6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
senyawa fenolik derivat fenilpropanoid, golongan alkaloid dan flavonoid Ho, 2011.
2.2 Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat dan belum mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakn lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa
tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan
cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannnya dan belum berupa senyawa kimia murni Depkes RI, 2000.
2.3 Ekstrak dan Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan Depkes, 2010. Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair, dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai diluar pengaruh cahaya matahari langsung Tiwari et al., 2011.
Adapun faktor yang mempengaruhi pada mutu ekstrak yaitu faktor biologi dan faktor kimia Depkes, 2010 :
a. Faktor Biologi Lokasi tumbuhan asal, hal ini merupakan faktor eksternal, yaitu
lingkungan tanah dan atmosfer dimana tumbuhan berinteraksi berupa energi temperatur, cahaya, air.
Periode pemanenan hasil tumbuhan merupakan dimensi waktu dari proses kehidupan tumbuhan terutama metabolisme sehingga menentukan
senyawa kandungan.
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penyimpanan bahan tumbuhan merupakan faktor eksternal yang dapat diatur karena dapat berpengaruh pada stabilitas bahan serta adanya
kontaminasi biotik dan abiotik. Umur tumbuhan dan bagian yang digunakan.
b. Faktor Kimia Faktor internal, meliputi jenis senyawa aktif dalam bahan, komposisi
kualitatif dan kuantitatif senyawa aktif. Faktor Eksternal, meliputi metode ekstraksi, ukuran, kekerasan dan
keringanan bahan, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, kandungan logam berat serta kandungan pestisida.
Macam-macam perbedaan metode ekstraksi yang akan mempengaruhi kuantitas dan kandungan metabolit sekunder dari ekstrak, antara lain:
a. Tipe ekstraksi b. Waktu ekstraksi
c. Suhu ekstraksi d. Konsentrasi pelarut
Ekstraksi adalah proses penyarian senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan atau bahan alam lainnya. Ada beberapa metode ekstraksi yang dikenal.
Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi menjadi dua cara, yaitu cara panas dan cara dingin DepKes, 2000.
2.3.1 Ekstraksi Cara Dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar
DepKes, 2000. Adapun keuntungan dengan cara maserasi adalah pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana, sedangkan kerugiannya yakni cara
pengerjaanya lama, membutuhkan pelarut banyak dan penyarian kurang sempurna. Dalam cara maserasi, serbuk halus atau kasar dari tumbuhan obat yang
kontak dengan pelarut disimpan dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan pengadukan yang sering untuk meningkatkan kinerjanya, sampai zat
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tertentu dapat terlarut. Metode ini paling cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil Tiwari et al., 2011.
b. Perkolasi
Perkolasi merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai penyarian sempurna yang umunya dilakukan pada temperatur ruang Depkes RI,
2000. Satu-satuya peralatan yang diperlukan untuk melakukan ekstraksi dengan cara perkolasi adalah kontainer perkolasi atau dikenal dengan nama perkolator.
Dengan perkolator aliran pelarut dapat diatur sedemikian rupa sehingga tetesan pelarut akan turun sedikit demi sedikit. Perkolasi adalah proses ekstraksi yang
berkesinambungan. Pelarut yang telah jenuh harus digantikan dengan pelarut yang segar Silva,1998.
2.3.2 Ekstraksi Cara Panas
a. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, dengan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah
pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik Depkes RI, 2000. Keuntungan penggunaan cara sokletasi adalah penyarian yang dilakukan
secara terus menerus secara automatis dan pelarut yang dibutuhkan sedikit. Pada cara ini pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi dipanaskan sehingga uap
nantinya akan turun membasahi sampel yang diletakkan terpisah dari pelarut. Proses ini terjadi berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai. Kelemahannya
adalah karena menggunakan pemanasan maka bisa saja senyawa kimia yang dikandung oleh sampel tumbuhan telah rusak Silva, 1998.
b. Refluks