Manfaat Menikah Pernikahan masyarakat Betawi

dilakukan. Kejadian ini berlangsung sampai dua atau tiga hari tanpa si istri mau menegur si suami. 66 j. Main marah-marahan Setelah saat-saat main nganten-ngantenan berlangsung, selama itu pula si suami pulang pergi ke rumah istri tanpa menginap. Karena ceritanya si istri masih tetap marah kepada suaminya. Bila malam itu istrinya belum juga mau bicara maka suami kembali lagi kerumahnya. 67 k. Menyerahkan uang penegor. Suatu malam suami datang kembali untuk merajuk istrinya agar mau bicara atau tertawa. Jika dengan cara ini masih tidak berhasil juga maka suami akan memberikan uang kepada istrinya yang disebut uang penegor. Jika uang penegor cukup dan membuat istri mau tersenyum atau bicara. Maka resmilah menjadi suami istri dan suami menginap di rumah orang tua istri. 68 l. Pesta penutup Setelah empat atau lima hari pengantin baru tinggal di rumah orang tua istrinya, maka dibuatlah rencana untuk keberangkatan ke rumah orang tua suami. Maksud keberangkatan adalah untuk menyelenggarakan pesta penutup atau yang umum dikenal dengan istilah “Ngunduh Mantu”. 69 Pada pernikahan orang Betawi dewasa ini, upacara perkawinan sudah jarang dilakukan secara lengkap dengan menampilkan semua bagian tahapan pernikahannya karena kenyataanya saat ini, adat perkawinan Betawi sudah tidak lagi mengikuti adat masyarakat Betawi asli dan sudah mengalami perubahan-perubahan dari adat aslinya. Hal-hal yang sudah sangat jarang dilakukan dalam upacara pernikahan Betawi pada saat ini adalah main nganten-ngantenan, main marah-marahan, menyerahkan uang penegor dan pesta penutup. Alasan ditiadakan karena sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi sosial, ekonomi dan budaya 66 Ibid. 67 Ibid., h. 78. 68 Ibid., h. 79. 69 Ibid. pada saat ini. 70 Akan tetapi didalam upacara perkawinan selalu diusahakan agar sebagian prosesi adat dapat dilaksanakan contohnya palang pintu.

C. Tradisi Buka Palang Pintu

1. Pengertian Tradisi

Secara definisi istilah tradisi menurut kamus umum bahasa Indonesia dipahami sebagai segala sesuatu yang turun-temurun dari nenek moyang. 71 Tradisi merupakan pewarisan norma-norma, kaidah-kaidah, dan kebiasaan- kebiasaan. Tradisi tersebut bukanlah suatu yang tidak dapat diubah, tradisi justru dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam keseluruhannya. Kerena manusia yang membuat tradisi maka manusia juga yang dapat menerimanya, menolaknya, dan mengubahnya. 72 Tradisi dalam kamus Antropologi sama dengan adat istiadat yakni kebiasaan yang bersifat magis religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi mengenai nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum dan aturan- aturan yang saling berkaitan, dan kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan yang sudah mantap serta mencakup segala konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosial. 73 Sedangkan dalam kamus sosiologi, diartikan sebagai kepercayaan dengan cara turun-temurun yang dapat dipelihara. 74 Sedikit menyinggung teori, tokoh sosiologi, Emile Durkheim The Division of Labor in Society, mengemukakan bahwa “solidaritas organik suatu masyarakat perkotaan dibentuk dan dipelihara oleh keberadaan suatu sistem nilai kebersamaan yang secara historis dibangun melalui tradisi ”. 75 Secara tidak disadari, sistem nilai kebersamaan itu memadu perilaku warga masyarakat pada suatu arah tertentu yang menyatukan warga masyarakat 70 Ibid., h. 73. 71 W. J. S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PN Balai Pustaka, 1976, h. 1088. 72 Van Peursen, Strategi Kebudayaan, Jakarta: Kanisius, 1976, h. 11. 73 Ariyono dan Aminuddin, Kamus Antropologi, Jakarta : Akademika Pressindo, 1985, h. 4. 74 Soekanto, Kamus Sosiologi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993, h. 459. 75 Ahmad Fedyani Saifuddin, Catatan Refleksi Antropologi Sosial Budaya, Jakarta: Institut Antropologi Indonesia, 2011, cet. ke-1, h. 29. yang beraneka ragam. Kekuatan yang menyatukan itulah yang disebut representasi kolektif. Representasi kolektif muncul dari interaksi sosial dan hanya bisa dipelajari secara langsung . Tradisi juga dapat dikatakan sebagai suatu kebiasaan yang turun- temurun dalam sebuah masyarakat, Tradisi merupakan kesadàràn kolektif sebuah masyarakat dengan sifatnya yang luas tradisi bisa meliputi segala kompleks kehidupan, sehingga tidak mudah disisihkan dengan perincian yang tepat dan pasti, terutama sulit diperlukan serupa atau mirip, karena tradisi bukan obyek yang mati, melainkan alat yang hidup untuk melayani manusia yang hidup. 76 Seseorang individu dalam suatu masyarakat mengalami proses belajar dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam masyarakatnya. Nilai budaya yang menjadi pedoman tingkah laku bagi warga masyarakat adalah warisan turun-temurun yang telah mengalami proses penyerahan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses ini menyebabkan nilai-nilai budaya tertentu menjadi tradisi yang biasanya terus dipertahankan oleh masyarakat.

2. Buka Palang Pintu

Tradisi buka palang pintu adalah suatu kebiasaan turun-temurun yang masih dipertahankan dalam masyarakat Betawi, biasanya tradisi ini dilakukan diacara pernikahan, meskipun tidak semua masyarakat Betawi melakukan tradisi buka palang pintu di acara pernikahannya. Buka palang pintu adalah “salah satu bagian dari serangkaian acara prosesi adat perkawinan Betawi, yang lebih dikenal dengan istilah Palang Pintu ”. 77 Acara ini dilakukan ketika mempelai pria dengan rombongannya datang kerumah mempelai wanita untuk duduk melaksanakan akad nikah. Palang Pintu secara bahasa terdiri dari dua kata “palang dan pintu. Palang dalam bahasa Betawi adalah Penghalang supaya orang lain atau 76 Rendra, Mempertimbangkan Tradisi, Jakarta: PT Gramedia, 1984, h. 3. 77 Bachtiar, Buku Panduan Perosesi Adat Perkawinan Betawi Buke Palang Pintu, Jakarta: Sanggar Si Pitung Rawabelong, 2013, cet. Ke-1, h. 3. sesuatu tidak bisa lewat, pintu adalah pintu ”. 78 Jadi dapat diartikan Palang Pintu adalah Tradisi Betawi untuk membuka penghalang orang lain untuk masuk ke daerah tertentu dimana suatu daerah mempunyai jawara sebagai penghalangpalang dan biasa dipakai pada acara perkawinan atau bebesanan. Petasan dipasang sebagai tanda calon pengantin pria mau bersiap berangkat. Diawali dengan upacara pemberangkatan calon pengantin laki-laki dengan iringan pembacaan do’a dan Sholawat Dustur, kemudian calon pengantin laki-laki mencium tangan kepada orang tua serta keluarga, memohon do’a restu dan keberkahannya. Ketika pengantin mulai berjalan dari depan pintu rumah menuju ke rumah calon pengantin perempuan diiringi dengan rebana khas betawi yaitu rebana ketimpring. 79 Pada saat calon pengantin laki-laki dan para pengiringnya sudah mendekati tempat kediaman calon pengantin perempuan maka disambut dengan bunyi petasan serenceng. Setelah sampai di halaman rumah mempelai wanita, pihak laki-laki ditahan oleh beberapa orang pihak tuan rumah yang menutup pintu masuk. 80 Pihak calon pengantin laki-laki dihadang oleh tuan rumah yang juga telah menyiapkan jawara-jawaranya yang disebut palang pintu. Maka terjadilah dialog dengan bahasa pantun serta sedikit disisipi dengan humor. 81 Di dalam acara buka palang pintu ini ada berbalas pantun, adu jago silat, dan baca sike atau yalil. 82 Pertama-tama pihak rombongan laki-laki dan pihak perempuan bebalas pantun yang pada intinya pihak rombongan laki-laki harus mampu membuka palang pintu atau jagoan yang sudah disiapkan pihak perempuan. Setelah berbalas pantun, sang jawara menunjukkan jurus pukulan yang orang betawi menyebutnya maen pukul maknanya adalah perjaka Betawi yang ingin 78 Barong Minah, “Palang Pintu”, http:senisetu.wordpress.comabout . Di akses pada 12 Desember 2013. 79 Bachtiar. loc. cit. 80 Cucu Sulaicha, Rachmat Ali, op. cit., h. 21. 81 Bachtiar. loc. cit. 82 Yahya Andi Saputra, S.M. Ardan, op. cit., h. 51. berumah tangga harus siap secara lahiriyah untuk melindungi istri dan keluarganya semua halangan fisik. 83 Setelah maen pukulan dan dimenangkan pihak laki-laki, pihak perempuan meminta dikumandangkan sike artinya adalah solawat kepada Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi sike yang dikumandangkan harus merdu. Sebagai tanda bahwa calon suami tidak diragukan lagi kemampuan dan pengetahuan agamanya atau orang Betawi menyebut bisa mengaji dan ibadah simbol agamis bukan Islam KTP. Setelah sike dikumandangkan dan syarat- syarat telah dipenuhi, maka rombongan calon pengantin laki-laki di persilahkan masuk dengan diiringi rebana ketimpring. 84 Adapun perlengkapan dari tradisi palang pintu antara lain berikut penjelasannya: a. Rebana ketimpring Menurut H. Sueb, “Orang dulu tidak mau repot-repot. Mungkin karena rebananya kecil, suaranya juga kecil, bunyinya pring-pring lalu di beri nama ketimpring,”. Begitulah asal-muasal proses pembentukan nama ketimpring yang mengiringi orkes rebana. 85 Sebutan rebana ketimpring mungkin karena adanya tiga pasang kerincingan, yakni semacam kecrek yang dipasang pada badannya. Badan rebana terbuat dan kayu yang menurut istilah setempat biasa disebut kelongkongan. Rebana ketimpring “biasanya terdiri dari tiga buah rebana berukuran sama, dengan garis tengah kurang lebih antara 20-25 cm. Tiga buah rebana itu ada yang disebut rebana tiga, rebana empat, dan rebana lima ”. 86 Posisi Rebana Ketimpring ada di belakang pengantin, selain mengarak pengantin, terkadang Rebana Ketimpring ikut juga berpartisipasi di dalam pembacaan Maulid. 87 b. Kembang kelape 83 Ibid., h. 57. 84 Ibid., h. 58. 85 Tim Peneliti Kebudayaan Betawi FIB UI, Ragam Seni Budaya Betawi, op. cit., h. 56. 86 Muhadjir, Peta Seni Budaya Betawi, Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, 1986, h. 40. 87 Bachtiar, op. cit., h. 13. Merupakan salah satu simbol benda yang banyak bermanfaat dan serba guna. Pohon kelapa adalah salah satu pohon yang berguna dan tidak terbuang percuma dari mulai daun, batang, hingga buahnya bisa bermanfaat dan b erguna. Sepasang kembang kelapa, “sebagai simbol dan harapan mudah- mudahan calon pengantin seperti pohon kelapa, banyak manfaatnya berguna bagi keluarga nusa dan bangsa. Sepasang kembang kelapa posisinya mengapit pengantin berada di sebelah kiri dan kanan ”. 88 c. Petasan Petasan bagian dari budaya Betawi yang hampir tidak bisa di pisahkan. Petasan berfungsi sebagai alat informasi atau pengabaran kepada tetangga. Petasan yang digunakan pada acara buka palang pintu berbentuk renceng dengan panjang 2-4 meter serta memiliki beberapa petasan yang berukuran seukuran gelas mug dan dinyalahkan ketika calon pengantin pria hendak beranjak jalan dan sampai di rumah calon mempelai wanita. 89 d. Sirih dare Daun sirih sebanyak empat belas lembar tujuh lembar di kiri dan tujuh lembar di kanan dilipat terbalik membentuk bungkusan kacang rebus, ujung batangnya tidak dibuang, di tengah-tengah diberi sekuntum mawar merah. Dimasukkan ke dalam karton berbentuk segi tiga yang dilapisi kertas emas. Sirih dare ini diberikan sebagai persembahan penganten pria kepada mempelai putri untuk mengajaknya duduk bersanding. Merupakan lambang cinta kasih suami kepada istrinya. Sirih dare dibawa oleh calon pengantin laki-laki ketika prosesi acara buka palang pintu, sirih dare dijepit oleh kedua belah tangan si pengantin pria dengan posisi tangan seperti memberi hormat. 90 e. Pantun Pantun digunakan di dalam acara adat perkawinan Betawi, ketika terjadi dialog antara Juru bicara Palang Pintu tuan rumah dengan juru bicara 88 Ibid., h. 14. 89 Ibid., h. 15. 90 Ibid., h. 16.