Makan Bersama. Kebertahanan Upacara Mangan Ahai Fallo

saja, dan makanan tambahan yang dibawa oleh warga tani yang lainnya.. Tujuan makan bersama ini adalah sebagai syarat untuk menyatukan kekompakan masyarakat sesama warga tani yang akan melangsungkan turun sawah. Gambar 1.4 tampak kesibukan warga yang sedang makan bersama

3.9. Makan Bersama.

Setelah selesai semua acara baik itu menampilkan tari-tarian yang telah disebutkan diatas tadi, dan kemudian ada juga penyampaian dari beberapa orang yang diundang, untuk menyampaikan kepada seluruh warga masyarakat setempat agar tetap bersemangat dalam mengolah sawahnya. Dengan demikian supaya mendapatkan hasil yang memuaskan. Selanjutnya pembacaan doa, kegiatan berdoa ini dipimpin oleh seorang alim ulama yang hadir dalam upacara tersebut. Berdoa ini bertujuan untuk memohon dan ucapan terimakasih kepada Allah SWT atas rezeki yang telah diberikan kepada masyarakat Desa Tanjung Raya yang Universitas Sumatera Utara berupa hasil panen yang melimpah yang dapat membantu kebutuhan hidup mereka, serta meminta agar diberikan kesehatan, keselamatan serta kesabaran dalam mengolah sawah yang dilakukan secara serentak. Setelah acara berdoa, dilanjutkan dengan acara yang terakhir yaitu makan bersama yang diikuti oleh seluruh masyarakat dan para undangan yang lainnya baik yang datang dari desa terdekat maupun yang datang dari kecamatan. Dalam makan bersama ini mangandung makna persatuan dalam masyarakat, dan bukan itu saja mangan ahai fallo ini memilki manfaat terupa masyarakat bisa saling kenal dan dapat menyatukan pemikiran sesama warga tani. Kemudian makanan yang dihidangkan dalam acara ini berupa nasi dengan lauk pauknya, serta ketan yang dihidangkan kepada para tamu undangan yang hadir ke upacara mangan ahai fallo tersebut. Setelah makan bersama masyarakat dengan para undangan saling bersalaman antar sesama mereka begitu juga dengan para tamu yang di undang dan saling meminta maaf mungkin dari sebelum acara dimulai sampai selesai. Mungkin selama acara banyak melakukan kekurangan disana sini semoga mereka dapat dimaafkan.

3.10. Kebertahanan Upacara Mangan Ahai Fallo

Upacara mangan ahai fallo yang ada di Desa Tanjung Raya, masih tetap bertahan dan dijalankan oleh masyarakat hingga sekarang. Adapun hal-hal yang menyebabkan mangan ahai fallo bertahan yaitu: pertama mangan ahai fallo merupakan upacara adat yang dilakukan sebagai ucapan rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil panen yang telah diberikan kepada masyarakat, karena mereka Universitas Sumatera Utara telah bersusah payah mengerjakan sawahnya selama setahun, sudah banyak tenaga yang dihabiskan. Dengan demikian, upacara ini senantiasa dilakukan setiap tahunnya. Kedua upacara mangan ahai fallo merupakan salah satu tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang yang harus dipertahankan sampai kapan pun. Salah satu informan, Bapak Rajeman menyatakan : “ Upacara mangan ahai fallo itu dilaksanakan bukan hanya sebagai rasa syukur kepada Allah saja, tetapi upacara mangan ahai fallo ini dilaksanakan untuk melestarikan tradisi masyarakat Desa Tanjung Raya. Selain itu juga berguna untuk menyatukan pemikiran sesama para warga tani, maksud dari menyatukan pemikiran disini adalah ketika turun kesawa dilaksanakan secara serentak. begitu halnya juga dalam pembuatan pagar sawah di seluruh blang sawah karena menurut kepercayaan mereka sebagai warga tani, kalau upacara mangan ahai fallo ini tidak dilaksanakan, maka akan mengakibatkan kekacauan, kekacauan disini misalnya anggaota tani yang satu dengan lain tidak ada lagi kekompakkan diantara mereka sesama warga tani, terutama dalam membuat pagar sawah, menabur bibit padi, dan lain-lain, hal itulah yang mengakibatkan gagal panen. Dengan melaksanakan sutu tradisi budaya ini secara terus menerus, hal itu berarti bahwa masyarakat turut melestarikan budaya tersebut. Demikian juga dengan dengan upacara tradisional yang lain yang masih dipertahankan sampai sekarang ini. Kebertahanan upacara mangan ahai fallo dapat tetap memperkokoh norma dan nilai-nilai budaya yang telah berlaku secara turun-temurun dari dulu hingga sekarang. Adat istiadat yang dimiliki suatu masyarakat harus dimunculkan Universitas Sumatera Utara kepermukaaan, sehingga masyarakat yang berasal dari suku lain akan mengenal dan menghormati kebudayaan suatu msyarakat tersebut. Dengan dikenal dan dihargai kebudayaan suatu masyarakat oleh masyarakat lain, maka akan menimbulkan kebanggaan pada masyarakat tersebut. Oleh karena itu, supaya kebudayaan dikenal dan dihormati, kebudayaan harus diwarisi kepada generasi berikutnya dengan cara terus menerus melaksanakan tradisi tersebut dengan baik. Berkaitan dengan upacara adat maupun tradisi yang lainnya. Dengan demikian, generasi berikutnya akan lebih memahami dan mengetahui tentang adatnya sendiri. Diharapkan mereka juga akan tetap melaksanakan serta mempertahankannya, serta mereka tanamkan nilai-nilai tersebut pada generasi mereka. Hal itu berarti bahwa rasa kebanggaan akan tradisi kebudayaan masyarakat akan tetap bertahan sepanjang masa. Bukan hanya untuk memperkokoh norma dan nilai-nilai budaya, tetapi juga melestarikannya. Upacara mangan ahai fallo merupakan pelaksanaan makan bersama dari hasil panen padi baru. Dengan adanya upacara ini masyarakat setempat maupun para undangan dapat mencicipi hasil panen tersebut secara bersama-sama. Masyarakat juga berkeyakinan kepada Allah SWT karena selama menanam padi akan senantiasa menjaga mereka. Jadi upacara mangan ahai fallo ini tetap bertahan sampai sekarang ini juga upacara ini tidak terlapas dari kontrol dari seorang keujeurn blang setiap masyarakat selesai menuai panen padinya di sawah, para toko adat, dan aparat Desa beserta keujeurun blang langsung mengadakan musyawarah kapan akan dilaksanakan mangan ahai fallo. Kemudian dari hasil keputusan musyawarah tersebut langsung diberitahukan kepada masyarakat. Universitas Sumatera Utara Biasanya pemberitahuan tersebut disampaikan di mesjid pada hari Jumat setelah shalat Jumat dan selesai shalat magrib. Sehingga dengan demikian, sebelum upacara mangan ahai fallo dilaksanakan para masyarakat harus mempersiapkan semua yang diperlukan dalam upacara nantinya. Universitas Sumatera Utara

BAB IV UPACARA MANGAN AHAI FALLO SEBAGAI SITEM PENGETAHUAN