dengan jenis makanan yang lain. Apabila ada diantara mereka ada yang tidak memiliki beras pulut, maka mereka berupaya mencarinya sampai dapat bahkan
kalaupun tidak ada mereka cari ke daerah lain yang ada beras pulutnya, proses yang dilakukan mereka disini adalah dengan cara menukarkan.
4.3. Rasa Syukur Atas Hasil Panen
Masyarakat Desa Tanjung Raya, pada umumnya bermata pencaharian
sebagai petani. Dari dahulu, nenek moyang mereka telah mewariskan sawah yang cukup luas bagi mereka, sampai sekarang sawah itu tetap dipelihara dan
dikerjakan pada setiap tahunnya. Dengan adanya sawah tersebut sangat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dengan sawah tersebut hidup
mereka menjadi senang. Dalam keseharian mereka tidak lagi memikirkan beli beras. Sebagai rasa syukur atas rizki yang didapatkan itu, setiap tahunnya mereka
senantiasa melaksanakan upacara syukur terhadap Allah SWT yang dikenal dengan upacara mangan ahai fallo. Acara ini sudah merupakan suatu keharusan
untuk dilakukan. Karena ini menyangkut dengan tanda ucapan terimakasih kepada Allah SWT, dengan mengadakan upacara mangan ahai fallo mereka juga
menggunakan dalil yang berbunyi.
Universitas Sumatera Utara
7. Dan ingatlah juga, tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku,
Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.
Jadi masyarakat merasa takut apabila upacara ini tidak dilaksanakan, karena mereka sangat perpedoman dengan ayat tersebut. makanya mereka
senantiasa melaksanakan upacara mangan ahai fallo atau sering disebut mangan ulu taun. Selain itu juga ini merupakan suatu tradisi yang tidak bisa ditinggalkan,
karena ini adalah warisan nenek moyang merek yang senantiasa harus dilestarikan secara turun-temurun dari satu generasi kegenerasi berikutnya
4.4. Sumber-Sumber Pengetahuan Mengenai Upacara Mangan ahai fallo
Secara umum mangan ahai fallo merupakan sebuah budaya lokal, yang dimiliki oleh masyarakat Simeulue khususnya warga tani yang ada
di Desa Tanjung Raya. Sumber yang jelas dapat lihat adalah dari warga itu sendiri dimana mereka memiliki suatu kearifan Tradisional
dalam menghadapi marabahaya terhadap padi mereka, seperti yang dikatakan oleh J. Dananjaja 1986 bahwa hampir setiap daerah
Universitas Sumatera Utara
di Indonesia memiliki pengetahuan lokal tentang bagaimana mengatur kehidupan masyarakat tersebut baik yang berhubungan dengan alam maupun yang
berhubungan dengan manusia itu sendiri. Tetapi jika dikaji lebih mendalam tentang sumber pengetahuan lokal masyarakat, maka akan mendapatkan dua
pembagian secara umum yaitu sumber pengetahuan yang berasal dari dalam dan sumber pengetahuan yang bersumber dari luar.
4.4.1. Sumber dari Dalam
Kearifan masyarakat Desa Tanjung Raya tentang pengetahuan lokal upacara mangan ahai fallo dilahirkan dari dalam masyarakat itu sendiri
sumber tersebut berawal dari akibat terjadinya gagal panen. Salah seorang informan yang bernama Mida, 45 tahun bukan nama
sebenarnya menyatakan : Engang matuai upacara mangan ahai fallo niadokan lahan ma’i
manjadi senang karano kewajiban ma’i salamo ere ang matuai. Artinya :
Setelah upacara mangan ahai fallo telah selesai dilaksanakan, maka hati masyarakat menjadi senang. Implementasi rasa senang mereka sebagai warga
tani yaitu mereka dengan berlombah-lombah menguarkan zakat dari hasil panen padi mereka, serta membantu orang lain apabila kebutuhan hidupnya
tidak mencukupi. Masyarakat setempat masih memiliki rasa kepedulian yang kuat terhadap sesama mereka.
Pengalaman para orang tua dulu ketika ia menanam padi, sebelumnya dia harus tau bagaimana cara melihat tanda-tanda kapan ia mulai turun ke sawah.
Kemudian pengalaman ini diturunkan kegenerasi setelah sampai sekarang ini.
Universitas Sumatera Utara
Pada akhirnya masyarakat setempat mulailah mengenang apa pesan orang tua mereka dulu. Sehingga hal inilah yang membuat masyarakat memilki kesiapan
dan kemampuan untuk membaca tanda-tanda padi mereka apabila tidak berhasil. Jadi pengetahuan tentang mangan ahai fallo didapat oleh warga Desa
Tanjung Raya berdasarkan pengetahuan dari kejadian yang lalu. Ibarat pepatah mengatakan sebuah musibah pasti ada makna tersirat dan
sebagai iktibar yang terkandung di dalamnya, hal ini telah dirasakan oleh warga tani, ketika mereka tidak melaksanakan upacara tersebut dengan baik,
maka dengan tidak disadari mereka akan mendapat marabahaya yang menimpah padi mereka nantinya. Karena akibat dari aktivitas para warga tani
yang tidak oktimal dalam mengerjakan sawah mereka.
4.4.2. Sumber dari Luar Sebagian pengetahuan lokal ternyata ada juga sumber dari luar yang
dijadikan sebagian acuan. Dalam pengetahuan masyarakat Desa Tanjung Raya yang terkait dengan upacara mangan ahai fallo, yang terdapat disini
adalah berupa himbauan agar selalu melestarikan budaya tersebut di masyarakat. Himbauan ini akan disampaikan oleh salah seorang staf aparat
desa dari desa tetangga, yang kait dengan pengalaman mereka selama bertani serta bagaimana cara mereka mempeoleh hasil panen yang melimpah cara
mereka disini adalah selalu berhati-hati dan tidak mengenal lelah yang penting padi mereka berhasil. Dengan demikian kearifan lokal seperti ini
dapat menyelamatkan mereka dari bencana terutama yang nampak ditengah- tengah masyarakat adalah kekacauan. Kekacauan yang dimaksud disini
Universitas Sumatera Utara
adalah tidak ada lagi rasa kekompakkan diantara mereka sebagai warga tani ketika turun ke sawah untuk menanam padi.
4.5. Tanda-tanda Upacara Mangan Ahai Fallo Dilakukan
Sebelum dilakukan acara hari ”H” pertama para warga tani harus
melakukan penuaian padi pertama dari seluruh blang yang ada di desa tersebut, kemudian keujeurun blang akan mematau apakah dari masing-masing warga tani
telah melaksanakan penuian padi atau belum, dari sinilah keujeurun blang akan mengambil keputusan kapan acara tersebut bisa dilaksanakan. Apabila dari
sebagian masyarakat belum melaksanakan penuain, maka acara belum bisa diadakan. Inilah yang menjadi tanda di masyarakat untuk melakukan upacara
mangan ahai fallo
4.6. Dampak dari Terlaksananya Upacara Mangan Ahai Fallo