B. Frekuensi Kanker berdasarkan Merokok di Indonesia
Proporsi
individu
yang mengalami kanker lebih banyak pada individu yang merokok 8,2 dibandingkan dengan individu yang pernah
merokok 5,4. Sedangkan variabel durasi merokok, proporsi
individu
yang mengalami kanker lebih banyak pada individu yang merokok ≥ 20 tahun 7,6 dibandingkan dengan individu yang merokok 20 tahun
3,0. Sejalan dengan penelitian Hosseini yang menyebutkan bahwa proporsi
yang mengalami kanker paru lebih besar pada kelompok yang merokok 66,5 Hosseini, 2014. Pada penelitian Reynolds, proporsi kasus
kanker payudara lebih besar pada kelompok mantan perokok 34 dibandingkan dengan kelompok yang masih merokok 7 Reynolds,
2004. Salah satu kandungan dalam rokok adalah zat karsinogen yang
dapat menjadi aktivasi metabolik sebagai perantara untuk berinteraksi dengan DNA, membentuk produk kovalen. Detoksifikasi metabolisme
karsinogen dilakukan untuk mengekskresi kandungan karsinogen dalam tubuh Hecht, 2012.
C. Frekuensi jenis Kanker
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jenis kanker yang paling banyak adalah kanker payudara. Hal ini sesuai dengan laporan WHO
tahun 2012, yang menyebutkan bahwa insiden kanker tertinggi di Indonesia adalah kanker payudara. Berdasarkan laporan tahunan di RS
Dharmais, kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak selama 4 tahun berturut-turut 2010-2013 di RS Dharmais Kemenkes, 2015.
D. Frekuensi Kanker berdasarkan Status Merokok
Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa proporsi individu yang mengalami kanker serviks, lebih besar pada individu yang merokok
3,5 dibandingkan dengan yang pernah merokok 1,8. Proporsi pada kanker payudara lebih besar pada individu yang merokok 3,4
dibandingkan dengan yang pernah merokok 2,0. Proporsi kanker prostat lebih besar pada individu yang merokok 39,0 dibandingkan
dengan yang pernah merokok 28,6. Proporsi kanker kolon juga lebih besar pada individu yang merokok 25,0 dibandingkan dengan yang
pernah merokok 18,8. Selain itu, proporsi kanker parubronkus lebih besar pada individu yang merokok 32,2 dibandingkan dengan yang
pernah merokok 16,1. Bukan hanya itu, proporsi kanker nasofaring lebih besar pada individu yang merokok 13,2 dibandingkan dengan
yang pernah merokok 10,5. Berdasarkan penelitian Nainggolan, proporsi kejadian kanker
saluran cerna lebih besar besar pada perokok 18,5 dibandingkan dengan yang pernah merokok 10,9 Nainggolan, 2009. Penelitian
Gao, proporsi kanker payudara lebih besar lebih besar pada individu yang merokok 1,49 dibanding dengan yang pernah merokok 0,90 Gao,
2013. Individu yang mengalami kanker lebih banyak terjadi pada
individu yang merokok, hal ini dikarenakan rokok memiliki zat karsinogen
yang dapat memicu terjadinya kanker. Karsinogen dalam rokok dapat menjadi aktifasi metabolik sebagai perantara untuk berinteraksi dengan
DNA, membentuk produk kovalen. Detoksifikasi metabolisme karsinogen dilakukan untuk mengekskresi kandungan karsinogen dalam tubuh. Jika
karsinogen telah mengaktifasi DNA dan bisa diperbaiki maka akan kembali ke keadaan normal. Tetapi jika tidak bisa diperbaiki, maka akan
terjadi kesalahan coding, yang menyebabkan mutasi permanen dalam DNA. Sel dengan DNA yang rusak atau bermutasi dapat dihilangkan
dengan apoptosis. Jika mutasi terjadi pada daerah gen penting, seperti RAS atau onkogen MYC atau TP53 atau CDKN2A gen supresor tumor,
maka sel tersebut dapat kehilangan kemampuan untuk mengontol perkembangan sel normal dan berkembang menjadi tumor Hecht, 2012.
E. Frekuensi Kanker berdasarkan Karakteristik Individu
1. Usia
Proporsi kejadian kanker serviks lebih besar pada kelompok usia 40-49 tahun 34,9. Proporsi kejadian kanker payudara lebih besar
pada kelompok usia 40-49 tahun 28,1. Pada kanker prostat, proporsi kejadian kanker lebih besar pada kelompok usia
≥ 70 tahun 52,8. Proporsi kanker kolon terbesar terjadi pada kelompok usia
60-69 tahun 23,4. Pada kanker paru bronkus, proporsi kejadian kanker terbesar pada kelompok usia 50-59 25,8. Sedangkan
proporsi kanker nasofaring terbesar terjadi pada kelompok usia 40-49 tahun 26,3.