Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada penari studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta-Utara tahun 2013

(1)

DI DUNIA FANTASI ANCOL, JAKARTA-UTARA TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

IRFAN NURHIDAYAT 108101000007

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014


(2)

(3)

ii Skripsi, Januari 2014

Irfan Nurhidayat. NIM : 108101000007

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

DERMATITIS KONTAK KOSMETIK PADA PENARI STUDIO FANTASI DI DUNIA FANTASI ANCOL, JAKARTA-UTARA TAHUN 2013

(xix + 137 halaman , 14 tabel, 1 gambar, 4 lampiran)

Pemakaian kosmetik yang mengandung bahan kimia dapat menimbulkan efek samping bagi konsumen, salah satunya adalah dermatitis kontak kosmetik (DKK). Penari studio fantasi merupakan salah satu konsumen yang menggunakan kosmetik dalam pekejaannya himgga dapat menimbulkan dermatitis kontak kometik. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada penari studio fantasi diperoleh 8 dari 15 pekerja mengalami dermatitis kontak kosmetik.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan crossectional, yang dilakukan pada bulan Februari-Maret 2013 pada penari studio fantasi di dunia fantasi ancol, jakarta utara. Tujuannya untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak kosmetik pada penari studio fantasi. Sampel penelitian sebanyak 85 pekerja dari 104 pekerja. Variabel independen dalam penelitian ini meliputi lama kontak, frekuensi kontak, usia, jenis kelamin, masa kerja, riwayat alergi, riwayat atopik, riwayat alergi sebelumnya dan personal hygiene. Diagnosis dermatitis kontak kosmetik ditentukan berdasarkan gejala dan anamnesis dokter, variabel personal hygiene didapat melalui observasi sedangkan variabel lainnya didapat menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji statistik dengan uji chi square dan uji maan whitney u.

Hasil penelitian didapat penari studio fantasi yang tidak mengalami dermatitis kontak kosmetik sebesar 38,8 % sedangkan yang mengalami dermatitis kontak kosmetik sebesar 61,2% dimana diantaranya 48,2% mengalami dermatitis kontak kosmetik iritan dan 12,9% mengalami dermatitis kontak kosmetik alergi. Faktor-faktor yang berhubungan diantaranya lama kontak, frekuensi kontak,usia, masa kerja, riwayat alergi dan riwayat penyakit sebelumnya.

Untuk meminimalisir terjadinya dermatitis kontak kosmetik disarankan agar pekerja dapat menjaga kebersihan kulit ketika sebelum dan setelah bekerja, selain itu pekerja juga diharuskan menjaga kelembaban kulitnya hingga kira-kira 60%.


(4)

iii HEALTH AND SAFETY

Undergraduated Thesis , January 2014

Irfan Nurhidayat . ID Number : 108101000007

FACTORS RELATED TO THE INCIDENT IN COSMETICS CONTACT DERMATITIS DANCE STUDIO FANTASY IN THE DUNIA FANTASI ANCOL, JAKARTA - NORTH YEAR 2013

( xix + 137 pages , 14 tables , 1 image , 4 attachment )

The use of cosmetics that contain chemicals can cause side effects for consumers, one of which is a cosmetic contact dermatitis (DKK). Dancers studio fantasy is one of the consumers who use cosmetics on the job can cause contact dermatitis to cosmetics. The results of a preliminary study conducted in a studio dancer fantasy obtained 8 of 15 workers with contact dermatitis cosmetics.

This research is a quantitative study with cross sectional approach , which was conducted in February-March 2013 at the studio dancer fantasy in a fantasy world Ancol , North Jakarta . The goal is to determine what factors may influence the occurrence of contact dermatitis to cosmetics studio dancer fantasy . The study sample as many as 85 workers of 104 workers . The independent variables in this study include duration of contact , frequency of contact , age , gender , years of service , history of allergy , atopic history , previous history of allergy and personal hygiene . The diagnosis of cosmetic contact dermatitis symptoms and history is determined by a doctor , personal hygiene variables obtained through observation while the other variables obtained using a questionnaire . The data obtained is then performed with the statistical test and the chi square test whitney u maan .

The result is a fantasy studio dancers who did not undergo cosmetic contact dermatitis of 38.8 % while that of cosmetic contact dermatitis was 61.2 % with 48.2 % of them experienced cosmetic irritant contact dermatitis and 12.9 % of cosmetic allergic contact dermatitis . Factors related to such long contact , frequency of contact , age , years of service , history of allergies and previous medical history .

To minimize the occurrence of cosmetic contact dermatitis is suggested that workers can keep the skin clean as before and after work, besides the workers are also required to maintain skin moisture to about 60%.


(5)

(6)

(7)

vi

Nama : Irfan Nurhidayat

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 31 Mei 1990

Alamat : Jalan Budi mulya No. 08 RT 016 RW 007 Kelurahan: Pademangan Barat

Kecamatan: Pademangan Kotamadya: Jakarta Utara

Kode Pos : 14420

Agama : Islam

Golongan Darah : O

No. Telepon : 08999995580

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan:

1998 – 2003 SDN. 08 petang Jakarta

2003 – 2005 MTs. Darul Arqam Muahammadiyah Garut 2005 – 2008 MA. Darul Arqam muhammadiyah Garut

2008 – 2013 S1 – Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(8)

vii

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, dengan limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Skripsi ini. Pastinya, penyelesaian Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik Pada Penari Studio Fantasi DI Dunia Fantasi Ancol, Jakarta-Utara Tahun 2013” ini tidak akan terlepas dari peran serta dan dukungan orang-orang terdekat saya yang sudi meluangkan tenaga, fikiran dan waktunya.

1. Terimakasih untuk ayah dan mamah yang selama ini selalu memberikan bimbingan, dukungan moril dan materil serta doa yang selalu dipanjatkan dalam setiap keadaan untuk saya. Semoga Allah selalu melimpahkan Rahmat, Hidayah serta kesehatan untuk ayah dan mama. Amin.

2. Terimakasih untuk kakak saya Arief Kurniawan dan adik saya Rifqi Habibillah yang telah memberikan dukungan dan perhatian selama ini, khususnya dalam pembuatan skripsi ini.

3. Terimakasih kepada Bapak Prof. dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And, sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Terimakasih kepada Ibu Febri, SP, M.Si sebagai ketua program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Terimakasih kepada Bapak M. Farid Hamzens, M.Si selaku dosen pembimbing 1 dan Ibu Iting Sofwati ST. MKKK selaku dosen pembimbing 2 fakultas yang telah memberikan masukan dan bimbingan dengan sabar, sehigga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Terimakasih kepada Bapak Dr. Yuli Prapanca, Satar, MARS selaku ketua penguji dan Bapak Karyadi, Ph.D serta Ibu Yuli Amran, MKM selaku anggota penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan serta masukannya selama proses ujian skripsi hingga skripsi ini selesai dengan baik.


(9)

viii

8. Terimakasih kepada teman-teman penariku yang berada di StudioFantasi Ancol yang telah mau memberikan waktu dan dukungannya untuk menyelesaikan skripsi ini. Makasih warga Stufan tanpa kalian gak kan jadi ni skripsi. Makasih banyak ya kawan-kawanku.

9. Terimakasih kepada kakakku Shurvieyan Agusta atas nasehat, bantuan dan dukungannya sampai skripsi ini selesai dengan baik. Makasih ya kaka q. 10. Terimakasih kepada sahabat saya Titi Rahmadani yang dah bawel menyuruh

saya cepet-cepet menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa juga sahabat q si kalong alias Fety Fatimah yang udah mau bareng-bareng menyelesaikan semua tahapanhingga mendapatkan gelar sarjana.

Saya merasa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Tak lupa pula saya ucapkan mohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Kritik, saran dan masukan yang membangun saya harapkan agar dapat memperbaiki isi Skripsi ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat memberkan manfaat pada semua pihak.

Jakarta, Januari 2014 Penyusun

Irfan Nurhidayat


(10)

ix

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GRAFIK ... iv

DAFTAR BAGAN ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Pertanyaan Penelitian... 8

1.4 Tujuan Kegiatan 1.4.1 Tujuan Umum ... 9

1.4.2 Tujuan Khusus ... 9

1.5 Manfaat Kegiatan 1.5.1 Bagi pengelola ... 10

1.5.2 Bagi Peneliti ... 10

1.5.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 11

1.6 Ruang Lingkup ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Kulit ... 12

2.1.1 Lapisan Epidermis ... 12

2.1.2 Lapisan Dermis ... 13

2.1.3 Lapisan Subkutan ... 15

2.2 Fungsi Kulit ... 16


(11)

x

2.4.1 Definisi Dermatitis Kontak Kosmetik ... 18

2.4.2 Etiologi ... 18

2.3.2.1 Dermatitis Kontak Kosmetik Iritan ... 18

2.3.2.2 Dermatitis Kontak Kosmetik Alergi ... 20

2.4.3 Patofisiologi ... 21

2.4.3.1 Patofisiologi ermatitis Kontak Kosmetik Iritan ... 21

2.4.3.2 Patofisiologi ermatitis Kontak Kosmetik Alergi ... 23

2.4.4 Tanda dan Gejala ... 24

2.4.4.1 Dermatitis Kontak Kosmetik Iritan ... 24

2.4.4.2 Dermatitis Kontak Kosmetik Alergi ... 25

2.4.5 Diagnosis ... 25

2.5 Kosmetika ... 29

2.5.1 Pengertian ... 29

2.5.2 Bahan Kosmetika ... 30

2.5.2.1 Bahan Dasar ... 30

2.5.2.2 Bahan Aktif ... 35

2.5.2.3 Daftar Bahan Pengawet yang Diijinkan ... ...45

2.5.2.4 Daftar Bahan Kosmetik Yang Dapat Menimnbulkan Dermatitis..46

2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dermatitis Kontak Kosemetik ... 51

2.5.1 Faktor Langsung ... 51

2.5.1.1 Lama Kontak ... 51

2.5.1.2 Frekuensi Kontak ... 52

2.5.1.3 Bahan Kimia ... 52

2.5.2 Faktor Tidak Langsung ... 53


(12)

xi

2.5.2.4 Jenis Pekerjaan ... 55

2.5.2.5 Riwayat Alergi ... 56

2.5.2.6 Riwayat Atopik ... 57

2.5.2.7 Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya ... 58

2.5.2.8 Tekstur Kulit ... 59

2.5.2.9 Suhu dan Kelembaban ... 59

2.5.2.10 Keringat ... 60

2.5.2 11 Ras ... 60

2.5.2.12 Personal Hygine ... 60

2.5.2.13 Penggunaan APD ... 61

2.6 Kerangka Teori ... 62

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep ... 64

3.2 Definisi Operasional ... 68

3.3 Hipotesis ... 71

BAB IV METODELOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 72

4.2 Tempat dan Waktu ... 72

4.3 Populasi dan Sampel ... 72

4.4 Intrumen Penelitian ... 75

4.4.1 Form Pemeriksaan Dermatitis Kontak Kosmetik ... 75

4.4.2 Daily Activity Recall ... 75

4.4.3 Self Administered Questionaire ... 75


(13)

xii

4.6.1 Data Coding ... 76

4.6.2 Data Editing ... 77

4.6.3 Data Entry ... 77

4.6.4 Data Cleaning ... 77

4.7 Teknik Pengumpulan data ... 77

4.7.1 Analisis Univariat ... 77

4.7.2 Analisis Bivariat ... 77

BAB V HASIL 5.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 79

5.1.1 Latar Belakang Studio Fantasi ... ... 79

5.1.2 Sumber Daya Manusia ... 80

5.2.3 Kosmetik yang Digunakan Studio Fantasi ... 81

5.2 Analisis Univariat ... 86

5.2.1 Gambaran Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik ... 86

5.2.2 Ganbaran Faktor Langsung ... 87

5.2.2.1 Lama Kontak ... 87

5.2.2.2 Frekuensi Kontak ... 88

5.2.3 Gambaran Faktor Tidak Langsung ... 89

5.2.3.1 Usia ... 90

5.2.3.2 Masa Kerja ... 91

5.2.3.3 Jenis Kelamin ... 91

5.2.3.4 Riwayat Alergi ... 91

5.2.3.5 Riwayat Atopik ... 92


(14)

xiii

5.3 Analisis Bivariat ... 93 5.3.1 Hubungan antara Faktor Langsung Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik ... 93 5.3.1.1 Lama Kontak Dengan Kejadian Dermatitios Kontak Kosmetik .. 94 5.3.1.2 Frekuensi Kontak Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik 95 5.3.2 Hubungan Antara Faktor Tidak Langsung Dengan Kejadian Dermatititis Kontak Kosmetik ... 95 5.3.2.1 Usia Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik ... 97 5.3.2.2 Masa Kerja Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik ... 98 5.3.2.3 Jenis Kelamin Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik.... 98 5.3.2.3 Riwayat Alergi Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik ... 99 5.3.2.4 Riwayat Atopik Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik .. 99 5.3.2.5 Riwayat Penyakit Sebelumnya Dengan Kejadia Dermatitis

Kontak Kosmetik ... 100 BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian ... 101 6.2 Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik ... 102 6.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Kosmetik ... 106 6.3.1 Hubungan Antara Faktor Langsung dengan Kejadian Dermatitis

Kontak Kosmetik... 106 6.3.1.1 Lama Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik ... 106 6.3.1.2 Frekuensi Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik 109 6.3.2 Hubungan Antara Faktor Tidak Langsung dengan Kejadian Dermatitis


(15)

xiv

6.3.2.2 Masa Kerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik ... 113

6.3.2.3 Jenis Kelamin dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik... 115

6.3.2.4 Riwayat Alergi dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik.. 119

6.3.2.5 Riwayat Atopik dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik..121

6.3.2.6 Riwayat Penyakit Sebelumnya dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik ... 123

6.3.2.7 Personal Hygiene dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik... 126

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ... 128

7.2 Saran ... 130

7.2.1 Bagi Pekerja ... 130

7.2.2 Bagi Pihak Manajemen ... 130

7.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ... 131


(16)

xv

Tabel 2.2 : Batas Kadaluarsa Beberapa Jenis Kosmetik ... 32

Tabel 3.1 : Definisi Operasional ... 68

Tabel 4.1 : Hasil Perhitungan Sampel ... ... 74

Tabel 4.2 : Pemberian coding ………. 76

Tabel 5.1 : Distibusi SDM Studio Fantasi Di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara Tahun 2013 ... 80

Tabel 5.2 : List Bahan Kimia yang Biasa Digunakan Pada Jenis Produk Kosmetik 81 Tabel 5.3 : Distribusi Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik Pada Penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta – Utara Tahun 2013... 87

Tabel 5.4 : Distribusi Faktor Langsung (Lama Kontak dan Frekuensi kontak) Pada Penari Studio Fantasi Di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta – Utara Tahun 2013 ... 87

Tabel 5.5 : Distribusi Faktor Tidak Langsung (Usia dan Masa Kerja) Pada Penari Studio Fantasi Di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta – Utara Tahun 2013... 89

Tabel 5.6 : Distribusi Faktor Tidak Langsung (Jenis Kelamin, Riwayat Alergi, Riwayat Atopik, Riwayat Penyakit Sebelumnya dan Personal Hygiene) Pada Penari Studio Fantasi Di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta – Utara Tahun 2013 ... 90

Tabel 5.7 : Distribusi Faktor Langsung (Lama Kontak dan Frekuensi Kontak) dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik Pada Penari Studio Fantasi Di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta-Utara Tahun 2013... 94 Tabel 5.8 : Distribusi Faktor Tidak Langsung (Usia dan Masa Kerja)


(17)

xvi

Riwayat Atopik, Riwayat Penyakit Sebelumnya Dan Personal Hygiene) dengan Kejadian Dermatitis Kontak Kosmetik

pada Penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta-Utara


(18)

xvii


(19)

xviii

Bagan 2.1 : Kerangka Teori ... 63 Bagan 3.1 : Kerangka Konsep ... 67


(20)

xix

Lampiran 1 : Surat Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 : Hasil Analisis Univariat Lampiran 4 : Hasil Analisis Bivariat Lampiran 5 : Foto


(21)

1 1.1 Latar Belakang

Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga mulut antara lain untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono dkk, 2004). Sedangkan definisi kosmetik menurut The Federal Food, Drugs, and Cosmetics Act dalam Harjanti, dkk (2009) adalah subtansi yang diaplikasikan pada tubuh atau bagian tubuh manusia dengan tujuan untuk membersihkan, memperindah, memperbaiki atau mengubah penampilan tanpa merubah stuktur atau fungsinya.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 045/C/ SK/1977 tanggal 22 januari 1977, menurut kegunaannya kosmetik dikelompokkan dalam beberapa golongan Kosmetik terdiri dari golongan kosmetik untuk bayi, mandi, make-up mata, wangi-wangian, rambut, pewarna rambut, makeup (selain untuk mata), kebersihan mulut, kuku, kebersihan badan, cukur dan perawat kulit..

Sebagian besar bahan yang terdapat didalam kosmetik adalah bahan sintetik alami dengan kandungan bahan kimia sintetik seperti pengemulsi, pengawet dan lainnya sehingga dapat menimbulkan dermatitis kontak alergi. Diagnosis Dermatitis kontak kosmetik ditegakkan melalui anamneses, pemeriksaan klinis, dan tes kulit


(22)

berupa patch test (PT), photo patch test (FPT), repeated open application test (ROAT) atau use test (Sartono, 1999 dalam Yusfinah, dkk, 2008).

Dalam pemakaian kosmetik di perlukan suatu kewaspadaan akan komponen yang terkandung didalamnya, terutama yang dapat menimbulkan efek samping bagi konsumen. Resiko efek samping meningkat karena pesatnya perkembangan kosmetika saat ini. Salah satunya adalah dermatitis kontak kosmetik (DKK). Oleh karena itu, perhatikan kandungan bahan kimia yang tercantum di kemasan tiap-tiap produk.

Dermatitis Kontak Kosmetik adalah dermatitis yang disebabkan oleh produk atau bahan kosmetik dan bukan oleh obat atau bahan kimia lain non kosmetik (International journal of dermatology, 2003). Gejala klinis Dermatitis kontak kosmetik dapat berupa kemerahan, perubahan warna kulit, rasa terbakar, pedih dan gatal. Dermatitis kontak kosmetik memiliki beragam manifestasi klinis, yaitu dermatitis kontak iritan (DKI), dermatitis kontak alergi (DKA), dermatitis foto kontak alergi (DFKA), urtikaria kontak, perubahan pigmen, abnormalitas kuku, kerusakan rambut dan eierupsi aknformis. Dermatitis yang sering ditemui adalah dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergi (Orton, 2004).

Dermatitis kontak yang merupakan respon peradangan terhadap bahan eksternal yang kontak pada kulit. Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan yang merupakan respon non imunologik dan dermatitis kontak alergik yang diakibatkan oleh mekanisme imunologik spesifik, keduanya dapat bersifat akut maupun kronis. Sebagaimana dikutip dari majalah The Sun, kulit dapat menyerap campuran bahan kimia berbahaya dari kosmetik. Bahan berbahaya


(23)

ini berkaitan dengan penyakit kanker, kemandulan, dan masalah serius pada hormon. Hal paling membahayakan adalah, para remaja yang mulai menggunakan make up lebih rentan terhadap kerusakan kulit akibat bahan kimia dalam kosmetik.

Adapun Dermatitis Kontak Kosmetik dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah pemakaian pelembab, pengharum kosmetik dan pemutih. Berdasarkan laporan selama lima tahun di Swedia terdapat 191 kasus dari 253 jenis kosmetik dengan pelembab, pengharum dan pemutih (International journal of dermatology, 2003). Dan hasi studi di Israel didapatkan 11 dari 360 responden mengalami Dermatitis Kontak Kosmetik karena krim wajah (Amerika Utara contact Grup Dermatitis, dalam Orton,2004 ), menurut Verallo-Rowell ahli dermatitis kontak menyebutkan 22% dari populasi beraksi terhadap bahan-bahan yang ditemukan dalam kosmetik dan perawatan kulit.

Menurut Prasari (2006) dalam penelitiannya, jenis kosmetik yang banyak digunakan oleh penderita dermatitis kontak adalah facial cream (15,0%), krim pencerah kulit (10,9%), dan pembersih wajah (10,8%). Dan produk yang memberikan hasil pacth test positif adalah facial cream (18,2%), sabun (12,0%) dan shampoo (11,6%).

Selain faktor-faktor tersebut, terdapat pula faktor alergen yang dapat menyebabkan dermatitis, berdasarkan data yang dikumpulkan dari tujuh studi yang berbeda yang melibatkan 30.207 pasien patch test yang telah diuji untuk dermatitis kontak didapatkan 9,8% dari reaksi positif karena alergen kosmetik (Biebl KA, 2006 dalam Prasari 2006). Sama halnya dengan sebuah studi yang dilakukan di Denmark baru-baru ini menunjukkan bahwa prevalensi Dermatitis kontak kosmetik terhadap


(24)

alergen kosmetik telah dua kali lipat antara tahun 1990 dan 1998 (Nieslsen, 2001 dalam Prasari, 2006). Dan dijelaskan oleh klinik kulit dan kelamin RS. Dr. Sardjito (2006) allergen yang dapat menimbulkan Dermatitis Kontak Kosmetik salah satunya dari kategori produk pewarna dekoratif, yang didalamnya terdapat pewarna rambut, lipstick, eye shadow dan bedak.

Dengan pemaparan bahan kosmetik yang dapat menimbulkan allergen dari kategori produk pewarna dekoratif tersebut, maka lokasi lesi akibat Dermatitis Kontak Kosmetik, wajah merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena sebesar (46%), bagian tubuh lainnnya diikuti dengan bagian tangan sebesar (15%), seluruh tubuh sebesar (15%), tungkai sebesar (11%), badan sebesar (11%), lengan sebesar (11%) dan kaki sebesar (3%). Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 1: Lokasi Lesi Akibat DKK

Grafik tersebut didapatkan berdasarkan penelitian di RSUP Dr. Sardjito mengenai frekuensi alergi kosmetik yang dilakukan dengan menggunakan studi retropektif selama 3 tahun yang ditegakan dengan tes tempel standar Eropa oleh Yuni Lidya, dengan sampel 102 orang dimana terdapat 82 0rang perempuan (80,4%) dan 20 0rang laki-laki (19,6%).


(25)

Faktor sensitivitas terhadap pekerja yang menggunakan kosmetik mayoritasnya terdapat pada perempuan dengan perbandingan dengan laki-laki sebesar 3-4:1. Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan frekuensi alergi akibat kosmetik perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki sebesar 80% untuk perempuan dan 20% laki-laki (RSUP Dr. Sardjito,2006). Dan berdasarkan penelitian kasus dermatitis kontak kosmetik di klinik kulit dan kelamin RS. Dr. Sardjito pada tahun 2005-2006 adalah 208 kasus (43,6% dari seluruh kasus dermatitis), terdiri dari 182 (38,16%) perempuan dan 26 (5,45%) laki-laki (Sotya Prasari, 2009).

Kejadian dermatitis kontak kosmetik di Spanyol pada tahun 1983 dalam Orton (2004) adalah 3,2% dengan proporsi dermatitis kontak kosmetik 10% dari seluruh kasus dermatitis kontak. Kurang lebih 80% kasus dermatitis kontak kosmetik di Amerika terjadi pada wanita usia 20-60 tahun. Buckley, et al menyatakan bahwa dermatitis kontak kosmetik berkaitan dengan usia dan menyatakan puncaknya pada usia 60-an untuk perempuan dan 70-an untuk laki-laki. Penelitian oleh Nardelli, et al, (2008) menunjukkan puncak usia terjadinya alergi akibat kosmetik adalah dalam rentang 20-39 tahun pada populasi perempuan dan 40-60 tahun pada populasi laki-laki. Pada studi ini puncak alergi populasi perempuan terjadi pada usia 40-59 tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan penggunaan produk-produk yang mengandung fragrance yang terdapat dalam kosmetik yang lebih besar pada perempuan dalam rentang usia ini. Pada populasi laki-laki terlihat gambaran fluktuatif kemungkinan disebabkan jumlah populasi yang terlalu kecil.


(26)

Pekerja yang mengalami dermatitis kontak kosmetik akan mengalami gatal dan lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak dengan bahan kimia, gejala dapat menjadi akut jika pemakaian kosmetik digunakan terus menerus dan biasanya akan timbul perubahan warna kulit menjadi kemerahan sampai terasa perih bahkan lecet (Crowe, M.A & James W.D, 2001, dalam Sumantri, dkk, 2008).

Penari Studi Fantasi merupakan pekerja yang bergerak di bidang seni dan hiburan yang dikelola oleh Dunia Fantasi, ancol. Dengan total jumlah 104 pekerja yang dijadwalkan dan kegiatan ini dilakukan setiap harinya dengan jam tertentu yang kurang lebih 2-8 jam perharinya. Karena pekerja tersebut berprofesi di bidang seni dan hiburan maka pekerja tersebut tidak dapat dilepaskan dengan pemakaian kosmetik baik itu pria dan wanita merupakan hal yang wajib digunakan. Dengan rutinitas (frekuensi dan lama kontak) yang selalu menggunakan kosmetik tersebut maka akan dapat menimbulkan terjadinya dermatitis kontak kosmetik pada pekerja tersebut.

Walau pada dasarnya insidensi dermatitis kontak kosmetik sulit ditentukan dan insidensi yang dilaporkan hanya sebagian kecil saja. Hal ini disebabkan karena reaksi ringan dan sementara akibat pemakaian kosmetik maka sebagian besar penderita tidak perlu berobat dan hanya menghentikan pemakaiannya. Dan apabila mereka berobat juga kemungkinan tidak terdiagnosa sebagai efek samping kosmetik. Bahkan sama sekali tidak mengganggu jalannya pekerjaan para pekerja tersebut.

Melihat dari beberapa hasil penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan terjadinya dermatitis kontak kosmetik adalah faktor langsung (frekuensi kontak dan lama kontak serta bahan kimia) dan faktor


(27)

tidak langsung (Usia, jenis kelamin, masa kerja, jenis pekerjaan, ras, tekstur kulit, riwayat alergi, riwayat atopik, riwayat penyakit kulit sebelumnya dan pengeluaran keringat serta Personal hygiene).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan januari 2013 dengan cara mengobservasi tempat pekerja maka didapatkan kosmetik yang sering digunakan pada pekerja tersebut dalam kategori produk pewarna dekoratif dengan jenis produk pewarna rambut, lipstick, Eye Shadow dan bedak dengan merk yang sama yang diberikan oleh management Dunia Fantasi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kejadian dermatitis kontak kosmetik pada penari Studio Fantasi, maka peneliti mengambil secara acak 15 pekerja yang berada dalam management Studio Fantasi tersebut, didapatkan 8 dari 15 pekerja mengalami dermatitis kontak kosmetik dan 7 pekerja lainnya tidak mengalami dermatitis kontak kosmetik. Hasil tersebut didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik dan diperkuat dengan pemeriksaan dokter.

1.2 Rumusan Masalah

Penari Studi Fantasi merupakan pekerja yang bergerak di bidang seni dan hiburan yang dikelola oleh Dunia Fantasi, ancol. Dengan total jumlah 104 pekerja yang dijadwalkan dan kegiatan ini dilakukan setiap harinya dengan jam tertentu yang kurang lebih 2-8 jam perharinya. Karena pekerja tersebut bergerak di bidang seni dan hiburan maka pekerja tersebut tidak dapat dilepaskan dengan pemakaian kosmetik baik itu pria dan wanita merupakan hal yang wajib digunakan yaitu kategori produk pewarna dekoratif dengan jenis produk pewarna rambut, lipstick, Eye Shadow dan bedak dengan merk yang sama yang diberikan oleh management


(28)

Dunia Fantasi.. Dengan rutinitas (frekuensi dan lama kontak )yang selalu menggunakan kosmetik tersebut maka akan dapat menimbulkan terjadinya dermatitis kontak kosmetik pada pekerja tersebut.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada 15 orang penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara, didapatkan 8 orang penari studio fantasi mengalami dermatitis kontak kosmetik dan 7 orang tidak mengalami dermatitis kontak kosmetik. Hasil tersebut didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik dan diperkuat dengan hasil pemeriksaan dokter. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan terjadinya dermatitis kontak kosmetik pada penari studio fantasi.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1 Bagaimana gambaran kejadian dermatitis kontak kosmetik pada Penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara tahun 2013?

2 Bagaimana gambaran faktor langsung (frekuensi kontak dan lama kontak) dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara tahun 2013?

3 Bagaimana gambaran faktor tidak langsung (Usia, jenis kelamin, masa kerja, riwayat alergi, riwayat atopik, riwayat penyakit kulit sebelumnya serta Personal hygiene) dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada Penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol Jakarta Utara tahun 2013?

4 Apakah ada hubungan antara faktor langsung (frekuensi kontak dan lama kontak) dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada Penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara tahun 2013?


(29)

5 Apakah ada hubungan antara faktor tidak langsung (Usia, jenis kelamin, masa kerja, riwayat alergi, riwayat atopik, riwayat penyakit kulit sebelumnya serta Personal hygiene) dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada Penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol Jakarta Utara tahun 2013?

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Dermatitis kontak kosmetik pada Penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta utara tahun 2013.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran kejadian Dermatitis kontak kosmetik pada Penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara tahun 2013.

2. Diketahuinya gambaran faktor langsung (lama kontak dan frekuensi kontak) dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada Penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara tahun 2013.

3. Diketahuinya gambaran faktor tidak langsung (Usia, jenis kelamin, masa kerja, riwayat alergi, riwayat atopik, riwayat penyakit kulit sebelumnya serta Personal hygiene) dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada Penari Studio Fantasi Ancol, Jakarta Utara tahun 2013.


(30)

4. Diketahuinya hubungan antara faktor langsung (lama kontak dan frekuensi kontak) dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada Penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara tahun 2013.

5. Diketahuinya hubungan antara faktor tidak langsung (Usia, jenis kelamin, masa kerja, riwayat alergi, riwayat atopik, riwayat penyakit kulit sebelumnya serta Personal hygiene) dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada Penari Studio Fantasi Ancol, Jakarta Utara tahun 2013. 1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Pengelola

Hasil peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman pengelola studio fantasi mengenai penyakit akibat kerja dermatitis kontak yang disebabkan oleh faktor langsung dan tidak langsung sehingga pengelola dan para pekerja dapat melakukan tindakan preventif untuk mencegah terjadinya Penyakit Akibat Kerja.

1.5.2 Bagi Peneliti

Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan oleh peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan dermatitis kontak.

1.5.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Sebagai informasi penelitian dan dokumentasi data penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada Penari studio fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta-Utara.


(31)

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada Penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara tahun 2013. Penelitian dilaksanakan pada bulan februari - april 2013. Sasaran penelitian adalah Penari Studio Fantasi yang berada di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional (potong lintang). Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan terlebih dahulu pada 15 orang Penari Studio Fantasi di Dunia Fantasi Ancol, Jakarta Utara, yang didapatkan 8 orang Penari studio fantasi mengalami dermatitis kontak kosmetik dan 7 orang tidak mengalami dermatitis kontak kosmetik. Data sekunder didapatkan dari pengelola untuk mengetahui jumlah Penari yang ada dan data primer didapatkan dari hasil pemeriksaan dokter dan kuesioner.


(32)

12 2.1 Anatomi Kulit

Kulit merupakan organ tubuh paling luar dan membatasi bagian dalam tubuh dari lingkungan luar dan merupakan pembungkus yang elastis. Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1.5-1,75 m2 dan beratnya sekitar 15% dari berat badan secara keseluruhan dengan tebal rata-rata 1,22 mm diamana daerah paling tebal (66 mm) pada telapak tangan dan telapak kaki dan paling tipis (0,5 mm) terdapat didaerah penis ( Rosfanty, 2009).

Anatomi kulit yang utama adalah tersusun dari tiga lapisan; yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.

2.1.1 Lapisan Epidermis

Lapisan terluar kulit yang menyelimuti permukaan tubuh kita, terus menerus mengalami pergantian sel, diperkirakan setiap hari kita mengalami kehilangan sel kulit sebanyak 250 gr tapi selalu diimbangi dengan terjadi pembentukan sel kulit baru dengan proses mulai dari pembelahan sel sampai dengan pelepasan sel diperlukan waktu 14-28 hari, dengan rincian 14 hari untuk proses pembelahan sel serta diferensiasi (pematangan) dan 14 hari lagi untuk proses pelepasan sel. Pada lapisan ini tidak terdapat pembuluh darah, sehingga kiriman nutrisi untuk sel di lapisan ini sangat tergantung dari kiriman darah di lapisan dermis (lapisan di bawahnya), di lapisan epidermis juga tidak terdapat serabut-serabut syaraf, namun banyak terdapat sel-sel


(33)

langerhans yang berfungsi sebagai perlawanan kulit terhadap berbagai mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi, Lapisan epidermis itu sendiri terbagi dalam 5 lapisan (dimulai dari lapisan terbawah kelapisan atas). Tersusun dari keratinosit, yang tersusun atas beberapa lapisan, yaitu

1. Lapisan Corneum atau lapisan tanduk yang terdiri dari atas sel-sel tipis melekat satu dengan yang lain. Merupakan barrier tubuh paling luar dan memiliki kemampuan mengusir organisme patogen dan mencegah kehilangan cairan.

2. Lapisan Lucidum yang terdiri dari 2-3 lapisan sel gepeng tanpa inti. 3. Lapisan Granulosum yang terdiri dari 2-3 lapisan sel gepeng dengan

sitoplasma berbatas kasar dan inti terdapat diantaranya, butir-butir kasar ini terdiri dari keratohyalin.

4. Lapisan Spinosum yang terdiri atas beberapa lapisan sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya amitosis.

5. Stratum Basale yang terdiri dari atas sel-sel berbentuk kubis (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade).

2.1.2 Lapisan Dermis

Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit dari pada epidermis, yang terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu sekitar 2,5 mm. Dermis dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang membuatnya lentur, yang terdiri atas kolagen, yaitu suatu jenis


(34)

protein yang membentuk sekitar 30% dari protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang sudah tua tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah lapisan epidermis. Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut. Folikel rambut dan struktur sekitarnya.

1. Akar Rambut

Di sekitar akar rambut terdapat otot polos penegak rambut (Musculus arektor pili), dan ujung saraf indera perasa nyeri. Udara dingin akan membuat otot-otot ini berkontraksi dan mengakibatkan rambut akan berdiri. Adanya saraf-saraf perasa mengakibatkan rasa nyeri apabila rambut dicabut.

2. Pembuluh Darah

Pembuluh darah banyak terdapat di sekitar akar rambut. Melalui pembuluh darah ini akar-akar rambut mendapatkan makanan, sehingga rambut dapat tumbuh.

3. Kelenjar Minyak (glandula sebasea)

Kelenjar minyak terdapat di sekitar akar rambut. Adanya kelenjar minyak ini dapat menjaga agar rambut tidak kering.


(35)

4. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)

Kelenjar keringat dapat menghasilkan keringat. Kelenjar keringat berbentuk botol dan bermuara di dalam folikel rambut. Bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar keringat adalah bagian kepala, muka, sekitar hidung, dan lain-lain. Kelenjar keringat tidak terdapat dalam kulit tapak tangan dan telapak kaki.

5. Serabut Saraf

Pada lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir saraf sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri, dan sebagainya.

Jaringan dermis juga dapat menghasilkan zat feromon, yaitu suatu zat yang memiliki bau khas pada seorang wanita maupun laki-laki. Feromon ini dapat memikat lawan jenis.

2.1.3 Lapisan Subkutan

Jaringan subkutan berupa jaringan adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal. Fungsi utama kulit adalah proteksi, absorsi, eksresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh, pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D, dan keratinisasi. Fungsi proteksi, kulit melindungi tubuh dari segala pengaruh luar, misalnya terhadap bahan-bahan kimia, mekanis, bakteriologis dan lingkungan sekitarnya. Fungsi absorbsi, penyerapan dapat berlangsung melalui cerah antar sel, menembus sel-sel


(36)

epidermis atau melalui muara saluran kelenjar. Fungsi eksresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat. (Juju, blogspot, 2010)

2.2 Fungsi Kulit

kulit merupakan organ eksresi tempat pengeluaran keringat, bagian kulit yang berfungsi untuk hal ini adalah bagian kelenjar keringat, hal ini berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, keringat yang dikeluarkan dpat menyerap panas tubuh, untuk mempertahankan panas tubuh agar tetap stabil. Selain sebagai alat eksresi kulit juga berfungsi sebagai berikut.

1. Melindungi tubuh dari panas, kuman, gesekan dari luar dan bahan kimia. Kulit mengandung sejumlah tumpukan lapisan spesifik yang dapat mencegah masuknya bahan-bahan kimia yang terutama disebabkan adanya lapisan tipis lipida pada permukaan, lapisan tanduk dan lapisan Malpighi. Selain itu kulit meupakan banteng yang dikelilingi penuh dengan musuh yang selalu siap menerobos kulit jika ada bagian banteng tersebut yang terbuka. Jika ada yang terbuka dana ada kuman maupun bahan kimia yang masuk kealam banteng tersebut akan menyebabkan berbagai jenis penyakit seperti jerawat dan bisul termasuk dermatitis kontak.

2. Mengatur suhu tubuh. Kulit dapat mendinginkan dan menghangatkan tubuh, pada daerah dingin maka pembuluh darah kulit akan menutup sehingga darah tidak mengalir hingga tubuh terlihat pucat, kondisi ini bertujuan membantu agar


(37)

panas tubuh tidak mudah menghilang sehingga darah dapat terlindungi. Dalam hal ini kelenjar kerigat pun menutup rapat untuk mencegah pembentukan keringat. Dan dalam keadaan sebaliknya kulit dan kelenjar keringat akan terbuka hingga darah dapat mengalir ke kulit dengan tujuan untuk didinginkan oleh udara disekitarnya, itulah sebabnya kulit tampak memerah saat kepanasan. 3. Mengatur pengeluaran air. Kulit dapa mengontrol kehilangan air dalam tubuh,

karena jika tubuh kehilangan air secara berlebihan maka akan membahayakan tubuh.

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Untuk merasakan rasa nyeri gatal, panas, dingin, rabaan dan tekanan. Pengaturan suhu tubuh, kulit melakukan fungsi ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit. Pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basale epidermis. Pembentukan vitamin D, dengan bantuan sinar matahari, pro vitamin D diubah menjadi vitamin D. Fungsi keratinisasi, keratinosit dimulai dari sel basale mengadakan pembelahan, sel basale yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum. 2.3 Dermatitis Kontak

2.3.1 Pengertian Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak sendiri adalah suatu inflamasi pada kulit yang dapat disertai dengan adanya edema interseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi dengan bahan-bahan kimia yang berkontak dengan kulit. Berdasarkan penyebabnya, dermatitis kontak ini dibagi menjadi dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi.


(38)

Penyakit kulit akibat kerja adalah keadaan abnormal dari kondisi kulit karena adanya kontak dengan substansi atau berhubungan dengan proses yang ada di lingkungan kerja. Penyakit kulit okupasi merupakan masalah besar untuk kesehatan masyarakat karena efeknya yang sering kronik dan memiliki pengaruh yang besar terhadap keadaan ekonomi masyarakat dan para karyawan.

2.3.2 Dermatitis Kontak Kosmetik

2.3.2.1 Definisi Dermatitis Kontak Kosmetik

Dermatitis Kontak Kosmetik adalah dermatitis yang disebabkan oleh produk atau bahan kosmetik dan bukan oleh obat atau bahan kimia lain (Internationa journal of dermatology, 2003). Gejala klinis dermatitis kontak kosmetik dapat berupa kemerahan, perubahan warna kulit, rasa terbakar, pedih dan gatal. Dermatitis kontak kosmetik memiliki beragam manifestasi klinis, yaitu dermatitis kontak iritan (DKI), dermatitis kontak alergi (DKA), dermatitis foto kontak alergi (DFKA), urtikaria kontak, perubahan pigmen, abnormalitas kuku, kerusakan rambut dan erupsi akneiformis. Dermatitis yang sering ditemui adalah dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi (Widhyasti dkk, 2008).

2.3.2.2 Etiologi Dermatitis Kontak Kosmetik Iritan

Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan baik fisika maupun kimia, yang bersifat tidak spesifik, pada sel-sel epidermis dengan respon peradangan pada dermis dalam waktu dan konsentrasi yang cukup (Cohen, 1999).


(39)

Dermatitis kontak Iritan termasuk dermatitis yang memiliki proses kejadian yang cepat dan sesaat setelah terjadi kontak dengan zat atau benda yang merusak kulit dan cenderung tidak ada proses pencetus alergi seperti pada dermatitis kontak alergi, dan langsung terjadi sejak kontak pertama.Makin lama zat atau benda tersebut menempel di kulit, maka akan semakin berat dermatitis yang terjadi. Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumnas, asam, alkali dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, vehikulum, serta suhu badan iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu lama kontak, kekrapan (terus meneru atau berselang), adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeable, demikian pula gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban udara juga berpengaruh (Prasari,2006).

Faktor manusia juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan misalnya perbedaan penebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak di bawah 8 tahun lebih mudah teriritasi), ras (kulit hitam lebih tahan dibandingkan kulit putih), jenis kelamin (insidens dermatitis kontak iritan lebih tinggi pada wanita ), penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan turun). Misalnya dermatitis atopik.


(40)

2.3.2.3 Etiologi Dermatitis Kontak Kosmetik Alergi

Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap bahan-bahan kimia yang kontak dengan kulit dan dapat mengaktivasi reaksi alergi (WHO,2005). Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit (Djuanda, 1987).

Dermatitis kontak alergi merupakan peradangan di kulit akibat kontak dengan zat yang dianggap asing oleh tubuh di mana ada proses hipersensitivitas (alergi) yang berperan di dalamnya. Seperti pelindung tabir surya, bedak, lipstick, eye shadow, dan bahan kosmetik lainnya. Untuk menjadi alergi terhadap sesuatu zat atau benda, harus ada riwayat kontak dahulu sebelumnya yang memancing tubuh untuk membuat respon imun yang berperan adalah sel T-lymphocyte yang dapat mengenali zat alergen walau pun dalam jumlah yang sangat kecil. Dermatitis kontak alergi akan dirasakan sangat gatal oleh penderitanya pada bagian kulit yang terkena dermatitis kontak. Dan biasanya membutuhkan waktu 24-48 jam sebelum reaksi alerginya muncul (Kusumawati,2007).


(41)

Tabel 2.1

Alergen yang Menimbulkan DKA

Kategori produk Jenis Produk ntes npos

Perawatan Kulit Facial Cream 96 (15,0%) 41 (18,2%)

Masker 14 (2,2%) 4 (1,8%)

Krim Mata 3 (0,5%) 2 (0,9%)

Softening Lotion 20 (3,1%) 7 (3,1%) Pembersih Wajah 69 (10,8%) 17 (7,6%) Body Lotion 12 (1,9%) 6 (2,7%)

Sabun 68 (10,6%) 27 (12,0%)

Pewarna Dekoratif Pewarna Rambut 19 (3%) 10 (4,4%)

Lipstik 28 (4,4%) 14 (6,2%)

Eye Shadow 24 (3,8%) 13 (5,8%)

Bedak 55 (8,6%) 13 (5,8%)

Perawatan Rambut Shampo 50 (7,8%) 26 (11,6%)

Waving Lotion 1 (0,2%) 0

Hair Fixing Lotion 2 (0,3%) 0

Masker Rambut 11 (1,7%) 2 (0,9%)

Terapetik Krim Pencerah Kulit 70 (10,9%) 16 (7,1%)

Krim Anti Jerawat 28 (4,4%) 6 (2,7%)

Parfum dan Deodorant Tabir Surya

- 19 (3,0%) 4 (1,8%)

- 34 (5,3%) 10 (4,4%)

Oral Hygine Pasta Gigi 17 (2,7%) 7 (3,1%)

Obat Kumur 0 0

Total 640 225

Ket: ntes : jumlah produk kosmetik yang diujikan

Npos : jumlah produk kosmetik yang memberikan hasil PT positif Sumber: Klinik Kulit dan Kelamin RS. Dr. Sardjito Yogyakarta, 2005-2006

2.3.2.4 Patofisiologi Dermatitis Kontak Kosmetik Iritan

Dermatitis kontak iritan timbul setelah pemaparan tunggal atau pemaparan berulang pada agen yang sama. Beberapa mekanisme dapat menjadi penyebab terjadinya dermatitis kontak iritan. Pertama, bahan


(42)

kimia mungkin merusak sel dermal secara langsung dengan absorpsi langsung melewati membrane sel kemudian merusak system sel.

Mekanisme kedua, setelah adanya sel yang mengalami kerusakan maka akan merangsang pelepasan mediator inflamasi ke daerah tersebut oleh sel T maupun sel mast secara non-spesifik. Misalnya, setelah kulit terpapar asam sulfat maka asam sulfat akan menembus ke dalam sel kulit kemudian mengakibatkan kerusakan sel sehingga memacu pelepasan asam arakidonat dari fosfolipid dengan bantuan fosfolipase. Asam arakidonat kemudian dirubah oleh siklooksigenase (menghasilkan prostaglandin, tromboksan) dan lipoosigenase (menghasilkan leukotrien). Prostaglandin dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah (ehingga terlihat kemerahan) dan mempengaruhi saraf (sehingga terasa sakit); leukotrien meningkatkan permeabilitas vaskuler di daerah tersebut (sehingga meningkatkan jumlah air dan terlihat bengkak) serta berefek kemotaktik kuat terhadap eosinofil, netrofil, dan makrofag. Mediator pada inflamasi akut adalah histamine, serotonin, prostaglandin, leukotrien, sedangkan pada inflamasi kronis adalah IL1, IL2, IL3, TNFα2. Reaksi ini bukanlah akibat imun spesifik dan tidak membutuhkan pemaparan sebelumnya agar iritan menampakan reaksi.

Beberapa faktor mungkin mempengaruhi tingkatan respon kulit. Adanya penyakit kulit sebelumnya dapat menghasilkan dermatitis yang parah akibat membiarkan iritan dengan mudah memasuki sermis. Jumlah dan konsentrasi paparan bahan kimia juga penting. Iritan kimia kuat,


(43)

asam dan basa tampaknya menghasilkan keparahan yang reaksi inflamasi yang sedang dan parah. Iritan yang lebih ringan, seperti detergen, sabun, pelarut mungkin membutuhkan pemaparan yang banyak untuk mengakibatkan dermatitis. Selain itu, faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban atau perekaan basah dapat berpengaruh (Crowe, M.A & James W.D, 2001, dalam Sumantri, dkk, 2008).

2.3.2.5 Patofisiologi Dermatitis Kontak Kosmetik Alergi

Dermatitis Kontak Alergi merupakan reaksi inflamasi pada dermal akibat paparan allergen yang mampu mengaktifasi sel T, yang kemudian migrasi menuju tempat pemaparan. Tempat pemaparan biasanya daerah tubuh yang kurang terlindungi, namun allergen uroshiol yang terbawa dalam partikulat asap rokok mampu mempengaruhi tempat-tempat yang secara umum terlindungi. Selain itu, urosiol dapat aktif lama hingga 100 tahun, Penampakan dermatitis kontak alergik biasanya tidak langsung terlihat pada daerah tersebut sesaat setelah pemaparan karena allergen melibatkan reaksi imunologis yang membutuhkan beberapa tahap dan waktu.

Berikut adalah mekanisme reaksi imunologis tersebut, pertama pemaparan awal alergem tersebut akan mensensitisasi system imun. Tahap ini dikenal dengan tahap induksi. Menurut beberapa dokter, secara umum gejala belum tampak pada tahap tersebut. Walaupun demikian, gejala dermatitis tetap dapat langsung terjadi setelah pemaparan (tergantung faktor individu, allergen, dan lingkungan). Pada tahap ini,


(44)

urushiol secara cepat (10 menit) masuk melewati kulit dan berikatan dengan protein permukaan sel langerhans di epidermis dan sel makrofag di dermis. Sell langerhans kemudian member sinyal kepada sel limfosit mengenai informasi antigen kemudian sel limfosit berproloferasi menghasilkan sel T limfosit tersensitisasi.

Setelah sistem imun tersensitisasi, maka dengan pemaparan selanjutnya akan menginduksi hipersensitifitas tertunda tipe IV, yang merupakan reaksi yang dimediasi oleh sel dan membutuhkan waktu 24-48 jam atau lebih. Dermatitis yang tertangani dan tidak tertangani, secara alami akan sembuh dalam 10-21 hari, karena adanya sistem imun. (Crowe, M.A & James W.D, 2001, dalam Sumantri, dkk, 2008)

2.3.2.6 Tanda dan Gejala Dermatitis Kontak Kosmetik Iritan

Dermatitis kontak iritan biasanya lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak bahan kimia. Gejala terbagi dua yaitu menjadi akut dan kronis. Saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan sampai terasa perih bahkan lecet, luas kelainan umumnya sebatas daerah yang terkena, berbatas tegas. Saat kronis gejala dimulai dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang akhirnya menjadi menebal, Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal (hiperkeratosis) dan likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit tumit. Dan pada


(45)

Dermatitis kontak iritan ini gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa dibandingkan dengan tipe dermatitis kontak alergi (Partogi,2008)

2.3.2.7 Tanda dan Gejala Dermatitis Kontak Kosmetik Alergi

Penderita dermatitis kontak alergi pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas jelas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis; mungkin penyebabnya juga campuran.Untuk dermatitis kontak alergi, gejala tidak muncul sebelum 24-48 jam, bahkan sampai 72 jam. 2.3.2.8 Diagnosis

Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan atas anamnesis yang cermat dan pengamatan gambaran klinis. Dermatitis kontak iritan akut lebih mudah diketahui karena munculnya lebih cepat sehingga penderita pada umumnya masih ingat apa yang menjadi penyebabnya. Sebaliknya, dermatitis kontak iritan kronis, timbulnya lambat serta mempunyai variasi gambaran klinis yang laus, sehingga ada kalanya sulit dibedakan dengan dermatitis kontak alergi. Untuk ini diperlukan uji temple dengan bahan yang dicurigai.Pada tipe alergi, dokter dapat meminta untuk dilakukan tes tempel (patch testing) menggunakan zat yang dicurigai mencetus alergi


(46)

dan biasanya dokter memeriksa IgE dan Eosinofil untuk membedakan tipe alergi dengan yang tipe iritan.

“Patch test” adalah cara uji klinis untuk menentukan , apakah suatu bahan kimia bersifat sensitizer atau tidak. Terdapat banyak cara untuk melakukan “patch test”. Patch test dapat digunakan sebagai alat diagnostik ataupun preventif. Sebagai alat diagnostik, bahan dalam konsentrasi sangat rendah dibiarkan kontak dengan kulit dan ditutup dengan plester. Bila penderita peka, timbullah tanda kelainan di kulit.

Sebagai alat preventif dimaksudkan untuk menguji suatu bahan yang akan diproduksi oleh suatu industri, apakah bahan itu bersifat sensitizer atau tidak. Untuk maksud tersebut bahan dalam kadar rendah dibiarkan kontak dengan kulit dan ditutup dengan plester untuk kira-kira 5 hari. Lalu plesternya dibuka dan bahannya dibersihkan sekali. Biarkan dahulu untuk waktu 10 hari. Kemudian bahan yang sama dikontakkan pula di kulit. Bila reaksi timbul, berarti bahan itu sensitizer.

Demikian pula faktor psikis tidak jarang menimbulkan kesulitan dalam menegakkan diagnosis dermatitis akibat kerja ataukah suatu kelainan yang latar belakangnya penyakit psikosomatis. Untuk mengatasi hal demikian kadang-kadang diperlukan konsultasi kepada psikiater (Suma’mur, 2009). Menurut Depkes (2008) langkah-langkah diagnosa dermatitis akibat kerja, yaitu :


(47)

1. Anamnesis

Pertanyaan tersebut memuat riwayat perjalanan penyakit, antara lain : a) Waktu kejadian

b) Lokasi kelainan c) Adanya rasa gatal d) Perbaikan selama cuti

e) Pengobatan yang telah didapat f) Riwayat pekerjaan terdahulu g) Hobi atau pekerjaan sambilan

h) Riwayat penyakit terdahulu atau riwayat penyakit keluarga

Dalam penelitian ini, dermatitis kontak yang terjadi berhubungan dengan pekerjaan seseorang, untuk itu dalam anamnesis perlu riwayat paparan saat kerja dan bukti yang jelas adanya agen penyebab dalam bahan yang ditangani oleh karyawan. Untuk memastikan bahwa dermatitis kontak tersebut akibat kerja, Mathias mengusulkan bahwa harus ditemukan minimal empat dari tujuh criteria di bawah ini :

1) Apakah gambaran klinis sesuai dengan dermatitis kontak?

2) Apakah ada paparan terhadap iritan atau alergen kulit yang potensial pada tempat kerja?

3) Apakah distribusi anatomik dari dermatitisnya sesuai dengan bentuk paparan terhadap kulit dalam hubungannya dengan tugas pekerjaannya?


(48)

4) Apakah hubungan waktu antara paparan sesuai dengan dermatitis kontak?

5) Apakah paparan non-pekerjaan telah disingkirkan sebagai penyebab yang mungkin?

6) Apakah menghindari paparan memberikan perbaikan pada dermatitisnya?

7) Apakah uji tempel atau uji provokasi melibatkan suatu paparan pada tempat kerja yang bersifat spesifik? (Aditama dalam Adilah, 2012) 2. Pemeriksaan fisik

Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan tubuh secara menyeluruh. Tanda dan karakteristik untuk penyakit dapat terlewatkan tanpa pemeriksaan seluruh bagian tubuh secara teliti.

3. Pemeriksaan penunjang

Berbagai macam pemeriksaan penunjang diagnosis diperlukan sesuai dengan jenis penyakit kulit yang diderita. Misalnya uji tempel (patch test) untuk dermatitis kontak di tangan sebagai akibat reaksi tipe cepat, pemeriksaan kerokan kulit tangan dengan KOH 20% dan kultur pada agar Sabouraud untuk jamur kulit, dan biopsi yang digunakan terutama untuk menyingkirkan diagnosis lain, misalnya psoriasis. 4. Kunjungan tempat kerja (plant visit)


(49)

2.4 Kosmetika

2.4.1 Pengertian Kosmetika

Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.. (Depkes RI, Undang-undang tentang Kosmetika dan Alat Kesehatan, 1976)

Sedangkan kosemsetik Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.4.1745 tentang Kosmetik, dinyatakan bahwa definisi kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Ini berarti bahwa sesuatu dimasukkan ke dalam kosmetik jika memenuhi maksud dan fungsi sebagaimana tersebut di atas.


(50)

2.4.2 Bahan Kosmetika

Bahan kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang berasal dari alam dan atau sintetik yang merupakan komponen kosmetik. Maksud dan tujuan adanya peraturan bahan kosmetik antara lain bahwa kosmetik yang beredar di wilayah Indonesia harus menggunakan bahan kosmetik yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu danmanfaat. Di dalam peraturan ini tercakup daftar bahan kosmetik yang dilarang digunakan sebagai bahan kosmetik, daftar bahan yang diizinkan digunakan dalam kosmetik dengan pembatasan dan persyaratan penggunaan, daftar bahan pewarna yang diizinkan digunakan dalam kosmetik, daftar bahan pengawet yang diizinkan digunakan dalam kosmetik, dan daftar bahan tabir surya yang diizinkan digunakan dalam kosmetik.

2.4.2.1 Bahan Dasar Kosmetika

Dasar kosmetika biasanya terdiri dari bermacam-macam bahan dasar, bahan aktif dan bahan pelengkap. Bahan-bahan tersebut mempunyai aneka fungsi antara lain sebagai solvent (pelarut), emulsier (pencampur), pengawet, adhesive (pelekat), pengencang, absortent (penyerap) dan desinfektan. Pada umumnya 95 % dari kandungan kosmetika adalah bahan dasar dan 5 % bahan aktif atau kadang-kadang tidak mengandung bahan aktif. Hal ini mengandung arti bahwa kosmetika, sifat dan efeknya tidak ditentukan oleh bahan aktif tetapi terutama oleh bahan dasar kosmetika. Bahan dasar kosmetika dikelompokkan sebagai berikut :


(51)

1. Solvent (Pelarut)

Solvent atau pelarut adalah bahan yang berfungsi sebagai zat pelarut seperti air, alkohol, eter, dan minyak. Bahan yang dilarutkan dalam zat pelarut terdiri atas 3 bentuk yaitu padat (garam), cair (gliserin) dan gas (amoniak).

2. Emulsier (Pencampur)

Emulsier merupakan bahan yang memungkinkan dua zat yang berbeda jenis dapat menyatu, misalnya lemak atau minyak dengan air menjadi satu campuran merata (homogen). Emulgator, umumnya memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan antara dua cairan (surfactant). Contoh emulgator yaitu lilin lebah, lanolin, alcohol atau ester asam-asam lemak.

3. Preservative (Pengawet)

Bahan pengawet digunakan untuk meniadakan pengaruh kuman-kuman terhadap kosmetika, sehingga kosmetika tetap stabil tidak cepat kadaluwarsa. Bahan pengawet yang aman digunakan biasanya yang bersifat alami. Bahan pengawet untuk kosmetika dapat menggunakan senyawa asam benzoat, alkohol, formaldehida dan lain-lain. Jenis pengawet kimia efeknya pada kulit seringkali tidak baik. Untuk mengetahui efek yang ditimbulkan, penggunaan kosmetik sebaiknya dicoba dulu misalnya pada kulit di belakang telinga. Kosmetika yang sudah kadaluwarsa sebaiknya tidak


(52)

digunakan lagi. Batas kadaluwarsa beberapa jenis kosmetik, sejak kemasan dibuka dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2

Batas Kadaluwarsa Beberapa Jenis Kosmetik

Jenis Kosmetik Masa Pakai Jenis Kosmetik

Krim dan Cairan

Pelembab, Liquid Foundation, Susu/Krim Pembersih

1 Tahun

Berbau, berlendir, berunah warna,

Menggunpal

Serbuk

Perona Mata, Perona Pipi, Bedak Tabur atau Padat

2 Tahun

Dapat bertahan lama jika tidak terkontaminasi.

Apabila kuas atau spons yang digunakan kotor, produk akan mudah

terkena jamur. Pensil

Pensil Mata, Pensil Alis, dan Pensil Bibir

1 Tahun Ujung pensil keras dan pecah

Kosmetik Bibir

Lipstick, Lipgloss, Lipbalm, Lipcare, Lip moisturizer

1 Tahun

Berbau, Mengering, Membuat bibir

kering dan gatal

4. Adhesive (Pelekat)

Bahan yang biasanya terdapat dalam kosmetika seperti bedak, dengan maksud agar bedak dapat dengan mudah melekat pada kulit dan tidak mudah lepas. Bahan pelekat dalam bedak antara lain menggunakan seng stearat dan magnesium stearat.


(53)

5. Astringent (Pengencang)

Merupakan bahan pengencang yang mempunyai daya untuk mengerutkan dan menciutkan jaringan kulit. Bahan pengencang biasanya menggunakan zat-zat yang bersifat asam lemah dalam kadar rendah, alkohol dan zat-zat khusus lainnya.

6. Absortent (Penyerap).

Bahan penyerap mempunyai daya mengabsorbsi cairan, misalnya kalsium karbonat dalam bedak yang dapat menyerap keringat di wajah.

7. Desinfektan

Desinfektan berguna untuk melindungi kulit dan bagian-bagian tubuh lain terhadap pengaruh-pengaruh mikro-organisme. Desinfektan dalam kosmetika sering menggunakan ethyl alkohol, propilalkohol, asam borat fenol dan senyawa-senyawa amonium kuaterner. Bahan dasar yang paling banyak digunakan dalam kosmetika adalah lemak, air, alkohol dan serbuk. Lemak sebagai bahan dasar kosmetika berfungsi untuk :

a. Lemak dapat membentuk lapisan tipis di permukaan kulit sehingga berfungsi sebagai pelindung (ptotective film) yang berguna untuk menghalangi terjadinya penguapan air sehingga mencegah terjadinya kekeringan pada kulit.


(54)

b. Lemak memiliki sifat pembasah (wetting effect) bagi keratin, sehingga dapat berguna untuk pemeliharaan elastisitas kulit dan mempertahankan kulit agar tetap lembut dan halus.

c. Lemak dapat melarutkan kotoran-kotoran seperti sisa-sisa make-up, oleh sebab itu baik digunakan dalam preparat pembersih. d. Jenis lemak tertentu seperti lemak hewani, nabati dan malam

mudah diabsorpsi oleh kulit, sehingga merupakan bahan dasar yang baik untuk bahan-bahan aktif masuk ke dalam kulit.

e. Lemak hewani dan lemak nabati tertentu mengandung bahan aktif seperti vitamin, hormon, dan lestin yang bermanfaat bagi kulit. Air dapat diserap oleh kulit, tetapi daya penetrasi (daya serap) air dan bahanbahan yang larut dalam air lebih rendah dibandingkan dengan lemak dan bahan-bahan yang larut dalam lemak. Daya penetrasi bahan-bahan yang larut dalam air, tergantung pada kandungan air (water content) stratum corneum, oleh sebab itu air bukan bahan dasar yang baik untuk mengantar bahan aktif masuk ke dalam kulit. Air banyak digunakan dalam preparat pembersih, karena air mudah digunakan, dapat melunakkan stratum corneum dan dapat membersihkan kotoran yang larut dalam air. Air tidak memiliki daya pembasah kulit dan bukan merupakan bahan pembersih yang sempurna, oleh karena itu, untuk memperoleh efek pembersih yang sempurna perlu ditambahkan bahan dasar lain seperti minyak (cleansing cream),


(55)

alkohol 20-40 % (skin freshener, face tonic, astringent) atau surfactant (sabun, deterjen).

Alkohol merupakan bahan pelarut organik dalam kosmetika, seperti halnya eter, aseton, dan kloroform. Bahan-bahan tersebut cenderung dapat menimbulkan reaksi iritasi pada kulit. Pemakaian alkohol dalam jumlah yang dibolehkan (aman) untuk kosmetika adalah alkohol 20-40 % dengan bahan dasar air. Tujuan pemakaian alcohol tersebut adalah untuk :

1. Meningkatkan permeabilitas kulit pada air.

2. Mengurangi tegangan permukaan kulit sehingga meningkatkan daya pembasah air.

3. Meningkatkan daya pembersih preparat terhadap kotoran yang berlemak.

4. Bersifat sebagai astringent dan desinfektan. 2.4.2.2 Bahan Aktif Kosmetika

Bahan aktif yang sering ditambahkan ke dalam kosmetika antara lain vitamin, hormon ekstrak tumbuh-tumbuhan dan hewan, asam alpha hidroksil (AHA), merkuri, tretinoin, hidrokinon, dan hidrogen peroksida. Manfaat preparat tropikal yang mengandung bahan-bahan aktif adalah bahan aktif tersebut dapat diabsorpsikan oleh kulit, tidak mudah teroksidasi, berkhasiat pada kulit, dan pemberian secara oral atau dengan cara lain tidak mungkin dilakukan. Kosmetika yang digunakan untuk perawatan kulit harus berfungsi untuk memelihara kesehatan kulit,


(56)

mempertahankan kondisi kulit agar tetap baik dan mampu mencegah timbulnya kelainan pada kulit akibat proses usia, pengaruh lingkungan dan sinar matahari. Kosmetika menurut penggunaannya dibagi menjadi kosmetika untuk memelihara, merawat dan mempertahankan kulit, serta kosmetika untuk mempercantik wajah yang dikenal dengan kosmetika tata rias.

1. Placenta (lebih dikenal dengan ari-ari) adalah suatu media yang berkembang di dalam rahim selama masa kehamilan yang berfungsi untuk memberikan nutrisi dari induk kepada embrio. Plasenta akan keluar bersamaan dengan lahirnya sang bayi. Sumber placenta bisa berasal dari manusia dan hewan (sapi, kambing, biri-biri, domba maupun babi).Kebanyakan placenta yang digunakan dalam produk kosmetika adalah ekstrak plasenta. Ekstrak plasenta ini didapat dengan cara mencuci bersih placenta yang masih segar. Proses selanjutnya adalah membekukan dan memotong placenta tersebut hingga menjadi bubur placenta. Setelah itu placenta ini melalui proses filtrasi hingga didapatkan ekstrak placenta. Selanjutnya ekstrak placenta dikentalkan dengan cara memanaskannya kemudian dilakukan filtrasi steril. Hasil inilah yang digunakan sebagai bahan baku kosmetik (sari placenta). Sari placenta merupakan kompleks zat aktif yang sangat baik untuk perawatan kulit yang menua, karena mengandung nukleotida, hormon-hormon steroid, asam lemak, asam amino, vitamin dan unsur-unsur mikro. Mutu sari placenta ditentukan


(57)

atas dasar kadar enzim fofatase yang dikandungnya. Untuk menjamin khasiat kosmetiksari placenta, kadarnya di dalam kosmetika sekurang-kurangnya harus mencapai 3 - 5 persen. Sari placenta bermanfaat untuk meningkatkan peredaran darah lokal, merangsang metabolisme kulit, memperbaiki kekenyalan serabut-serabut jaringan ikat, merangsang pernafasan kulit, mampu memperbaiki elastisitas kulit, mengurangi tanda-tanda penuaan dan menjadikan kulit awet muda (anti ageing), mengurangi pigmentasi dan flek-flek hitam pada wajah, memutihkan dan menghaluskan kulit, menjadikannya tampak segar dan lembut.

2. Sari embrio diperoleh dari telur ayam yang sudah dibuahi, air ketuban lembu dan serum lembu yang diperoleh dari lembu hamil. Sari embrio mengandung zat-zat yang dapat merangsang metabolisme sel sehingga sangat baik untuk mengatasi keriput atau untuk mengencangkan kulit.

3. Sari jaringan tubuh berasal dari jaringan hewani yang sangat baik untuk mengatasi masalah penuaan kulit.

4. Kolagen adalah suatu protein yang terdiri atas berbagai asam amino seperti glisin, prolin, hidroksiprolin, alanin, leusin, arginin, asam aspartat, asam glutamat, dan asam-asam amino lainnya dalam jumlah kecil. Serabut kolagen adalah unsur penting yang memberi kekuatan kepada kulit jangat dan sangat menentukan keadaan jaringan ikat. Dalam keadaan normal, kolagen memungkinkan


(58)

penyerapan dan pertukaran air serta gas. Dalam jaringan ikat muda, kolagen terdapat dalam bentuk yang mudah larut (soluble collagen). Bila kulit menua, kolagen berubah menjadi bentuk yang sukar larut dan menjadi kaku. Serabut-serabut kolagen demikian akan kehilangan daya mengembung dan daya untuk menyerap air. Untuk menghambat perubahan-perubahan negatif pada permukaan kulit sebagai akibat pengerasan serabut-serabut kolagen, karena proses penuaan, dapat diberi hasil uraian (hydrolstate) kolagen yang mudah larut, semata-mata untuk menggantikan kolagen yang telah mengeras. Kolagen yang mudah larut diperoleh dengan cara ekstraksi kulit anak lembu. Cara ekstraksi sangat menentukan mutu kolagen yang dihasilkan, karena pada proses tersebut hendaknya struktur dan susunan kimiawi kolagen tidak mengalami perubahan. Mekanisme perubahan kolagen adalah suatu proses yang sangat kompleks, dan berkaitan dengan pembentukan fibril serta serabut, regulasi enzim pada sintesis, modifikasi dan penguraian kolagen. Kosmetika yang mengandung kolagen dapat memperbaiki kekenyalan kulit, melicinkan permukaan kulit, meningkatkan kelembaban kulit, serta memperbaiki fungsi pembuluh kapiler kulit sehingga dapat digunakan untuk peremajaan kulit. Di dalam dermis, 70 % jaringan ikatnya adalah kolagen, sedangkan 5 % adalah jaringan elastin. 5. Elastin sangat berpengaruh terhadap sifat elastisitas jaringan ikat


(59)

produk kosmetik perawatan kulit. Bahan dasar dermis terdiri dari garam, air, dan glikosaminoglikan yang membentuk molekul kompleks.

6. Asam hialuronat termasuk ke dalam kelompok glikosaminoglikan yang terdapat dalam dermis. Manfaat asam hialuronat adalah sebagai pelumas untuk jaringan kolagen, dan mencegah perubahan kolagen yang larut menjadi kolagen yang tidak larut.

7. Asam alfa hidroksi (AAH atau Alfa Hidroxil Acid/AHA) adalah asam karbosilat yang memiliki gugus hidroksi pada posisi alfa. Secara alamiah zat ini terdapat dalam buah-buahan dan yoghurt, seperti asam glikogat pada gula tebu, asam laktat pada yoghurt, asam tartat pada buah apel, dan asam sitrat pada buah jeruk. Manfaat AAH atau AHA adalah sebagai emolien, yang dapat meningkatkan pergantian sel kulit dan pembentukan sel kulit baru, mengurangi ikatan antar komeosit dan mensintesis kolagen sehingga dapat mengurangi keriput halus, membentuk kulit halus dan sehat serta dapat memperbaiki tekstur kulit. Oleh karena itu emolien ini sangat baik digunakan bagi perawatan kulit kering, perawatan dan peremajaan kulit menua dan kulit yang terdapat parut bekas jerawat (acne scar). AHA hanya cocok digunakan untuk mereka yang berusia antara 30-40 tahun, untuk usia lebih dari 30-40 tahun sebaiknya memilih asam retinoat. Asam retinoat (retinoic acid) mengandung vitamin A yang mampu menembus ke dalam sel kulit, sedangkan AHA hanya bias


(60)

menembus sampai lapisan antar sel. Kulit yang kusam pun menjadi lebih lembab, tebal, merah, dan segar lagi.

8. Hidrokinon. (hydroquinone) adalah bahan aktif yang dapat mengendalikan produksi pigmen yang tidak merata, tepatnya berfungsi untuk mengurangi atau menghambat pembentukan melanin kulit. Melanin adalah pigmen kulit yang memberikan warna gelap kecokelatan, sehingga muncul semacam bercak atau bintik cokelat atau hitam pada kulit. Banyaknya produksi melanin menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi. Hidrokinon digunakan untuk mencerahkan kulit yang kelihatan gelap akibat bintik, melasma, titik-titik penuaan, dan chloasma. Hidrokinon sebaiknya tidak digunakan pada kulit yang sedang terbakar sinar matahari, kulit yang iritasi, kulit yang luka terbakar, dan kulit pecah. Hindari penggunaan hidrokinon pada mereka yang mengalami masalah hati, ginjal, alergi atau sedang hamil dan menyusui. Sebelum mengoleskan hidrokinon, bersihkan wajah dari kotoran dan make-up, dan keringkan. Dalam pemakaian hidrokinon harus hati-hati jangan sampai terkena mata, bibir, bagian dalam hidung, dan mulut, karena bisa menyebabkan mati rasa. Kandungan hidrokinon dalam kosmetik yang diizinkan tidak lebih dari dua persen.

9. Tretinoin adalah bahan aktif dalam kosmetika, berupa zat kimia yang termasuk vitamin A asam atau retinoic acid, yang berfungsi untuk membentuk struktur atau lapisan kulit baru, mengganti lapisan kulit


(61)

luar yang rusak. Krim tretinoin yang dioleskan ke kulit menyebabkan daya permeabilitas kulit meningkat. Ini ditandai oleh terbentuknya lapisan tanduk baru. Tretinoin juga meningkatkan pembentukan pembuluh rambut kulit. Akibatnya, aliran darah ke kulit bertambah. Lapisan luar kulit dan kegiatan pembelahan sel pun meningkat. Bertambahnya usia menyebabkan bantalan kolagen kulit menipis dan tidak kenyal lagi. Tretinoin inilah yang mampu membantu pembentukan sel fibrobias di bawah kulit, sehingga bantalan kolagen menebal, kencang, dan kerut memudar. Selain meremajakan, tretinoin mampu mengatasi jerawat, spoerten, bekas luka dangkal, serta memunculkan lapisan di kulit yang sudah lapuk. Tretinoin dosis tertentu menyebabkan kulit mengelupas dan muncul kulit baru, tetapi tidak semua kulit tahan menerimanya, sehingga malah kulit menjadi rusak, kulit jadi kemerah-merahan. Pada kulit sensitif, pemakaian tretinoin harus dimulai dengan dosis paling rendah yakni 0,05 persen dengan pemakaian setiap dua malam sekali. Bila kulit mulai kuat dan tidak timbul reaksi radang, rasa terbakar, secara perlahan, dosisnya dapat ditambah atau ditingkatkan dan pemakaiannya pun dapat dipakai setiap malam. Kosmetik berbahan dasar aktif tretinoin tidak boleh dipakai pada siang hari, karena paparan sinar matahari dapat memperkuat efek sampingnya. Pada kulit normal, efek kemerahan karena peradangan, akan mereda setelah pemakaian tretinoin dihentikan. Pada kulit sensitif, efek ini akan menetap, bahkan hingga


(62)

berbulan-bulan setelah pemakaian dihentikan. Efek tidak baik dari pemakaian bahan aktif tretinoin dapat dihindaridengan cara :

a. Kosmetik berbahan dasar aktif tretinoin jangan digunakan pada kulit yang tidak sehat

b. Jangan memakai alkohol atau kosmetik yang bersifat mengeringkan terutama pada kulit sensitif

c. Sebelum pemakaian kosmetik berbahan dasar aktif tretinoin, kulit harus benar-benar bersih dari obat kulit seperti obat luka, obat jerawat, salep eksim atau obat bisul.

d. Tretinoin tidak boleh dipakai pada kulit yang baru melakukan pengelupasan (peeling)

e. Pemakaian tretinoin harus segera dihentikan jika muncul lenting lepuh pada kulit atau timbul rasa terbakar.

10. Merkuri, air raksa atau hydragyricum (Hg) adalah satu-satunya logam yang pada suhu kamar berwujud cair, tidak berbau, warnanya keperakan, dan mengkilap. Merkuri akan menguap bila dipanaskan sampai mencapai suhu 3570C. Merkuri dapat dijumpai di alam seperti di air dan tanah, terutama dari deposit alam, limbah industri, dan aktivitas vulkanik. Dalam pertambangan emas, merkuri digunakan dalam proses ekstraksi dan pemurnian. Merkuri juga digunakan dalam industry seperti termometer, tambal gigi, baterai dan soda kaustik. Merkuri dapat bersenyawa dengan khlor, belerang, dan oksigen senyawa untuk membentuk garam merkurium. Ini adalah


(63)

bahan-bahan yang sering digunakan dalam industri krim pemutih kulit. Karena sifat ionnya mudah berinteraksi dengan air, merkuri mudah masuk ke dalam tubuh melalui kulit, inhalasi (pernapasan), dan makanan. Bila merkuri sudah masuk ke dalam kulit, akan muncul reaksi alergi yang berupa iritasi. Reaksi iritasi ini berlangsung cukup cepat. Mandi beberapa kali di sungai atau di laut yang tercemar merkuri, akan menyebabkan kulit segera mengalami iritasi. Merkuri dapat membuat kulit terbakar, menjadi hitam, bahkan dapat berkembang menjadi kanker kulit. Merkuri inorganik dalam krim pemutih, dapat menimbulkan keracunan bila digunakan dalam jangka waktu yang lama. Meski tidak seburuk efek merkuri gugusan yang tertelan, efek buruk tetap saja timbul pada tubuh, atau meski hanya dioleskan ke kulit, merkuri mudah diserap ke dalam darah, kemudian memasuki sistem saraf. Manifestasi gejala keracunan merkuri berupa gangguan sistem saraf seperti tremor, insomnia, kepikunan, gangguan penglihatan, gerakan tangan jadi abnormal (ataksia), gangguan emosi, dan depresi. Merkuri yang terakumulasi dalam organ tubuh seperti ginjal, hati, dan otak, dapat menyebabkan kematian.

11. Hidrogen peroksida atau hidrogen dioksida (H2O2), terbentuk dari dua atom hidrogen dan dua atom oksigen. Bentuknya menyerupai air (H2O), tetapi pada H2O2 ada kelebihan molekul oksigen, sehingga sangat baik digunakan sebagai oksidiser. Bahan ini tidak berwarna,


(64)

tidak bebau, dan tidak berasa. Penelitian terbaru menyatakan, bahwa hidrogen peroksida bermanfaat dalam reaksi kimia yang berlangsung dalam tubuh. Dalam memerangi infeksi, vitamin C membuat hidrogen peroksida untuk merangsang produksi prostaglandin. Di kolon dan vagina, lactobacillus juga membuat hidrogen peroksida yang berguna untuk melawan bakteri, virus, dan mencegah infeksi. Hidrogen peroksida juga digunakan untuk bahan pemutih gigi dan pembersih kotoran telinga. Satu topi hidrogen peroksida, ketika dibiarkan dalam mulut selama 10 menit stiap hari, gigi menjadi putih dan dapat mengurangi terjadinya sariawan. Untuk keperluan luar tubuh, hidrogen peroksida berfungsi sebagai antiseptik yang dapat membunuh bakteri, virus, serta jamur. Saat berkontak dengan kulit, hydrogen peroksida terpecah menjadi air dan oksigen. Oksigen masuk menembus kulit dan sampai ke pembuluh darah kapiler. Kehadiran oksigen pada pembuluh darah kapiler, menyebabkan kulit menjadi segar, sehat, dan terpenuhi kebutuhan gizinya, sebab oksigen yang dibawa H2O2 berfungsi sebagai kendaraan betakaroten yang akan diubah menjadi vitamin A oleh tubuh.

12. Hormon dan vitamin. Pemakaian hormon dan vitamin dalam kosmetika tidak dapat dibenarkan, kecuali apabila dilakukan di bawah pengawasan dokter. Pemakaian hormon dalam jangka waktu lama, dapat mengacaukan keseimbangan hormonal dalam darah dan dapat menimbulkan efek samping sistematik seperti gangguan


(65)

menstruasi dan gangguan sistem reproduksi. Krim hormon yang mengandung estrogen baik untuk perawatan kulit menua. Vitamin dalam kosmetika harus memperhatikan termobilitas dan kepekaan berbagai vitamin terhadap oksigen serta sinar ultra violet. Vitamin A sangat baik untuk melindungi epitel, merangsang epitelisasi jaringan kulit sebagai ester asetat atau palmitat, dalam kosmetika dipakai untuk kulit yang merah, kasar, kering, dan degeneratif. Kekurangan vitamin A menyebabkan peningkatan keratinisasi secara abnormal (hiperkeratosis), lapisan tanduk menutupi folikel rambut, sehingga sekresi sebum terhambat dan terbentuk komedo (blackhead) yang mudah menjadi inti infeksi. Vitamin A dalam kosmetika, merangsang granulasi dan mencegah keratinisasi berlebihan, sehingga kulit menjadi lebih halus dan licin, sedangkan turgor jaringan jadi meningkat. Vitamin E berhasiat sebagai antioksidan. Kekurangan vitamin E antara lain dapat menyebabkan gangguan metabolisme, regenerasi sel yang lambat, dan gangguan fungsional sistem reproduksi. Penggunaan kosmetika yang mengandung vitamin E dan vitamin A pada kulit wajah bertujuan untuk memperbaiki peredaran darah di kulit dan akhirnya dapat memperbaiki kondisi kulit.

2.4.2.3 Daftar Bahan Pengawet Yang Diizinkan

Maksud ditambahkan bahan pengawet pada kosmetik adalah untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Daftar ini mencantumkan semua nama bahan pengawet yang boleh digunakan dalam kosmetik disertai kadar


(1)

4.

Masa Kerja dengan Dermatitis Kontak Kosmetik

Ranks

DKK_BR N Mean Rank Sum of Ranks

kerja_sejak dermatitis 52 53.23 2768.00

tidak dermatitis 33 26.88 887.00

Total 85

Test Statisticsa

kerja_sejak

Mann-Whitney U 326.000

Wilcoxon W 887.000

Z -4.803

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: DKK_BR

5.

Jenis Kelamin dengan Dermatitis Kontak Kosmetik

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


(2)

J_K * DKK_BR Crosstabulation

DKK_BR

Total

dermatitis tidak dermatitis

J_K perempuan Count 20 15 35

% within DKK_BR 38.5% 45.5% 41.2%

laki-laki Count 32 18 50

% within DKK_BR 61.5% 54.5% 58.8%

Total Count 52 33 85

% within DKK_BR 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .408a 1 .523

Continuity Correctionb .170 1 .680

Likelihood Ratio .406 1 .524

Fisher's Exact Test .652 .339

Linear-by-Linear Association .403 1 .526

N of Valid Casesb 85

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.59. b. Computed only for a 2x2 table


(3)

6.

Riwayat Alergi dengan Dermatitis Kontak Kosmetik

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Riwayat_Alergi * DKK_BR 85 100.0% 0 .0% 85 100.0%

Riwayat_Alergi * DKK_BR Crosstabulation

DKK_BR

Total

dermatitis tidak dermatitis

Riwayat_Alergi ya Count 32 5 37

% within DKK_BR 61.5% 15.2% 43.5%

tidak Count 20 28 48

% within DKK_BR 38.5% 84.8% 56.5%

Total Count 52 33 85

% within DKK_BR 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 17.672a 1 .000

Continuity Correctionb 15.835 1 .000

Likelihood Ratio 19.043 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 17.464 1 .000

N of Valid Casesb 85

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.36. b. Computed only for a 2x2 table


(4)

7.

Riwayat Atopik dengan Dermatitis Kontak Kosmetik

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

riwayat_Atopik * DKK_BR 85 100.0% 0 .0% 85 100.0%

riwayat_Atopik * DKK_BR Crosstabulation

DKK_BR

Total

dermatitis tidak dermatitis

riwayat_Atopik ya Count 16 12 28

% within DKK_BR 30.8% 36.4% 32.9%

tidak Count 36 21 57

% within DKK_BR 69.2% 63.6% 67.1%

Total Count 52 33 85

% within DKK_BR 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .286a 1 .593

Continuity Correctionb .089 1 .766

Likelihood Ratio .284 1 .594

Fisher's Exact Test .640 .381

Linear-by-Linear Association .283 1 .595

N of Valid Casesb 85

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.87. b. Computed only for a 2x2 table


(5)

8.

Riwayat Penyakit Sebelumnya dengan Dermatitis Kontak Kosmetik

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

RPKS * DKK_BR 85 100.0% 0 .0% 85 100.0%

RPKS * DKK_BR Crosstabulation

DKK_BR

Total

dermatitis tidak dermatitis

RPKS ya Count 49 0 49

% within DKK_BR 94.2% .0% 57.6%

tidak Count 3 33 36

% within DKK_BR 5.8% 100.0% 42.4%

Total Count 52 33 85

% within DKK_BR 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 73.421a 1 .000

Continuity Correctionb 69.613 1 .000

Likelihood Ratio 92.900 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 72.558 1 .000

N of Valid Casesb 85

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.98. b. Computed only for a 2x2 table


(6)

LAMPIRAN 5

FOTO