Kepala sekolah sebagai educator pendidik

31 d. Usaha membantu efektivitas program tentang hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran; e. Memiliki sikap positif ke arah para guru, pustakawan, laboran, tenaga administrasi dan para siswa. 62 Sedangkan Menurut Ki Hadjar Dewantara yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto, mengemukakan bahwa pemimpin yang baik haruslah menjalankan peranan seperti berikut: 1. Ing ngarso asung tulodo, 2. Ing madyo mangun karso, dan 3. Ing Tut wuri andayani. 63 Menyadari adanya peranan-peranan tersebut di atas kiranya sangat berfaedah bagi para kepala sekolah dan pemimpin-pemimpin pendidikan lainnya untuk menjalankan tugasnya dengan lebih berhati-hati dan menuju ke arah yang lebih baik lagi.

2. Kepala sekolah sebagai educator pendidik

Sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme kepala sekolah, terutama dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksanaan tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala sekolah, atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat mempengaruhi kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya, demikian halnya pelatihan dan penataran yang pernah diikutinya. 64 Selain itu E. Mulyasa mengemukakan bahwa upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah sebagai educator, khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik, sebagai berikut: Pertama; mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-penataran, untuk menambah wawasan para guru. Selain itu, memberi kesempatan pada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 62 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, Edisi I, Cet. Ke-3, h. 206 63 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan…, h. 66 64 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. Ke-4, h. 100 32 Kedua; kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman. Hal ini bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya. Ketiga; menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran. 65 Menurut Wahjosumidjo mengemukakan bahwa ada empat fase proses pembinaan pengajaran yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah, yaitu: a. Penilaian sasaran program assessing program objectives, dalam fase ini perlu diuji keadaan program pengajaran dengan tuntutan masyarakat dan kebutuhan mereka yang belajar; b. Merencanakan perbaikan program planning program improvement, dalam tahap ini perlu dibentuk struktur yang tepat, mengusahakan dan memanfaatkan informasi, serta mengadakan spesifikasi sumber-sumber yang diperlukan untuk program; c. Melaksanakan perubahan program implementing program change, termasuk memotivasi para guru, pustakawan, laboran, dan para tenaga administrasi, membantu program pengajaran, dan melibatkan masyarakat; d. Evaluasi perubahan program Evaluation of program change constitutes, dalam fase ini perlu perhatian untuk merencanakan evaluasi dan penggunaan alat ukur yang tepat untuk hasil pengajaran. 66 Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa peran kepala sekolah sebagai educator terkait dengan pengembangan kompetensi guru yaitu berupaya terus menerus meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikutsertakan guru dalam pelatihan-pelatihan, memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan memberikan pembinaan kepada guru terkait dengan program pembelajaran di sekolah. 65 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional..., h. 100-101 66 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah..., h. 207 33

3. Kepala sekolah sebagai manajer