mangan ahai fallo suatu kegiatan yang dianggap begitu penting. Hal itulah yang menarik dan mendorong peneliti untuk mengetahui kearifan tradisional seperti apa
yang tersembunyi di dalam upacara tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah kearifan tradisional seperti apa yang
tersembunyi di dalam upacara mangan ahai fallo pada komunitas petani Desa Tanjung Raya, sehingga begitu penting dan rutinitas setiap tahunnya mereka
laksanakan.
1.3.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Raya, yang berada di Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue. Pemilihan lokasi didasarkan atas hasil
pengamatan sementara sampai saat ini masyarakat Desa Tanjung Raya masih tetap melaksanakan upacara mangan ahai fallo ketika selesai panen.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan “kearifan tradisional yang tersembunyi dalam upacara mangan ahai fallo pada komunitas petani yang ada di
Desa Tanjung Raya”. Hasil penelitian ini juga diharapkan bermanfaat baik secara praktis
maupun akademis. Secara praktis, dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap pihak-pihak yang berkepentingan untuk memahaminya dalam membuat
berbagai kebijakan-kebijakan yang diperlukan, terutama dalam rangka upaya
Universitas Sumatera Utara
pelestarian kebudayaan yang berkaitan dengan aktivitas pertanian. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan bidang Antropologi
yang membahas tentang keberadaan upacara adat dalam hubungannya dengan aspek kehidupan komunitas petani desa.
1.5. Tinjauan Pustaka
Sektor pertanian telah digeluti sejak zaman nenek moyang di seluruh belahan bumi. Karena bidang ini berhubungan langsung dengan kelangsungan
hidup manusia. Sehingga sebagai wujud penghargaan, penghormatan akan alam yang menjadi media serta pengharapan, maka dalam pelaksanaannya manusia
membudayakan serangkaian upacara yang telah menjadi tradisi di suatu daerah dan dilaksanakan secara turun-temurun. Salah satu apresiasi masyarakat ini
diwujudkan dalam berbagai upacara tradisional berupa ritual adat yang berbeda caranya antara satu daerah dengan daerah lainnya. Upacara tersebut ada yang
berkaitan dengan kepercayaan, agama, daur hidup dan ada pula yang berkaitan dengan sosial masyarakat By Etnikprogresif powered 2009 .
Ada beberapa unsur upacara Pertanian yang dapat dikaji bersama untuk melestarikan tradisi yang erat kaitannya dengan nilai-nilai kehidupan masyarakat.
Nilai budaya yang berfungsi untuk terjalinnya rasa sosial yang erat sesama warga tani sebagai pedoman tertinggi, bagi kelakuan manusia yang meliputi norma-
norma atau kaidah-kaidah. Upacara tradisional dalam kehidupan pertanian dalam penyelenggaraannya dapat terdiri atas beberapa macam hal yaitu:
1. Nilai Upacara
2. Fungsi Upacara
Universitas Sumatera Utara
3. Perubahan-perubahan yang terjadi
4. Pandagan masyarakat sekitarnya terhadap upacara tersebut
Hans J.Daeng 2000 Nanu Muda 2009 mengungkapkan, petani Sunda melakukan upacara
pertanian berkaitan dengan adanya kepercayaan terhadap Dewi Sri Dewa Padi menganggap Dewi Sri sebagai mahkluk bernyawa seperti manusia sehingga amat
dihormati dan diperlakukan agar ia tidak marah, tidak memberi penyakit, dan perlu dininabobokan agar menghasilkan padi dan bibit yang berkualitas. Begitu
hormat dan besarnya harapan para petani agar kualitas padi yang dihasilkan baik, dan masyarakat di desanya tidak kelaparan karena gagal panen.
Sebagaimana dalam masyarakat Sunda juga memiliki berbagai upacara yang terkait dengan pertanian. Upacara yang dilakukan untuk menghormati alam
sebagai ucapan terimakasih atas hasil panen yang diperoleh dan telah mencukupi kebutuhan pangan keluarga, khususnya padi sebagai bahan makan pokok bagi
mereka, orang Sunda menghormatinya dengan nama Nyi poci
2
2
Nyi poci sebutan lain dari Dewi Sri
atau Dewi Sri. Selain dikenal upacara yang berkaitan dengan pertanian ada lagi upacara
berkaitan dengan kehidupan kenelayanan atau maritim yang dikenal dengan kenduri laot. Upacara tersebut dimaksudkan untuk memohon kepada Allah SWT
agar diberikan kemudahan dalam menangkap ikan dan dijauhkan dari segala marabahaya, acara ini biasanya diisi dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran
dan doa bersama. Kenduri laot biasanya dilakukan sekali dalam setahun. Badruzzanmah, Ismail 2009: 46.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan upacara, selain mengandung nilai budaya bahwa dalam hidup manusia harus senantiasa diikat dengan adat dan budaya yang dijadikan sebagai
pedoman dalam bertingkah-laku. Tetapi juga berfungsi menghubungkan manusia dengan sesama manusia, dapat mengelompokkan pemikiran dan kebersaman.
Begitu juga halnya, upacara dapat menghubungkan manusia dengan alam. Menurut Hans J.Daeng 2000: 46
Masyarakat Desa Tanjung Raya, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue. Dalam melaksanakan upacara tradisional yaitu mangan ahai fallo
diduga banyak mengandung nilai-nilai positip yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Nilai positif dari pelaksanaan upacara mangan ahai fallo
yang dapat diambil hikmah dari penyelenggaraan upacara ini adalah terjalinnya kerjasama dan silahturahmi antara mereka, serta dapat menyatukan pendapat dari
masing-masing warga tani. Warga tani dapat bertukar pikiran dalam mengolah sawahnya dengan baik.
Menurut Badruzzanmah Ismail 2009 upacara merupakan perayaan atau kegiatan upacara ketika selesai panen yang mempunyai alasan tertentu. Kemudian
upacara tersebut dilaksanakan dalam lingkup adat istiadat secara berkelanjutan dan sesuai dengan hukum dan aturan yang berlaku. Dimaksud adat istiadat adalah
suatu aturan tentang aspek kehidupan manusia yang tumbuh dari usaha orang dalam suatu daerah tertentu sebagai kelompok sosial untuk mengatur tata tertib
tingkah laku anggota masyarakatnya. Salah satu upacara adat yang masih dilaksanakan dan terus dilestarikan khususnya di Desa Tanjung Raya adalah
upacara mangan ahai fallo makan padi baru.
Universitas Sumatera Utara
Syamsudin 1985: 1 menjelaskan kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan. Salah satu dari wujud kebudayaan dapat dilihat dari
upacara yang merupakan wujud dari adat-istiadat yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia baik secara aspek sosial, ekonomi, budaya, dan
sebagainya. Pelaksanaan upacara tersebut selalu dibayangkan sebagai upacara yang khidmat dan merasa sebagai sesuatu yang bersifat magic dan disertai dengan
berbagai perasaan serta perlengkapan yang bersifat simbolik. Sudah banyak sekali para peneliti yang telah mengkaji maupun menulis
masalah upacara adat. Seperti halnya Siregar 1994 skripsi yang mengkaji upacara mebat pada orang Batak Angkola. Beliau mengungkapkan faktor-faktor
yang menyebabkan pergeseran yang terjadi dalam upacara mebat di daerah Sidore Timur dengan konsep asli upacara dimaksud di daerah asalnya Bona
Pasogit. Pada akhirnya ditemukan kesimpulan bahwa faktor yang menjadi penyebab pergeseran dalam upacara mebat boru na marlojong adalah karena
pihak melaksanakan kebanyakan sudah kurang memahami rangkaian upacara yang dimaksud seperti yang terdapat di Bona Pasogit.
Elisabet 1990 dalam kajiannya tentang upacara Tola Bala di Desa Sei Kambah Asahan. Diungkapkan dalam penelitiannya adalah hal-hal yang membuat
upacara tersebut masih terus bertahan, serta berfungsi ditemukan kesimpulan bahawa upacara Tola Bala di samping memberikan kekuatan spiritual, juga dapat
membuat dirinya merasa kuat, seakan-akan dirinya dilindungi oleh kekuatan- kekuatan yang tidak terlihat, juga merupakan sarana penghormatan dan
penyembahan masyarakat desa terhadap kekuatan supra-alami yang dapat
Universitas Sumatera Utara
dijadikan pelindung masyarakat agar terhindar dari bencana. Peristiwa ini menunjukkan adanya sifat yang abstrak dari jiwa manusia, apabila tidak
dilaksanakan upacara ini masyarakat merasa takut akan bencana yang akan datang dua kali lipat dari sebelumnya.
Berutu 1998: 69 menjelaskan bahwa dalam penelitiannya mengenai upacara menanda tahun adalah salah satu jenis upacara yang berkaitan dengan
proses perladangan yang dilakukan pada setiap tahunnya yaitu pada saat menjelang musim tanam padi. Upacara tersebut dimaksudkan agar tidak
menyalahi apa yang dipercayai sebagai ketentuan alam gaib. Selanjutnya menurut Badruzzanmah Ismail 2009 upacara kenduri blang
adalah cara mengumpulkan warga tani dan menjadi sarana komunikasi. Saat berlangsungnya upacara kenduri blang dan dihadiri oleh warga kampung, mereka
tidak hanya petani, sehingga antara warga tanibukan petani menjadi saling kenal. Upacara tersebut dilakukan dua kali setiap tahun masa panen atau waktunya
disebut sebagai wate keneh jak atawa u blang dengan wate kedara pade
3
Koentjaraningrat 1982 menyatakan bahwa sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat
mengenai hal-hal yang mereka anggap amat bernilai dalam hidup, karena itu suatu sistem nilai budaya biasanya sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.
Sistem budaya seolah-olah berada di luar dari diri individu yang menjadi warga masyarakat yang bersangkutan. Para individu sejak kecil telah diresapi dengan
waktu mau bajak sawah atau turun ke sawah dengan waktu padi sudah kuning
3
Pade dalam bahasa aceh adalah padi. Selanjutnya lihat http:acehfeature.orangarsip.php
Universitas Sumatera Utara
nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakatnya, sehingga konsepsi-konsepsi itu telah lama berakar dalam jiwa mereka.
Menurut Malinowski 2009 kedudukan benda yang digunakan dalam upacara pertanian tidak dilihat seberapa banyak peralatan yang disediahkan oleh
masyarakat, tetapi mempunyai nilai tertentu dari segi kepercayaan mereka. Namun ritual adat bagi masyarakat Melayu merupakan ritual yang bercorak ke
Islaman menurut mereka adat dan Islam itu seperti daging dengan darah yang sukar dipisahkan
4
Untuk menjelaskan makna dari suatu upacara dapat dilihat dari simbol- simbol yang ada dalam upacara tersebut. Geertz 1992: 149 menjelaskan bahwa
simbol adalah segala objek berupa benda-benda, orang peristiwa, tingkah laku dan ucapan-ucapan yang mengandung pengertian tertentu menurut kebudayaan yang
bersangkutan. Dalam penelitian ini, mangan ahai fallo dalam pelaksanaannya mempunyai berbagai bentuk prilaku perbuatan seperti ada penyampaian arahan
dan bimbingan dari kepalah Desa, penyampain sepata kata dari keujeurun blang .
Lebih lanjut dijelaskan Geertz, di dalam kebudayaan, makna tidak bersifat individual tetapi publik. Ketika sistem makna kemudian menjadi milik bersama
dari suatu kelompok, kebudayaan menjadi suatu pola makna bagi mereka yang kemudian kebudayaan tersebut diturunkan secara turun-temurun ke generasi
setelah. Kebudayaan dijadikan sebagai suatu konsep yang diwariskan kepada manusia sebab manusia itulah yang mampu berkomunikasi, melestarikan
kebudayaannya, serta mengembangkan pengetahuan mereka tentang kehidupan.
4
http:www kompascom
Universitas Sumatera Utara
yang berisikan adalah ucapan terimakasih kepada warga tani mungkin selama memimpin blang pernah melakukan kesalahan, oleh karena itu disinilah pak
keujeurun blang meminta maaf agar kiranya dapat dimaafkan. Berkaitan dengan hal itu, mangan ahai fallo dilaksanakan sebagai rasa
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang didapat, pelaksanaan upacara tersebut selalu dibayangkan sebagai upacara yang khidmat dan sebagai
suatu yang bersifat magic yang diyakini telah memberikan keselamatan bagi mereka serta rezeki yang melimpah dengan hasil panen yang didapat. Menurut
kepercayaan masyarakat, mangan ahai fallo ini merupakan suatu tradisi yang harus dilaksanakan. Hal inilah yang menimbulkan keyakinan, bahwa Tuhan Yang
Maha Esa telah memberikan segalanya. Baik itu keselamatan bagi mereka waktu melaksanakan aktivitas pertanian maupun hasil dari pertanian tersebut.
Demikian pula halnya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tanjung Raya. Mangan ahai fallo merupakan upacara yang dilaksanakan, yang
mengandung makna dan bersifat khidmat dan magic bagi masyarakat petani. Pada masyarakat Desa Tanjung Raya upacara tradisional dilakukan dengan upacara
adat, ini merupakan ungkapan memohon doa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adapun rangkaian upacara mangan ahai fallo pada masyarakat Desa Tanjung
Raya adalah sebagai berikut :
a. Tahap pertama, disini para kaum bapak akan melaksanakan musyawarah
terlebih dahulu yaitu untuk mengadakan pencalonan seorang keujeurun blang. Calon yang telah disediahkan menjadi keujeurun blang kepala
persawahan terdiri dari tiga orang. Dalam acara pencalonan keujeurun
Universitas Sumatera Utara
blang ini juga hadiri oleh para kaum bapak yang ada di desa tersebut, acara ini dilaksanakan ketika selesai shalat Jumat dan bertempat di mesjid
b. Tahap kedua, yaitu pelantikan seorang keujeurun blang. Sebelum
diadakan pelantikan kepala desa setempat akan menyampaikan sepata kata terlebih dahulu kepada seluruh kaum bapak, agar mereka dapat
meluangkan waktu sedikit untuk membahas terkait dengan pelantikan keujeurun blang. Disini kepala desa meminta pendapat dari para kaum
bapak siapakah yang cocok untuk dijadikan sebagai kejeurun blang. Keucik kepala desa disini hanya menampung usulan dari para kaum
bapak, siapa yang siap untuk dilantik dari ketika calon tersebut. Dua hari kemudian setelah pencalonkan sekaligus pelantikan kejeurun blang.
Kemudian mengadakan suatu perkumpulan yang bertempat di balai desa yang dihadiri oleh kaum bapak dan kaum ibu, bahkan anak-anak dengan
rangkain acara mangan ahai fallo atau mangan ulu taun adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan acara yang dibawakan oleh salah satu dari staf kepalah Desa.
2. Adanya pembacaan ayat suci Al-Quran.
3. Adanya arahan dan perintah dari keujeurun blang.
4. Adanya nasehat dan pandangan dari kepala desa.
5. Doa yang dipimpin oleh seorang imam yang fase bacaannya, doa ini
diaminkan secara bersama-sama. 6.
Adanya makan bersama.
Universitas Sumatera Utara
Scheiner 2009 adat merupakan sikap tradisi yang sesuai dengan norma- norma yang diajarkan oleh nenek moyang sebagai ikatan yang harus dilaksanakan
oleh individu atau kelompok
5
5
. Oleh karena itu masyarakat Desa Tanjung Raya selalu berpegang teguh dengan adat walaupun zaman terus mengalami perubahan.
Adat bagi masyarakat Desa Tanjung Raya melaksanakan upacara mangan ahai fallo yang merupakan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen
yang didapat. Dari berbagai kajian tersebut dapat dipahami bahwa suatu upacara adat
dianggap memilki fungsi-fungsi tertentu di dalam kebudayaan suatu masyarakat. Fungsi-fungsi tersebut seakan-akan tidak berubah dan tetap langgeng bagi
masyarakat, tanpa memperhitungkan masyarakat pembentuk kebudayaan telah berganti. Dengan kata lain, kajian fungsi tersebut tidak memperhitungkan adanya
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Lebih dari itu, kajian-kajian terhadap upacara adat sangat jarang menjelaskan tentang makna yang terkandung
di dalamnya. Penelitian diajukan untuk mengkaji “kearifan tradisional seperti apa yang tersembunyi di dalam upacara mangan ahai fallo”. Suatu makna yang
memilki arti penting bagi komunitas petani padi di Desa Tanjung Raya yang menjadikan upacara tersebut dapat terus bertahan sampai sekarang ini.
Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan, sebab kebudayaan ada karena adanya masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud
kebudayaan dapat dilihat dari upacara mangan ahai fallo yang terdapat di Desa Tanjung Raya.
http:www kompas. com
Universitas Sumatera Utara
1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Tipe penelitian