dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani memikul resiko atas keputusan yang telah diambilnya atau tindakan yang telah dilakukan.
Seorang karyawan dapat dikelompokkan kedalam tingkatan kinerja tertentu dengan melihat aspek-aspeknya, seperti tingkat efektivitas, efisiensi, keamanan dan
kepuasan pelanggan yang dilayani. Tingkat efektivitas dapat dilihat dari sejauh mana
Universitas Sumatera Utara
seorang karyawan dapat memanfaatkan sumber-sumber daya untuk melaksanakan tugas-tugas yang sudah direncanakan, serta cakupan sasaran yang bisa dilayani.
Tingkat efesiensi mengukur seberapa tingkat penggunaan sumber-sumber daya secara maksimal dalam pelaksanaan pekerjaan. Sekaligus pula dapat diukur besarnya
sumber-sumber daya yang terbuang, semakin besar sumber daya yang terbuang, menunjukkan semakin rendahnya tingkat efisiensinya.
Unsur keamanan-kenyamanan dalam pelaksanaan pekerjaan, mengandung dua aspek, baik dari aspek keamanan-kenyamanan bagi karyawan maupun bagi pihak
yang dilayani. Dalam hal ini, penilaian aspek keamanan-kenyamanan menunjuk pada keberadaan dan kepatuhan pada standar pelayanan maupun prosedur kerja. Adanya
standar pelayanan maupun prosedur kerja yang dijadikan pedoman kerja dapat menjamin seorang karyawan bekerja secara sistematis, terkontrol dan bebas dari rasa
‘was-was’ akan komplain. Sementara itu, pihak yang dilayani mengetahui dan memperoleh ‘paket’ pelayanan secara utuh.
Mengingat fungsi ideal dari pelaksanaan tugas karyawan dalam unit kerja adalah fungsi pelayanan, maka unsur penting dalam penilaian kinerja karyawan
adalah kepuasan pelanggan atau pihak yang dilayani. Mengukur kepuasan pelanggan adalah satu hal yang cukup pelik, sehingga tidak jarang unsur ini sering kali diabaikan
dan jarang dilakukan. Disebut pelik, karena pengukuran kepuasan pelanggan harus memperhatikan validitas pengukuran, sehingga harus memperhatikan metode dan
instrument yang tepat. Dalam pelaksanaan pekerjaan yang bersifat profit-oriented, kepuasan pelanggan seringkali dihubungkan dengan tingkat keuntungan financial
yang diperoleh. Dalam pelaksanaan pekerjaan yang social-oriented, kepuasan
Universitas Sumatera Utara
pelanggan banyak dihubungkan dengan tingkat kunjungan ulang pelanggan. Meskipun kenyataannya tidak selalu demikian karena pelayanan yang sifatnya
monopolistik dapat meningkatkan keterpaksaan pelanggan untuk datang dan minta dilayani. Mereka tidak memiliki pilihan.
1.5.3. Hubungan Budaya Organisasi dan Kinerja Karyawan.