Frekuensi Kanker berdasarkan Status Merokok
Sedangkan penelitian Roosihermiatie 2012 menunjukan bahwa proporsi kanker paru terbesar juga pada jenis kelamin laki-laki
100. Penelitian Nainggolan menunjukan bahwa proporsi terbesar kejadian kanker kolon pada jenis kelamin perempuan 69,4
Nainggolan, 2009. Menurut penelitian Etzel, proporsi kejadian kanker paru lebih besar pada jenis kelamin laki-laki 53,6
dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan 46,4 Etzel, 2003. Insidens kanker di Indonesia menurut laporan WHO 2012
menyebutkan bahwa pada kanker payudara pada jenis kelamin perempuan sebesar 30,5. Kanker paru pada jenis kelamin
perempuan 5,8 sedangkan pada laki-laki sebesar 18,2. Kanker serviks sebesar 13,0 pada perempuan. Kanker prostat 9,8 pada
laki-laki. Kanker kolon pada jenis kelamin perempuan 7,3 sedangkan pada laki-laki 11,5. Kanker nasofaring pada perempuan
2,3 dan pada laki-laki 6,7. Jika dilihat berdasarkan status merokok, kejadian kanker lebih
banyak terjadi pada perempuan yang tidak merokok dan laki-laki perokok. Hal ini sejalan dengan data riskesdas tentang jumlah
perokok di Indonesia yang sebagian besar adalah laki-laki. 3.
Tempat tinggal Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa proporsi kejadian
kanker serviks lebih besar di perkotaan 56,3. Proporsi kejadian kanker payudara lebih besar di perkotaan 62,0. Pada kanker
prostat, proporsi kejadian kanker lebih besar di pedesaan 51,4.
Tidak ada perbedaan proporsi kanker kolon baik di pedesaan maupun perkotaan. Pada kanker parubronkus, proporsi kejadian kanker
terbesar di pedesaan 54,8. Sedangkan proporsi kanker nasofaring terbesar terjadi di perkotaan 68,4. Berdasarkan tempat tinggal,
kanker di Indonesia lebih berisiko 1,93 kali di perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan Oemiati, 2011.
Kejadian kanker di perkotaan lebih banyak ditemukan salah satunya dikarenakan masyarakat diperkotaan memiliki akses yang
mudah terhadap pelayanan kesehatan, sehingga lebih banyak orang perkotaan yang memeriksakan kesehatannya. Selain itu banyak faktor
lain yang mempengaruhi kejadian kanker di perkotaan, antara lain adalah pola makan, aktivitas fisik dan polusi di udara.
4. Aktivitas Fisik
Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa proporsi kejadian kanker serviks lebih besar pada individu dengan aktivitas fisik cukup
57,8. Sementara, proporsi kejadian kanker payudara lebih besar pada individu dengan aktivitas fisik cukup 58,9. Pada kanker
prostat, proporsi kejadian kanker lebih besar pada individu dengan aktivitas fisik tidak cukup 55,2. Tidak ada perbedaan proporsi
kanker kolon berdasarkan aktivitas fisik. Pada kanker parubronkus, proporsi kejadian kanker terbesar pada individu dengan aktivitas tidak
cukup 61,3. Sedangkan proporsi kanker nasofaring terbesar terjadi pada individu dengan aktivitas fisik cukup 65,8.