Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Betty Novita Tarigan di RSUD Deli Serdang tahun 2003-2007 yang melaporkan proporsi terbesar
berdasarkan paritas adalah nullipara 37.
11
6.1.3.2. Usia Kehamilan
Grafik 6.8. Distribusi Proporsi Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan Rawat Inap Berdasarkan Usia Kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi
Medan tahun 2009-2011
Berdasarkan Grafik 6.8. diketahui bahwa dari 101 ibu yang mengalami keracunan kehamilan terdapat proporsi terbesar berdasarkan Usia kehamilan adalah
ibu dengan usia kehamilan 37 minggu sebesar 76,24. Berdasarkan teori sebagian besar kasus keracunan kehamilan terjadi pada usia kehamilan 37 minggu dan
semakin tua usia kehamilan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi keracunan kehamilan. Hal ini terjadi berkaitan dengan semakin tua usia kehamilan
maka plasenta juga semakin tua dimana telah terjadi penurunan sirkulasi darah intra plasenter.
16,27
Dapat pula diasumsikan Karena K-4 diberikan kepada ibu pada trimester ketiga kehamilannya, maka banyaknya kasus keracunan kehamilan pada
76,24 23,76
37 minggu aterm 20-37 minggu prematurus.
Universitas Sumatera Utara
usia kehamilan 37 minggu diasumsikan bahwa si ibu tidak melakukan antenatal care ANC secara lengkap sampai K-4 sehingga kejadian keracunan kehamilan tidak
dapat dicegah sedini mungkin.
34
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ketut Sudhaberata tahun 1996-1998 di RS Tarakan, Kaltim didapatkan proporsi preeklampsiaeklampsia
terbanyak pada kelompok usia kehamilan lebih dari 37 minggu yaitu sebesar 86,44.
24
6.1.3.3. Riwayat kehamilan buruk sebelumnya
Grafik 6.9. Distribusi Proporsi Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan Rawat Inap Berdasarkan Riwayat Kehamilan Buruk Sebelumnya di
RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011
Berdasarkan Grafik 6.9. diketahui bahwa dari 101 ibu yang mengalami keracunan kehamilan terdapat proporsi terbesar berdasarkan riwayat kehamilan buruk
sebelumnya adalah tidak ada riwayat kehamilan buruk sebelumnya sebesar 83,17. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Betty Novita Tarigan di
83,17 12,87
1,98 1,98
Tidak ada Abortus
Perdarahan Preeklampsiaeklampsia
Universitas Sumatera Utara
RSUD Deli Serdang tahun 2003-2007 yang melaporkan proporsi ibu yang tidak memiliki riwayat kehamilan buruk sebelumnya sebesar 45,70.
11
Hal ini belum bisa menunjukkan bahwa ibu yang mengalami keracunan kehamilan adalah ibu yang tidak memiliki riwayat kehamilan buruk sebelumnya, ini
dapat disebabkan karena pasien keracunan kehamilan rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan yang datang berobat kebanyakan adalah ibu yang tidak memiliki
riwayat kehamilan buruk sebelumnya. Riwayat kehamilan yang berhubungan dengan risiko yaitu pernah mengalami
perdarahan, abortus, dan preeklampsiaeklampsia dimana jika ada riwayat kehamilan buruk sebelumnya pada ibu, maka risiko untuk terjadinya keracunan kehamilan
menjadi lebih besar.
19
6.1.4. Distribusi Proporsi Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan Berdasarkan Jenis Keracunan Kehamilan
Grafik 6.10. Distribusi Proporsi Ibu yang Mengalami Keracunan Kehamilan
Rawat Inap Berdasarkan Jenis keracunan kehamilan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2009-2011
67,33 32,67
Preeklampsia Eklampsia
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Grafik 6.10. diketahui bahwa dari 101 ibu yang mengalami keracunan kehamilan terdapat proporsi terbesar berdasarkan jenis keracunan
kehamilan adalah preeklampsia sebesar 67,33 . Hal ini dapat diasumsikan karena sebagian besar pasien yang menderita keracunan kehamilan ketika masuk rumah sakit
masih tergolong dalam kategori preeklampsia sehingga jumlah pasien dengan jenis preeklampsia lebih banyak artinya ibu hamil yang mengalami keracunan kehamilan
segera mencari pengobatan ketika ditemukanya kelainan pada kehamilannya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taroni Gulo di RSUD
Dr. Pirngadi tahun 2002-2006 yang melaporkan proporsi ibu yang mengalami preeklampsia sebesar 65,4.
32
6.1.5. Lama Rawatan Rata-rata Ibu Yang Mengalami Keracunan Kehamilan