UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4.4 Diagnosis
Diagnosis  klinis  DM  umumnya  dipikirkan  apabila  ada  keluhan  khas  DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan penyebabnya . Jika terdapat keluhan khas serta hasil pemeriksaan kadar g
lukosa  darah  sewaktu  ≥  200  mgdL,  maka  hal  tersebut  sudah  cukup  untuk menegakkan diagnosis DM. Selain itu, jika hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
puasa  ≥  126  mgdL,  maka  hasil  ini  juga  dapat  digunakan  sebagai  patokan diagnosis DM Depkes RI, 2005.
Apabila  tidak  terdapat  keluhan  yang  khas,  hasil  pemeriksaan  kadar glukosa  darah  yang  abnormal  tinggi  satu  kali  saja  tidak  cukup  kuat  untuk
menegakkan  diagnosis  DM.  Diperlukan  pemastian  lebih  lanjut  dengan mendapatkan  minimal  satu  kali  lagi  kadar  gula  darah  sewaktu  yang  abnormal
tinggi  200 mgdL pada hari lain dan kadar glukosa darah puasa yang abnormal tinggi  126 mgdL Depkes RI, 2005.
2.4.5 Terapi Diabetes Mellitus
2.4.5.1Terapi Non Farmakologi Depkes RI, 2005.
a. Pengaturan Diet
Pengaturan diet merupakan salah satu kunci keberhasilan penatalaksanaan DM. Diet yang dianjurkan ialah makanan dengan kecukupan gizi baik yang terdiri
dari karbohidrat 60-70, protein 10-15, lemak 20-25. Penurunan berat badan telah  dibuktikan  dapat  mengurangi  resistensi  insulin  dan  memperbaiki  respon
sel- sel   terhadap stimulus glukosa. Selain jumlah kalori, masukan kolesterol tetap
diperlukan,  namun  jangan  melebihi  300  mg  per  hari.  Masukan  serat  diusahakan paling tidak 25 g per hari  yang dapat menolong menghambat penyerapan lemak,
membantu mengatasi rasa lapar yang kerap dirasakan penderita DM
b. OlahRaga
Olah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap  normal.  Olahraga  akan  memperbanyak  jumlah  dan  meningkatkan  aktivitas
reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4.5.2 Terapi Farmakologi Depkes RI, 2005.
a. Terapi Insulin
Insulin merupakan obat utama untuk penderita DM tipe 1. Pada DM tipe 1, sel-
sel   Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi  insulin,  sebagai  penggantinya  maka  penderita  DM  tipe  1  harus
mendapatkan  insulin  eksogen  untuk  membantu  agar  metabolisme  karbohidrat tetap berjalan dengan normal.
b. Terapi Obat Hipoglikemik Oral
1. Golongan Sulfonilurea
Obat  hipoglikemik  oral  golongan  sulfonilurea  merupakan  obat  pilihan untuk  diabetes  mellitus.  Bekerja  dengan  merangsang  sekresi  insulin  di  kelenjar
pankreas, sehingga hanya efektif bila sel- sel   Langerhans pankreas masih dapat
berproduksi.  Penurunan  kadar  glukosa  darah  yang  terjadi  setelah  pemberian sulfonilurea  terjadi  karena  perangsangan  sekresi  insulin  oleh  kelenjar  pankreas.
Adapun  yang  termasuk  kedalam  golongan  sulfonilurea  yakni  glibenklamida,
glipizida, glikazida, glimepirida, serta glikuidon. 2.
Golongan Meglitinida dan Turunan Fenilalanin
Bekerja  dengan  meningkatkan  sekresi  insulin  oleh  kelenjar  pankreas. Umumnya  senyawa  obat  hipoglikemik  oral  golongan  ini  dipakai  dalam  bentuk
kombinasi  dengan  obat-obat  antidiabetik  oral  lainnya.  Obat  hipoglikemik  oral golongan  meglitinida  dan  turunan  fenilalanin  meliputi  repaglinida,  serta
nateglinida.
3. Golongan Biguanida
Golongan  ini  bekerja  langsung  pada  hati  hepar,  menurunkan  produksi glukosa  hati.  Senyawa-senyawa  golongan  biguanida  tidak  merangsang  sekresi
insulin,  dan  hampir  tidak  pernah  menyebabkan  hipoglikemi.  Satu-satunya senyawa  biguanida  yang  masih  dipakai  sebagai  obat  hipoglikemik  oral  saat  ini
ialah metformin.