disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan awal siswa sebelum menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving terhadap hasil
belajar siswa pada konsep virus. Pengujian hipotesis selanjutnya adalah dengan membandingkan hasil post-test
kedua kelas. Dari hasil perhitungan, diperoleh t
hitung
sebesar 2,84. Dengan df sebesar 78 40 + 40
– 2 maka diperoleh t
tabel
pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 1,99.
Berdasarkan perhitungan di atas dapat dilihat bahwa t
hitung
t
tabel
, naik untuk membandingkan pre-test dan post-test kedua kelas maupun membandingkan
post-test kedua kelas. Karena t
hitung
t
tabel
2,84 1,99, maka hipotesis alternatif Ha diterima dan hipotesis nol Ho ditolak. Dengan demikan dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Creative Problem Solving terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep virus.
Secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Pengujian Hipotesis dengan “t” test
8
df t
hitung
t
tabel
Kesimpulan Pre-test
Post-test
0,05 78
1,26 2,84
1,99 Ha diterima
8
Perhitungan lengkap pada lampiran 28, h. 219.
D. Pembahasan
Pada penelitian ini, penulis bertindak sebagai guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving di SMAN 9
Bekasi. Penelitian ini dilakukan selama dua kali pertemuan pada konsep virus yang dilaksanakan pada dua kelas, yaitu kelas X MS 3 berjumlah 40 siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran Creative Problem Solving, dan kelas X MS 5 berjumlah 40 siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional.
Adapun posisi peneliti adalah sebagai motivator dan fasilitator bagi kelas eksperimen dan kontrol, apabila terdapat hal-hal dari kegiatan belajar yang belum
dimengerti oleh siswa dalam kelompok, sehingga setiap kelompok dapat memecahkan solusi dari permasalahan secara bersama. Penulis bertindak sebagai
guru dalam model pembelajaran Creative Problem Solving yang diawali dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari lima siswa yang telah dibuat oleh
guru secara heterogen, membagikan lembar kerja pada setiap kelompok dan memberikan artikel kepada setiap kelompok mengenai penyakit yang disebabkan
oleh virus, meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya dalam menjawab lembar kerja siswa dan mengkomunikasikannya. Melalui lembar kerja
siswa yang disajikan oleh guru, siswa dituntut secara langsung dapat menyimpulkan tentang ciri-ciri virus, struktur tubuh virus dan replikasi virus
sesuai dengan artikel yang mereka dapatkan. Berdasarkan data yang diperoleh melalui pre-test, kedua kelas memiliki rata-
rata yang tidak jauh berbeda. Kelas eksperimen dengan rata-rata 53,65 dengan nilai tertinggi 77, dan nilai terendah 33. Sedangkan kelas kontrol dengan rata-rata
50,77 dengan nilai tertinggi 73, dan nilai terendah 33. Setelah diberikan perlakuan, nilai rata-rata kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas
kontrol. Berdasarkan data yang diperoleh melalui post-test, kelas eksperimen dengan rata-rata 82,9 dengan nilai tertinggi 93, dan nilai terendah 70. Sedangkan
kelas kontrol dengan rata-rata 78,72 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 70.