24
daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3. Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok- pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua
tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari
tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat ranking atau sebagai ukuran mutu sekolah.
45
Adapun fungsi pokok evaluasi dalam proses belajar mengajar secara garis besar menurut Harjanto sebagai berikut:
a. Untuk mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah
melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu. b.
Untuk mengukur sampai di mana keberhasilan sistem pengajaran yang digunakan.
c. Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses
belajar mengajar. Selain itu hasil evaluasi pengajaran juga dapat digunakan untuk:
a. Bahan pertimbangan bagi bimbingan individual peserta didik.
b. Membuat diagnosis mengenal kelemahan-kelemahan dan kemampuan
peserta didik. c.
Bahan pertimbangan bagi perubahan atau perbaikan kurikulum.
46
4. Upaya Pengembangan Kompetensi Profesional Guru
Dalam konteks manajemen guru adalah tenaga personil dari sebuah instansi atau organisasi. Untuk itu, dalam pembahasan mengenai pengembangan
kompetensi profesional guru penulis mengacu pada konsep pengembangan sumberdaya manusia secara umum.
Menurut T. Hani Handoko, “pengembangan adalah upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian.”
47
Dalam kaitannya dengan tenaga kependidikan, menurut Sudarwan Danim pengembangan adalah “suatu aktivitas yang merujuk pada peluang-peluang
45
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar…, h. 120-121
46
Harjanto, Perencanaan Pengajaran…, h. 277-278
47
T. Hani Handoko, Manajemen Personalia Dan Sumberdaya Manusia, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2000, cet. ke-14, h. 104
25
belajar learning opportunities yang didesain khusus untuk membantu pertumbuhan profesional tenaga kependidikan”.
48
Jabatan guru sebagai suatu profesi dituntut agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan sifat-sifat kepribadian yang sesuai dengan profesinya.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan profesionalitas guru perlu adanya upaya pengembangan terhadap profesionalisme guru.
Menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi mengemukakan bahwa pengembangan sikap profesional dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Pengembangan sikap selama pendidikan pra-jabatan
Pendidikan pra-jabatan sangat perlu dilakukan untuk mencetak individu menjadi qualified baik dari segi keterampilan, teori, tingkah laku, sopan
santun, moral, etika dan sebagainya. 2.
Pengembangan sikap selama dalam jabatan Pengembangan sikap seorang guru tidak hanya terhenti pada pendidikan pra-
jabatan saja, tetapi sebaliknya ketika menjadi guru apa yang didapat dalam pendidikan pra-jabatan harus diimplementasikan dan diaplikasikan dalam
wujud yang real sebagai keseharian yaitu sebagai seorang guru yang profesional.
49
Pengembangan sikap profesional seperti tersebut di atas sangat penting dilakukan karena tugas yang diemban guru tidaklah ringan yaitu secara langsung
menyentuh manusia menyangkut kepentingan dan kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan dan kemandirian melalui proses
pembelajaran. Agar dapat menjalankan tugasnya para guru dituntut untuk memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan sifat-sifat kepribadian yang sesuai
dengan profesinya, sehingga mereka dapat bersikap secara profesional. Berbagai hal tersebut dapat diperolehnya melalui pendidikan pra-jabatan dan selama dalam
jabatan.
48
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan…, h. 47
49
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan…, h. 54-55
26
Dalam pendapat lain menurut Schuler dan Handoko yang dikutip oleh Sudarwan Danim berpendapat bahwa kegiatan pendidikan, pelatihan, dan
pengembangan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu metode praktis on-the-job training dan teknik presentasi atau metode simulasi of-the-job training and
development. Metode praktis terdiri atas pelatihan instruksi pekerjaan, magang, internsip, asistensip, atau penugasan sementara, rotasi jabatan, perencanaan karir
pribadi, pelatihan eksekutif, asisten penyeliaan pengarahan, konseling, dan monitoring. Teknik presentasi informasi dan metode simulasi meliputi metode
kursus formal, pelatihan oleh diri sendiri pengajaran berprogram, membaca, kursus korespondensi, pelatihan oleh pihak lain ceramah dan kursus kelas,
simulasi vestibule=pelatihan oleh pelatih khusus, management games, pusat- pusat asesmen, bermain peran, presentasi video, pelatihan laboratories, dan
metode konferensi.
50
Menurut Crandall yang dikutip oleh Sudarwan Danim mengemukakan model- model efektif pengembangan profesional guru. Pertama, model mentoring, yaitu
para praktisi atau guru berpengalaman merilis pengetahuannya atau melakukan aktivitas mentor kepada praktisi yang kurang berpengalaman. Kedua, model ilmu
terapan atau “model teori ke praktik” berupa penautan antara hasil-hasil riset yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan praktis. Ketiga, model inkuiri atau
model reflektif, yaitu pendekatan yang berbasis pada guru-guru, yaitu mereka harus aktif menjadi peneliti, seperti membaca, bertukar pendapat, melakukan
observasi, melakukan analisis kritis, dan merefleksikan pengalaman praktis mereka sekaligus meningkatkannya.
51
Soetjipto dan Raflis Kosasi mengemukakan untuk meningkatkan mutu profesi secara sendiri-sendiri, guru dapat melakukannya secara formal maupun
informal. Secara formal, artinya guru mengikuti berbagai pendidikan lanjutan atau kursus yang sesuai dengan bidang tugas, keinginan, waktu, dan
kemampuannya. Secara informal, guru dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui mass media seperti televisi, radio, majalah ilmiah,
50
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan…, h. 38-39
51
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan…, h. 45
27
Koran, dan sebagainya, ataupun membaca buku teks dan pengetahuan lainnya yang cocok dengan bidangnya.
52
Menurut B. Suryosubroto mengemukakan bahwa bentuk-bentuk peningkatan profesi keguruan secara garis besar sebagai berikut.
1. Peningkatan profesi secara individual:
a. Peningkatan melalui penataran
a. Peningkatan profesi melalui belajar sendiri
b. Peningkatan profesi melalui media massa
2. Peningkatan profesi keguruan melalui organisasi profesi:
a. Diskusi kelompok
b. Ceramah ilmiyah
c. Karyawisata
d. Buletin organisasi.
53
Kepala sekolah berkaitan erat dengan keberhasilan suatu sekolah perlu memperhatikan dengan baik para personil-personil sekolah yang dibinanya,
terutama guru. Karena guru memiliki peran yang sangat penting dalam kerangka membentuk pribadi anak didik dan peningkatan mutu pendidikan. Mengingat guru
memiliki peran yang sangat sentral dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran dan peningkatan kualitas pendidikan dalam suatu sekolah.
Adapun tujuan pengembangan personalia menurut Castetter yang dikutip oleh Sudarwan Danim mengemukakan bahwa ada tiga manfaat pengembangan
personalia, yaitu: 1.
Peningkatan performansi personalia sesuai dengan posisinya saat ini; 2.
Pengembangan keterampilan personalia untuk mengantisipasi tugas-tugas baru yang bersifat reformasi;
3. Merangsang pertumbuhan diri personalia bagi penciptaan kepuasan kerja
secara individual.
54
52
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan…, h. 53-54
53
B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, Edisi Revisi, Cet. Ke-1, h. 190-192
54
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan…, h. 35
28
Dalam kaitannya dengan pengembangan profesionalisme guru Sudarwan Danim mengemukakan bahwa pengembangan profesional guru dimaksudkan
untuk memenuhi tiga kebutuhan. 1
Kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang efisien dan manusiawi, serta melakukan adaptasi untuk penyusunan
kebutuhan-kebutuhan sosial. 2
Kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk membantu staf pendidikan dalam rangka mengembangkan pribadinya secara luas. Dengan demikian,
guru dapat mengembangkan potensi sosial dan potensi akademik generasi muda dalam interaksinya dengan alam lingkungannya.
3 Kebutuhan untuk mengembangkan dan mendorong keinginan guru untuk
menikmati dan mendorong kehidupan pribadinya, seperti halnya dia membantu siswanya dalam mengembangkan keinginan dan keyakinan
untuk memenuhi tuntutan pribadi yang sesuai dengan potensi dasarnya.
55
B. Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Kompetensi Profesional