Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

33 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1 Pembahasan

Tumbuhan paku yang diperoleh dari wilayah kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dilakukan determinasi tanaman untuk memastikan keaslian dari tumbuhan paku ini, hasil determinasi menyatakan bahwa benar tumbuhan paku ini adalah Pyrrosia lanceolata L. Farw. Daun tumbuhan paku Pyrrosia lanceolata yang diperoleh sebanyak 1,1 kg disortasi untuk memisahkan antara tumbuhan dengan kotoran yang terdapat pada tumbuhan tersebut. Proses pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan yang bertujuan untuk meminimalisir pemanasan yang dapat merusak senyawa- senyawa yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. Penghalusan dilakukan untuk memperkecil ukuran partikel tumbuhan, yang bertujuan untuk memaksimalkan dalam proses ekstraksi, karena semakin kecil atau halus serbuk simplisia maka proses ekstraksi makin efektif Depkes RI, 2000. Dari 1,1 kg daun tumbuhan paku Pyrrosia lanceolata diperoleh 161,0584 gram simplisia kering yang selanjutnya simplisia disimpan dalam wadah tertutup rapat untuk menghindari cemaran oleh mikroba dan mikroorganisme lainnya. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan ekstraksi cara dingin, yaitu dengan metode maserasi. Metode ekstraksi dengan cara dingin dipilih untuk meminimalisir terjadinya pemanasan yang dapat menyebabkan kerusakan terhadap senyawa yang tidak tahan panas. Pada teknik maserasi ini menggunakan teknik maserasi bertingkat dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda yaitu n-heksana yang merupakan pelarut non polar, etil asetat yang merupakan pelarut semi polar dan metanol yang merupakan pelarut polar. Alasannya menggunakan teknik maserasi bertingkat ialah untuk memaksimalkan proses ekstraksi. Dari proses maserasi, diperoleh 3 ekstrak kental, yaitu ekstrak dari pelarut n-heksana yang memiliki bobot 3,034 gram, ekstrak etil asetat yang memiliki bobot 3,889 gram dan ekstrak metanol yang memiliki bobot 16,336 gram. Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi komponen apa saja yang terkandung dalam tumbuhan. Dari hasil uji penapisan fitokimia, senyawa 34 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terdapat dalam ekstrak n-heksana adalah senyawa terpenoid sedangkan senyawa yang terdapat dalam ekstrak etil asetat dan ekstrak metanol daun tumbuhan paku Pyrrosia lanceolata adalah senyawa tanin dan flavonoid. Kontrol negatif terdiri dari larutan 0,2 BSA dan pelarut n-heksanaetil asetatmetanol dan kontrol positif terdiri dari natrium diklofenak dengan konsentrasi 1,3 ppm, 2,5 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm dan 40 ppm. Larutan uji terdiri dari ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol dari daun tumbuhan paku Pyrrosia lanceolata dengan konsentrasi 1 ppm, 10 ppm dan 100 ppm. Kemudian masing-masing kontrol negatif, kontrol positif dan larutan ekstrak tersebut dilakukan uji aktivitas antiinflamasi terhadap penghambatan denaturasi protein. Larutan kontrol negatif, larutan uji ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol daun tumbuhan paku Pyrrosia lanceolata dan kontrol positif natrium diklofenak diinkubasi selama 30 menit pada suhu 25 C kemudian dipanaskan pada suhu 72 C selama 5 menit didalam waterbath kemudian didiamkan dalam suhu 23 C selama 25 menit. Sebelumnya telah dilakukan optimasi terhadap lama waktu perlakuan dan suhu yang digunakan. Menurut Williams et al., 2008 bahwa senyawa atau ekstrak yang beraktivitas sebagai antiinflamasi dengan metode penghambatan denaturasi protein jika persentase inhibisi denaturasi protein lebih besar dari 20 persen. Didapatkan bahwa hasil aktivitas antiinflamasi dari setiap konsentrasi ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol berbeda. Semua ekstrak daun tumbuhan paku Pyrrosia lanceolata memiliki nilai persentase inhibisi denaturasi protein lebih besar dari 20 persen. Ekstrak n-heksana mempunyai aktivitas antiinflamasi pada konsentrasi 100 ppm 21,860 sedangkan pada konsentrasi 1 ppm dan 10 ppm nilai persentase inhibisi denaturasi protein 20 1 ppm = 19,767 dan 10 ppm = 19,535. Ekstrak etil asetat mempunyai aktivitas antiinflamasi pada konsentrasi 1 ppm 22,690 , konsentrasi 10 ppm 30,994 sedangkan konsentrasi 100 ppm memicu denaturasi protein -16,023. Nilai persentase inhibisi ekstrak metanol pada konsentrasi 1 ppm 9,665 , 10 ppm 52,788 dan konsentrasi 100 ppm memicu denaturasi protein -20,818 . Pada ekstrak metanol aktivitas antiinflamasi tertinggi pada konsentrasi 10 ppm 52,788 sehingga dilakukan pengujian ekstrak metanol dengan memperluas rentang 35 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta konsentrasi untuk mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak metanol aktivitas antiinflamasinya menurun. Pada uji aktivitas ekstrak metanol yang kedua didapatkan hasil persentase inhibisi sebesar 32,104 konsentrasi 5 ppm, 64,209 konsentrasi 20 ppm dan -15,514 konsentrasi 40 ppm. Nilai persentase inhibisi denaturasi protein tertinggi ekstrak metanol terdapat pada konsentrasi 20 ppm 64,209 yang dapat dilihat pada gambar 4.6. Aktivitas antiinflamasi ekstrak metanol berada pada rentang konsentrasi 10 ppm – 20 ppm dan pada konsentrasi 40 ppm persentase inhibisi denaturasi protein ekstrak metanol menurun. Aktivitas antiinflamasi penghambatan denaturasi protein natrium diklofenak pada konsentrasi 1,3 ppm 6,554, 2,5 ppm 8,823, 5 ppm 33,242, 10 ppm 55,290, 20 ppm 64,790 dan 40 ppm 84,315. Terlihat pada konsentrasi 10 ppm persentase inhibisinya sudah mencapai nilai 55,290, yang berarti telah melewati nilai IC 50 . Ekstrak metanol pada konsentrasi 10 ppm dengan persentase inhibisinya sebesar 52,788, yang berarti telah melewati nilai IC 50 . Perhitungan nilai IC 50 dengan memplot konsentrasi dengan persen inhibisi memberikan nilai IC 50 sebesar 8,966 µgmL untuk natrium diklofenak dan 10,144 µgmL untuk ekstrak metanol. Berdasarkan hasil data analisa statistik ekstrak n-heksana dan etil asetat pada konsentrasi 10 ppm berbeda bermakna terhadap kontrol positif natrium diklofenak artinya aktivitas antiinflamasi kedua ekstrak ini lebih rendah dari kontrol positif. Sebaliknya ekstrak metanol tidak berbeda bermakna dengan kontrol positif sehingga aktivitas antiinflamasi ekstrak metanol menyerupai kontrol positif. Ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol daun tumbuhan paku Pyrrosia lanceolata memiliki aktivitas antiinflamasi dengan nilai persentase inhibisi denaturasi protein lebih besar dari 20 . Pada hasil penapisan fitokimia tumbuhan paku Pyrrosia lanceolata memiliki senyawa terpenoid, flavonoid dan tanin. Nijveldt 2001 menyebutkan bahwa flavonoid menghambat jalur lipooksigenase secara langsung pada inflamasi yang menyebabkan penghambatan biosintesis eikosanoid dan menginaktifkan radikal bebas yang dapat menarik berbagai mediator inflamasi. Senyawa tanin telah dilaporkan mempunyai peran 36 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai antiinflamasi Verma et al., 2011. Protein dalam tubuh rentan untuk mengalami denaturasi yang disebabkan oleh pembentukan radikal bebas yang menyebabkan mekanisme peradangan inflamasi dengan merangsang pelepasan mediator inflamasi Verma et al., 2011. Denaturasi protein adalah sebuah proses dimana protein kehilangan struktur tersier dan struktur sekunder oleh senyawa eksternal, seperti asam kuat atau basa kuat, garam anorganik, pelarut organik dan pemanasan Verma et al., 2011. Kemungkinan adanya interaksi atau ikatan antara molekul yang terdapat dalam Bovine Serum Albumin BSA terhadap molekul yang terdapat pada masing-masing ekstrak dari daun tumbuhan paku Pyrrosia lanceolata sehingga ekstrak dapat menghambat terjadinya denaturasi protein. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua ekstrak daun tumbuhan paku Pyrrosia lanceolata mempunyai aktivitas antiinflamasi dan ekstrak metanol mempunyai aktivitas antiinflamasi yang tertinggi terhadap penghambatan denaturasi protein secara in vitro dengan persentase inhibisi sebesar 52,788 pada konsentrasi 10 ppm dibandingkan dengan ekstrak n-heksana dan etil asetat. 37 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya aktivitas antiinflamasi pada ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol dari daun tumbuhan paku Pyrrosia lanceolata terhadap penghambatan denaturasi protein secara in vitro. Dapat disimpulkan bahwa: a. Ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol daun tumbuhan paku Pyrrosia lanceolata memiliki aktivitas antiinflamasi terhadap penghambatan denaturasi protein secara in vitro sebesar 21,860 100 ppm ekstrak n-heksana, 30,994 10 ppm ekstrak etil aseatat, dan 52,788 10 ppm ekstrak metanol. b. Berdasarkan analisis data statistik, ekstrak n-heksana dan etil asetat pada konsentrasi 10 ppm berbeda bermakna terhadap kontrol positif natrium diklofenak artinya aktivitas antiinflamasi kedua ekstrak ini lebih rendah dari kontrol positif. Sebaliknya ekstrak metanol tidak berbeda bermakna dengan kontrol positif sehingga aktivitas antiinflamasi ekstrak metanol menyerupai kontrol positif. c. Ekstrak metanol mempunyai aktivitas antidenaturasi protein tertinggi dari ekstrak n-heksana dan etil asetat secara in vitro antiinflamasi.

5.2 Saran

a. Dapat dilakukan uji aktivitas antiinflamasi dari ekstrak daun tumbuhan paku Pyrrosia lanceolata L. Farw. secara in vivo serta mengukur kadar air dan uji homogenitas ekstrak. b. Dapat dilakukan uji aktivitas lainnya dari daun tumbuhan paku Pyrrosia lanceolata L. Farw. selain sebagai antioksidan dan antiinflamasi dari daun tumbuhan paku Pyrrosia lanceolata L. Farw. 37

Dokumen yang terkait

Uji Efek Antibakteri Ekstrak Daun Kamboja (Plumiera rubra) pada Konsentasi yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Aeromonas hydrophila Secara In Vitro

16 189 44

Uji Antikanker Kombinasi Ekstrak Etil Asetat Daun Poguntano (Picria fel-terrae Lour.) dengan Doksorubisin Terhadap Sel Kanker Payudara Secara In Bitro

8 96 158

Uji Aktivitas Antikanker Payudara Kombinasi Ekstrak n-Heksana dan Etilasetat Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dengan Doksorubisin terhadap Sel Kanker T47D secara In Vitro

10 98 130

Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana, Etilasetat Dan Etanol Daun Kecapi (Sandoricum koetjape Merr.) Terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Penyakit Kulit Secara In Vitro

2 46 111

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Angsana (Pterocarpus indicus wild) Secara In Vitro Dan Efek Penyembuhan Sediaan Salap Terhadap Luka Buatan Kulit Marmut Yang Diinfeksi

0 40 114

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kemuning (Murraya paniculata (L.)Jack) Terhadap Pertumbuhan Escherichia coli Secara In Vitro.

4 26 27

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Streptococcus mutans

1 6 69

AKTIVITAS ANTIINFLAMASI DAN ANTIAGREGASI PLATELET EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG SEPATU SECARA IN VIVO DAN IN VITRO

0 0 15

UJI AKTIVITAS PENGHENTIAN PENDARAHAN LUAR DAN ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN BERENUK (Crescentia cujete L) SECARA IN-VIVO SKRIPSI

0 1 16

AKTIVITAS ANTIINFLAMASI DAN ANTIAGREGASI PLATELET EKSTRAK ETANOL DAUN KUMIS KUCING SECARA IN VIVO DAN IN VITRO

0 0 14