masyarakat pada hakikatnya adalah nilai kolektif pemberdayaan individual Friedmann,1992.
Pemberdayaan empowerment sebagai konsep alternatif pembangunan pada intinya menekankan pada otonomi pengambilan keputusan dari suatu kelompok
masyarakat, yang berlandas pada sumber daya pribadi, langsung melalui partisipasi, demokratis dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung. Sebagai titik
fokusnya adalah lokalitas sebab masyarakat sipil civil society akan merasa siap diberdayakan lewat isu-isu lokal dan sangat tidak realistis apabila kekuatan-kekuatan
ekonomi dan struktur-struktur diluar masyarakat sipil civil society diabaikan Hall dalam Friedmann, 1992.
Pemberdayaan empowerment merupakan hasil kerja proses interaktif baik pada tataran ideologis maupun pada tataran implementasinya. Pada tataran ideologis
konsep empowerment merupakan hasil interaksi antar konsep top down dan bottom up antar growth strategy and people centered strategy dan pada tataran implementasi
interaktif akan terjadi lewat pertarungan antar otonomi Friedmann, 1992. Konsep pemberdayaan sekaligus mengandung konteks pemihakan kepada lapisan masyarkat
yang berada pada garis kemiskinan Mubyarto,1997.
2.7. Konsep Pengembangan Wilayah.
Pengembangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1999, adalah “Proses atau cara, perbuatan mengembangkan” atau pembangunan secara bertahap dan teratur
yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki.
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan mengacu kepada masalah staf dan personil adalah suatu proses pendidikan dan pembelajaran learning jangka panjang menggunakan suatu prosedur
yang sistematis dan terorganisasi dengan managerial dan belajar pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum. Maka pengembangan adalah suatu bentuk
pembangunan dari objek yang sedang dibangun. Karena pengembangan memahami arti dari pembangunan itu sendiri dan itu lebih berorientasi pada upaya bertahap
dalam mengembangkan objek-objek atau bidang tersebut dengan pendekatan teori pengembangan organisasi dan pengembangan. Dari pengertian tersebut diarttkan
bahwa pengembangan adalah upaya yang secara terus menerus menuju hasil yang lebih baik masih dihadapkan dengan pengelolaan yang kurang profesional
Menurut Miraza 2006, pembangunan wilayah tidak hanya membangun fisik wilayah saja tetapi membangun masyarakatnya juga. Harus terdapat keseimbangan
antara pembangunan fisik dengan aktivitas masyarakat agar keduanya saling bersinergi menjadikan wilayah sebagai wilayah maju. Dengan demikian wilayah akan
menjadi wilayah yang nyaman untuk berproduksi dan berkonsumsi di tengah suatu kehidupan wilayah yang dinamis dan produktif. Pemanfaatan potensi dan sumber-
sumber daya wilayah yang ada yang dibangun dana dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat hendaknya melalui pengembangan efisiensi ekonomi
improving economic efficiency dan berupaya memperkecil ketidakseimbangan perkembangan ekonomi recording economic inequality yang berjalan. Efficiency
Universitas Sumatera Utara
dan equality adalah dua hal yang perlu diperhatikan bagi mencapai keunggulan wilayah yang bersaing dengan wilayah lainnya.
Dalam kenyataannya hipotesis makro ekonomi ini tidak selalu signifikan teruji. Dalam masa-masa pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi pada tahun 80-an
ternyata tetesan pembangunan tidak terasa bagi masyarakat miskin terutama di perdesaan. Keadaan ini yang menuntut pergeseran paradigma pertumbuhan menuju
people centred development yang memperlakukan manusia sebagai yang utama dalam pembangunan melalui kontribusi masing-masing serta partisipasi dalam
peningkatan setiap pelaku ekonomi. Untuk mengembangkan sebuah wilayah secara optimal dibutuhkan intervensi
dan kebijakan agar mekanisme pasar tidak menimbulkan dampak-dampak negatif terhadap lingkungan. Kebijakan tersebut meliputi upaya-upaya pengembangan
kegiatan-kegiatan sosial ekonomi di kawasan-kawasan yang terdapat di dalam wilayah tersebut agar kegiatan-kegiatan tersebar sesuai dengan potensi kawasan dan
infrastruktur pendukungnya. Apabila dapat tersebar merata maka kesempatan kerja akan tersebar. Diharapkan bahwa penduduk tersebar secara proporsional sehingga
dapat meningkatkan efisiensi pembangunan prasarana wilayah yang dibutuhkan. Kebijakan pengembangan wilayah adalah berupa arahan pengembangan
kawasan-kawasan produksi, pusat pemukiman, transportasi serta jaringan infrastruktur pendukungnya sesuai dengan tujuan pembangunan sosial ekonomi yang
Universitas Sumatera Utara
diharapkan. Perumusan kebijakan ini biasanya didasarkan pada kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah.
Menurut Kuncoro 2004, bahwa teori pembangunan sekarang ini tidak mampu untuk menjelaskan kegiatan-kegiatan pembangunan ekonomi daerah secara
tuntas dan komprehensif. Oleh karena itu, suatu pendekatan alternatif terhadap teori pembangunan adalah untuk kepentingan perencanaan pembangunan ekonomi daerah
lokal Pendekatan pembangunan ekonomi daerah harus merupakan sintesis dan perumusan kembali konsep-konsep yang telah dan memberikan dasar bagi kerangka
pikir dan rencana aksi atau tindakan yang diambil dalam konteks pembangunan ekonomi daerah wilayah.
Ciri utama pengembangan ekonomi lokal wilayah adalah pada titik beratnya pada kebijakan ”endogenous development” yang menggunakan potensi sumber daya
manusia, institutional dan fisik setempat. Orientasi ini mengarahkan kepada fokus dalam proses pembangunan untuk menciptakan lapangan kerja baru dengan
merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi. Dari aspek ekonomi, pengembangan wilayah dapat diartikan sebagai suatu
proses yang menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat dalam jangka waktu yang panjang. Dari pengertian tersebut dapat terlihat pembangunan ekonomi
mempunyai sifat antara lain: 1.
Sebagai proses, berarti perubahan yang terjadi terus menerus
Universitas Sumatera Utara
2. Usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan masyarakat
3. Kenaikan pendapatan tersebut terus berlangsung dalam jangka panjang Sukirno,
1991 Adapun sasaran pembangunan menurut Todaro 1994, adalah:
1. Meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian dan memperluas atau
pemerataan bahan-bahan pokok yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup seperti makan, perumahan dan kesehatan dan perlindungan.
2. Meningkatkan taraf hidup termasuk didalamnya meningkatkan penghasilan,
penyediaan lapangan kerja yang memadai, pendidikan yang lebih baik dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai budaya manusiawi
3. Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individual dan
nasional dengan cara mereka dari sikap-sikap budak dan ketergantungan juga tidak hanya hubungan dengan orang lain dan negara lain tapi juga sumber
kebodohan dan penderitaan orang lain. Konsepsi sebuah pembangunan yang merekomendasikan agar pembangunan
dilaksanakan dengan memanfaatkan ketersediaan sumber daya lokal dengan mengacu kepada karakteristik yang spesifik yang dimiliki akan menciptakan sebuah
kemandirian lokal. Pembangunan seyogyanya diarahkan untuk meningkatkan kualitas tatanan yang indikator utamanya adalah terjaganya keadilan berpartisipasi bagi semua
komponen Mappadjantji, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM- MP