BAB IV UPACARA MANGAN AHAI FALLO SEBAGAI SITEM PENGETAHUAN
LOKAL MASYARAKAT SIMEULUE
4.1. Manfaat Upacara Mangan Ahai Fallo.
Manfaat dari upacara mangan ahai fallo atau sering disebut mangan ulu taun ini adalah untuk mengumpulkan warga tani, supaya dapat dihimpun bersama
dan dapat mencicipi hasil panen mereka secara bersama-sama. serta dalam acara tersebut aparat desa yang telah ditugaskan oleh keujeurun blang yaitu untuk
menyampaikan pengalaman mereka selama mengikuti proses persawahan, disini dari masing-masing mereka saling berbagi pengalaman kepada warga tani
setempat. Menjelaskan tentang bagaimana cara menanam padi yang baik, disini masyarakat setempat dapat menyimpulkan pengalaman mereka, bahwa pekerjaan
selama bertani belum begitu maksimal. Oleh karena itu masyarakat setempat dengan melaksanakan acara mangan ahai fallo pemikiran masyarakat dapat
tercerahkan serta berlombah-lombah demi mendapatkan hasil panen yang terbaik. Pengalaman yang mereka peroleh langsung diaplikasikan dalam kehidupan
maupun dalam proses persawahan, serta juga mendapat dorongan serta motivasi dari aparat desa yang telah ditugaskan untuk menyampaikan sedikit pengalaman,
dengan tujuan agar tidak bermalas-malasan dalam mengolah sawahnya mereka nantinya, dari itu dapat mendengarkan apa-apa yang disampaikan oleh keujeurun
blang dari awal sampai acara berakhir, dan disini keujeurun blang akan menyampaikan ucapan terimakasih kepada warga tani, karena ia telah dipercaya
Universitas Sumatera Utara
untuk memimpin sawah blang mereka selama satu tahun. Kadang-kadang ada kata-kata yang telanjur yang diucapkan oleh kejeurun blang selama memimpin
blang sawah. Dengan begitu pak keujeurun blang langsung mimintak maaf kepada seluruh warga tani yang ikut serta dalam upacara tersebut, dan sekaligus
keujeurun blang menyampaian terkait upah blang kepada seluruh petani supaya mereka dapat membayar secara jujur dan iklas.
4.2. Makna yang Tersembunyi di dalam Upacara Mangan Ahai Fallo
Kegiatan upacara mangan ahai fallo ini banyak mengandung makna tertentu, terutama terlihat pada beberapa perlengkapan yang telah disediakan oleh
masyarakat warga tani. Pertama, dalam penggunaan sipului ketan yang diletakan di atas pinggan
besar yang ditutup dengan tudung yang telah dihias, dan hidangan ini akan dibawakan oleh para aparat desa setempat. Penyediaan pulut ketan adalah
merupakan suatu makanan yang disediakan untuk penyambutan tamu yang telah di undang. Menurut mereka makanan ini adalah suatu kemulian yang harus
disediakan. Pulut ini lebih mulia dihidangkan kepada para undangan daripada kue-kue dan jenis lainnya, dan pulut ini sudah menjadi suatu ketentuan adat. dan
pada saat tertentu atau mengadakan suatu acara maka pulut ini tidak bisa diganti atau bahkan ditinggalkan. Inilah yang utama sekali disuguhkan kepada para tamu
yang diundang. Menurut beberapa informan yang bernama Nila menyatakan bahwa; beras pulut ini tidak bisa digantikan dengan yang lain, karena ini memiliki
makna tersediri, ini merupakan makanan yang paling mulia, dan terpandang apabila pulut ini yang akan disediakan. Maka masyarakat tidak mau menggantikan
Universitas Sumatera Utara
dengan jenis makanan yang lain. Apabila ada diantara mereka ada yang tidak memiliki beras pulut, maka mereka berupaya mencarinya sampai dapat bahkan
kalaupun tidak ada mereka cari ke daerah lain yang ada beras pulutnya, proses yang dilakukan mereka disini adalah dengan cara menukarkan.
4.3. Rasa Syukur Atas Hasil Panen