Terapi Insulin Aloksan TINJAUAN PUSTAKA

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 170mg100 mL. Puncak kadar glukosa dalam ½ atau 1 jam dan kembali normal setelah 2-3 jam. Prinsip metodenya adalah kepada hewan uji yang telah dipuasakan lebih kurang 20 sampai 24 jam, diambil darah melalui intravena lalu diberikan bahan uji obat antidiabetes dan diberi larutan glukosa per-oral. Kemudian cuplikan darah diambil lagi setelah interval waktu tertentu Depkes RI, 1993. 2.8 Metode Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Widijanti, 2009 Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat ditentukan dengan 4 macam metode , yaitu metode oksidasi reduksi, metode kondensasi, metode enzimatik, metode dengan glukometer. a. Metode Oksidasi Reduksi Pengukuran glukosa berdasarkan pada sifatnya sebagai zat pereduksi dalam larutan alkali panas. Metode ini tidak spesifik karena adanya zat- zat non glukosa lain juga bersifat mereduksi.

b. Metode Enzimatik

Metode ini menggunakan enzim-enzim yang bekerja secara spesifik pada glukosa, sehingga memberikan hasil yang relatif lebih tepat dibandingkan metode lainnya. Beberapa metode enzimatik yang digunakan antara lain metode glukosa oksidase dan metode heksokinase

c. Glucose Test glukometer

Pengukuran kadar glukosa darah tikus putih dilakukan dengan glucose test glukometer. Alat ini merupakan alat yang digunakan untuk memonitor tingkat glukosa didalam darah. Tes ini merupakan spesifik untuk glukosa. Tes tersebut menggunakan oksidasi glukosa dan berdasarkan pada kemajuan teknologi biologi sensor. 17 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Penapisan Fitokimia dan Laboratorium Hewan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Berlangsung mulai dari bulan Maret 2013 sampai dengan Juli 2013.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Timbangan hewan, kandang tikus beserta tempat makan dan minum, sonde oral, jarum suntik, blender, glukometer easy touch, vacuum rotary evaporator, oven, timbangan analitik, kertas saring, kapas, sarung tangan, masker, alumunium foil, lumpang, label dan alat-alat gelas.

3.2.2 Bahan

1. Hewan Uji Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Wistar yang berumur 2 – 3 bulan dengan berat badan 150 – 250 g yang diperoleh dari Institut Pertanian Bogor. 2. Bahan Uji Bahan uji yang digunakan adalah ekstrak n-heksan dari lumut hati Mastigophora diclados Mastigoporaceae, glibenklamid BPOM sebagai obat pembanding dan aloksan monohidrat sebagai penginduksi. 3. Bahan Kimia Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah n-heksan Brataco, NaCMC, Kloroform, H 2 SO 4 pekat , amonia encer, etil asetat, FeCl 3 , pereaksi Mayer, pereaksi Dragendroff, asam klorida, NaOH, aquadest. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Pembuatan Simplisia

Pembuatan simplisia yang memenuhi standar terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut : pengumpulan simplisia yang diambil dari Gunung Slamet Purwokerto pada bulan September 2012, kemudian disortasi bertujuan agar memudahkan pencucian dan agar dapat memisahkan simplisia dengan pengotornya, pencucian dilakukan dengan menggunakan air yang mengalir, setelah itu dilakukan pengeringan dengan cara diangin-anginkan setelah benar- benar kering dilakukan kembali sortasi untuk memastikan simplisia bebas dari pengotor, kemudian simplisia ditimbang dan digiling hingga menjadi serbuk lalu dilakukan pengayakan.

3.3.2 Ekstraksi

Ditimbang serbuk simplisia 2100 gram, kemudian dimasukkan ke dalam wadah, lalu diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut non polar, semi polar, dan polar yaitu pelarut n-heksan, etil asetat dan metanol sampai seluruh serbuk terendam oleh pelarut, disimpan ditempat yang gelap dan sesekali diaduk hingga tidak ada lagi senyawa yang terekstrak dengan ditandai warna pelarut yang jernih. Filtrat yag diperoleh diuapkan dengan rotary evaporator hingga didapat ekstrak yang kental. Jika masih ada air yang tersisa dikentalkan menggunakan freeze dryer. 3.3.3 Penapisan Fitokimia Penapisan fitokimia dilakukan dengan menguji adanya golongan senyawa alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin, tanin dan fenolik. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut. a. Identifikasi Alkaloid Untuk mengidentifikasi alkaloid, ekstrak dilarutkan dengan etanol 96 kemudian ditambahkan asam klorida encer 2N. Filtrat yang diperoleh disaring kemudian diidentifikasi menggunakan pereaksi Mayer LP, Bouchardat LP, Dragendorff LP. Pada penambahan Mayer LP, hasil positif ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna putih atau kuning. Hasil positif Dragendorff LP ditunjukkan dengan terbentuknya endapan berwarna merah bata. Penambahan