sistem teknologi, religi, bahasa dan kesenian”.
15
Perubahan ini terjadi akibat ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling
berbeda sehingga menghasilkan suatu keadaan yang harmonis bagi kehidupan masyarakat, karena budaya Betawi di Tanjung Barat bersifat
adaptif. Tanpa adanya kemampuan berubah, kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah
Hal tersebut juga diperkuat dengan pendapat ahli Antropologi dan Arkeologi Gordon Childe dalam sebuah teori universal yang mengatakan
bahwa : “Keinginan manusia bersifat menyeluruh. Dalam rentang waktu
yang panjang, manusia berubah menuju sistem kebudayaan yang lebih modern, bahkan hasrat mengubah pola hidup semakin cepat
berganti-ganti. Gordon Childe menyebutnya sebagai revolusi
kebudayaan”.
16
Perubahan kebudayaan juga terjadi karena seseorang individu dalam suatu masyarakat Betawi di Tanjung Barat mengalami proses
belajar dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan agama yang terdapat di dalam masyarakat. Setiap orang sama-sama memiliki pikiran
atau akal sehat yang merupakan dasar dari semua aktivitas-aktivitas sosial. Nilai budaya dan agama yang menjadi pedoman tingkah laku bagi
warga masyarakat adalah warisan turun-temurun yang telah mengalami proses interaksi sosial dan penyerahan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Proses ini menyebabkan nilai-nilai budaya yang terdapat pada palang pintu menjadi tradisi yang terus dipertahankan pada pernikahan
masyarakat Betawi di Tanjung Barat.
4. Nilai Edukatif Yang Dapat Diambil Dari Buka Palang Pintu
Nilai-nilai edukatif merupakan nilai-nilai yang bersifat mendidik dan bermanfaat yang didalamnya mencakup sikap individu dalam
kehidupan pribadi, kehidupan sosial, dan kehidupan yang berhubungan dengan Tuhan.
15
Koentjaraningrat, op. cit., h. 165.
16
Beni Ahmad Saebani, Pengantar Antropologi, Bandung : CV PUSTAKA SETIA, 2012, cet.ke-1, h. 201.
Dalam acara prosesi buka palang pintu terdapat nilai-nilai edukatif yang dijelaskan sebagai berikut :
Tradisi buka palang pintu mempunyai nilai edukatif yang pertama, pendidikan kebudayaan, dengan adanya tradisi buka palang pintu
masyarakat dapat mengetahui, mempelajari serta menambah wawasan tentang budaya yang ada di Jakarta khususnya pada masyarakat Betawi.
Kedua yaitu nilai pendidikan agama Islam. Nilai pendidikan agama Islam terdapat di dalam pembacaan solawat Dustur atau solawat
Marhaban, pembacaan salam dan pembacaan sikeh. Nilai tersebut bertujuan agar setiap individu mendekatkan diri kepada ALLAH,
diberikan keselamatan dan kelancaran dalam acara pernikahan. Selain itu, nilai pendidikan agama juga di terapkan dalam mempelajari silat Betawi
pada palang pintu, dengan demikian setiap individu yang belajar ilmu silat akan membentuk manusia yang berakhlak mulia, menjauhkan setiap
individu dari sifat kesombongan, memiliki etika, budi pekerti atau moral yang baik, dan bertujuan untuk melindungi keluarga maupun masyarakat.
Nilai edukatif yang ketiga adalah pendidikan jasmani, karena di dalam silat terdapat gerakan-gerakan yang indah dalam setiap jurusnya dan
silat termasuk cabang olah raga bela diri. Silat dapat meningkatkan sikap individu sportif, disiplin, dan hidup sehat.
Keempat yaitu pendidikan bahasa yang terdapat di dalam pantun pada acara prosesi buka palang pintu. Pantun bernilai bertutur kata baik
dan santun kepada semua orang, hal ini bertujuan agar setiap individu bersikap sopan dan menghargai orang tua maupun orang lain dalam
kehidupan sosial bermasyarakat.
71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan mendapatkan bukti empiris mengenai tradisi buka palang pintu pada pernikahan masyarakat Betawi di kelurahan Tanjung
Barat, kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya dan dengan hasil pengumpulan data
yang dipadukan dengan tiga teknik untuk memperkuat validitas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Tradisi buka palang pintu yang dilaksanakan sebelum akad pernikahan, masih dipertahankan sebagian besar masyarakat Betawi
khususnya di Tanjung Barat. Pada awalnya tradisi buka palang pintu dianggap menyulitkan pihak laki-laki namun seiring perkembangan zaman
sudah mengalami pergeseran, dan pada saat ini hanya sebagai simbol kesenian di dalam acara adat pernikahan.
Tradisi palang pintu masih dipertahankan oleh sebagian besar masyarakat Betawi karena di dalamnya merupakan warisan budaya yang
diturunkan oleh generasi sebelumnya, tahapan isi dalam tradisi buka palang pintu di Tanjung Barat meliputi, pembacaan solawat dustur kepada Nabi
Muhammad, SAW yang diiringi dengan rebana dan jawara. Selanjutnya pembacaan salam, berdialog pantun yang berisi maksud dan tujuan
kedatangan, dilanjutkan adu jurus pukulan silat untuk membuka palang pintu yang pada akhirnya dimenangkan oleh pihak laki-laki dan diakhiri
dengan pembacaan sikeh. Namun ada sebagian kecil masyarakat Betawi di Tanjung Barat tidak menggunakan prosesi buka palang pintu pada
pernikahannya dikarenakan dana yang dikeluarkan cukup besar. Dampak positif dari tradisi ini adalah sebagai penghibur tamu
undangan dan bertujuan untuk melestarikan seni tradisi kebudayaan Betawi. Tradisi ini mempunyai makna disetiap pertunjukannya. Makna yang paling
penting dalam buka palang pintu adalah calon suami dapat melindungi istri
dan keluarganya dari bahaya, berguna bagi nusa dan bangsa serta sebagai penghormatan untuk calon mempelai perempuan.
B. Saran
Dengan melihat dari pembahasan bab-bab di atas, maka diberikan saran kepada masyarakat Betawi dan pendiri palang pintu antara lain:
1. Tradisi buka palang pintu haruslah dilestarikan, karena tradisi ini masih
terdapat pada masyarakat Betawi Tanjung Barat, demi menunjang tradisi Betawi kepada seni kebudayaan nasional.
2. Dalam tradisi buka palang pintu hendaklah jangan berlebihan karena
dapat menghambat berjalannya proses akad disuatu perkawinan yang akan dilangsungkan.
3. Kepada pendiri palang pintu dan masyarakat Betawi hendaklah
memberikan pemahaman kepada penerus generasi muda agar dalam melaksanakan tradisi tidak menyimpang dari
syari’at Islam.
73
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991. Anesya,
Devania. Teknik
Analisis Data,
http:frenndw.wordpress.com20110315teknik-analisis-data diakses
pada tanggal 2 Oktober 2014. Anwar, Chaerul. “Tradisi Ziarah Kubur Masyarakat Betawi Pada Makam Muallim
KH. M. Syafi’i Hadzami Kampung Dukuh Jakarta Selatan”, Skripsi. Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2007. tidak dipublikasikan.
Any, Andjar. Upacara Adat Perkawinan Lengkap. Surakarta: PT Pabelan Surakarta, 1986.
Ariyono dan Aminuddin. Kamus Antropologi. Jakarta : Akademika Pressindo, 1985.
As’Ad, Musifin. Perkawinan dan Masalahnya. Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 1993. Bachtiar. Buku Panduan Perosesi Adat Perkawinan Betawi Buke Palang Pintu.
Jakarta: Sanggar Si Pitung Rawabelong, 2013. Al Batawi, Zahrudin Ali. 1500 Pantun Betawi. Jakarta: Nus Printing, 2012.
Budiaman. Folklor Betawi. Jakarta: Dinas Kebudayaan Propinsi. DKI Jakarta, 2000.
Chaer, Abdul. Folklor Betawi Kebudayaan Kehidupan Orang Betawi. Jakarta : Masup Jakarta, 2012.
Duvall dan Miller. Marriage and Family Development. New York: Harper Row Publisher, 1985.
Ensiklopedi. Jakarta Culture Heritage Budaya Warisan Sejarah. Jakarta : Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, 2005.
Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1988. Faisal, Sanapiah. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2007.