Refluks Dekok Digesti Pelarut Air

8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tertentu dapat terlarut. Metode ini paling cocok digunakan untuk senyawa yang termolabil Tiwari et al., 2011.

b. Perkolasi

Perkolasi merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai penyarian sempurna yang umunya dilakukan pada temperatur ruang Depkes RI, 2000. Satu-satuya peralatan yang diperlukan untuk melakukan ekstraksi dengan cara perkolasi adalah kontainer perkolasi atau dikenal dengan nama perkolator. Dengan perkolator aliran pelarut dapat diatur sedemikian rupa sehingga tetesan pelarut akan turun sedikit demi sedikit. Perkolasi adalah proses ekstraksi yang berkesinambungan. Pelarut yang telah jenuh harus digantikan dengan pelarut yang segar Silva,1998.

2.3.2 Ekstraksi Cara Panas

a. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, dengan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik Depkes RI, 2000. Keuntungan penggunaan cara sokletasi adalah penyarian yang dilakukan secara terus menerus secara automatis dan pelarut yang dibutuhkan sedikit. Pada cara ini pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi dipanaskan sehingga uap nantinya akan turun membasahi sampel yang diletakkan terpisah dari pelarut. Proses ini terjadi berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai. Kelemahannya adalah karena menggunakan pemanasan maka bisa saja senyawa kimia yang dikandung oleh sampel tumbuhan telah rusak Silva, 1998.

b. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik Depkes RI, 2000. c. Infusa Infusa adalah ekstraksi yang menggunakan air sebagai pelarut pada temperatur penangas air dimana bejana infus tercelup dalam penangas air 9 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mendidih, temperatur yang digunakan 96-98 C selama waktu tertentu 15-20 menit Depkes RI, 2000. Cara ini menghasilkan larutan encer dari komponen yang mudah larut dari simplisia Tiwari et al., 2011.

d. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama lebih dari 30 menit dan temperatur sampai titik didih air Depkes RI, 2000. Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90 C selama 30 menit. Metode ini digunakan untuk ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan kontituen yang stabil terhadap panas Tiwari et al., 2011.

e. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur suhu kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50 C Depkes RI, 2000. Digesti merupakan maserasi dengan pengadukan kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang umumnya 25-30 o C. Ini adalah jenis ekstraksi maserasi dimana suhu sedang digunakan selama proses ekstraksi Tiwari et al., 2011.

2.4 Pelarut

Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain. Kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi Ncube et al., 2008. Sifat pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang rendah, mudah menguap pada suhu yang rendah, dapat mengekstraksi komponen senyawa dengan cepat Tiwari et al., 2011. Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain :

a. Air

Air adalah pelarut universal, biasanya digunakan untuk mengekstraksi produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba. Meskipun pengobatan secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut, tetapi ekstrak tumbuhan dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan aktivitas antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air Tiwari et al., 2011. 10 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Aseton

Dokumen yang terkait

Uji Efek Antibakteri Ekstrak Daun Kamboja (Plumiera rubra) pada Konsentasi yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Aeromonas hydrophila Secara In Vitro

16 189 44

Uji Antikanker Kombinasi Ekstrak Etil Asetat Daun Poguntano (Picria fel-terrae Lour.) dengan Doksorubisin Terhadap Sel Kanker Payudara Secara In Bitro

8 96 158

Uji Aktivitas Antikanker Payudara Kombinasi Ekstrak n-Heksana dan Etilasetat Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) dengan Doksorubisin terhadap Sel Kanker T47D secara In Vitro

10 98 130

Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi n-Heksana, Etilasetat Dan Etanol Daun Kecapi (Sandoricum koetjape Merr.) Terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Penyakit Kulit Secara In Vitro

2 46 111

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Angsana (Pterocarpus indicus wild) Secara In Vitro Dan Efek Penyembuhan Sediaan Salap Terhadap Luka Buatan Kulit Marmut Yang Diinfeksi

0 40 114

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kemuning (Murraya paniculata (L.)Jack) Terhadap Pertumbuhan Escherichia coli Secara In Vitro.

4 26 27

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Streptococcus mutans

1 6 69

AKTIVITAS ANTIINFLAMASI DAN ANTIAGREGASI PLATELET EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG SEPATU SECARA IN VIVO DAN IN VITRO

0 0 15

UJI AKTIVITAS PENGHENTIAN PENDARAHAN LUAR DAN ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN BERENUK (Crescentia cujete L) SECARA IN-VIVO SKRIPSI

0 1 16

AKTIVITAS ANTIINFLAMASI DAN ANTIAGREGASI PLATELET EKSTRAK ETANOL DAUN KUMIS KUCING SECARA IN VIVO DAN IN VITRO

0 0 14