Berdasarkan penelitian lapangan yang dilakukan penulis di Kecamatan Balige, sesuai dengan data dari BPS Kecamatan Balige Dalam Angka 2007, tentang
jumlah rumah tangga miskin sebanyak 3.430 kepala keluarga KK, dan data BPS Kecamatan Dalam Angka tahun 2008 jumlah rumah tangga miskin menjadi 3.191
kepala keluarga KK. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan, sejak diadakannya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan
PNPM-MP jumlah rumah tangga miskin berkurang 239 kepala keluarga KK.
b. Pemberdayaan Masyarakat
Paradigma pemberdayaan masyarakat yang mengemuka sebagai issue sentral pembangunan dewasa ini muncul sebagai tanggapan atas kenyataan adanya
kesenjangan yang belum tuntas antara masyarakat di daerah perdesaan, kawasan terpencil, dan terbelakang. Padahal pertumbuhan ekonomi di perkotaan terus
meningkat. Selama ini keterlibatan masyarakat hanya dilihat dengan konteks yang sempit,
artinya manusia cukup dipandang sebagai tenaga kasar untuk mengurangi biaya pembangunan sosial. Dengan kondisi ini peran serta masyarakat terbatas pada
implementasi atau penerapan program. Untuk menjadi kreatif daya masyarakat tidak dikembangkan dari dalam dirinya dan harus menerima keputusan yang sudah diambil
pihak luar. Dalam pengertian konvensional, konsep pemberdayaan sebagai terjemahan
empowerment mengandung dua pengertian yaitu 1 to give power or authority to
Universitas Sumatera Utara
atau memberi kekuasaan, mengalihkan kekuasaan, atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain, 2 to give ability to atau to enable atau usaha untuk memberi kemampuan
atau keberdayaan. Dengan demikian dapat dikatakan pemberdayaan adalah proses menyeluruh;
suatu proses aktif antara motivator, fasilitator, dan kelompok masyarakat, yang perlu diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan, ketramplan, pemberian berbagai
kemudahan serta peluang untuk mencapai akses sistem sumber daya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan pada dasarnya menempatkan
masyarakat sebagai pusat perhatian dan sekaligus pelaku utama pembangunan.
Dasar dari konsep pembangunan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat ini adalah upaya yang dilakukan haruslah diarahkan langsung pada akar
permasalahannya yaitu peningkatan kemampuan masyarakat. Bagian yang tertinggal dari masyarakat harus ditingkatkan kemampuannya dengan mengembangkan potensi
yang dimilikinya, dengan kata lain memberdayakannya. Pengertian mengenai pemberdayaan terhadap sumberdaya manusia tersebut
diatas sesuai dengan pengertian dari pemberdayaan itu sendiri, dimana menurut Lowe dalam Sumaryadi 2005 memberikan batasan pemberdayaan “sebagai akibat
darimana individu memiliki otonomi, motivasi, dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan mereka dalam suatu cara yang memberikan mereka
rasa kepemilikan dan kepenuhan bilamana mencapai tujuan-tujuan organisasi”. Untuk mengukur keberhasilan pemberdayaan masyarakat melalui Program
Universitas Sumatera Utara
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM-MP dapat diukur dari beberapa aspek, yaitu Sumber Daya Manusia, Partisipasi, Pelatihan dan
Peningkatan SDM. 1.
Sumber Daya Manusia Siagian 1996 mengemukakan bahwa Pengembangan Sumber Daya Manusia
dapat dilakukan melalui tahap perencanaan sumber daya manusia, perencanaan karier, penilaian prestasi kerja serta imbalan.
Generalisasi dari ide-ide pengembangan sumber daya manusia yang dikemukakan oleh Siagian diatas dapat dilihat pada pelaksanaan Program PNPM-MP
di Kecamatan Balige, sebagai berikut : •
Perencanaan Sumber Daya Manusia. Perencanaan Sumber Daya Manusia adalah sebagai upaya memproyeksikan
berapa banyak dan karyawan macam apa yang dibutuhkan organisasi dimasa yang akan datang. Proses perencanaan Sumber Daya Manusia yang sempat
diikuti oleh Penulis pada Musyawarah Desa Informasi hasil Musyawarah Antar Desa MAD bertempat di Rumah Kepala Desa Hutanamora, dilaksanakan
sosialisasi hasil MAD yang telah dilaksanakan di tingkat Kabupaten, dengan dihadiri oleh masyarakat desa Hutanamora.
Dalam musyawarah tersebut dilakukan pemilihan Tim Pengelola Kegiatan TPK desa, yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Selain itu juga melalui
Universitas Sumatera Utara
musyarah desa berikutnya dipilih Tim Penulis Usulan TPU, Tim Pemantau, dan Kader Pemberdayaan Masyarakat DesaKelurahan KPM-DK. Nama-nama yang
dipilih dan ditetapkan dianggap memiliki kredibilitas yang dapat dipertanggung jawabkan dan memiliki pengaruh yang besar di wilayahnya. Dengan demikian
telah ditentukan proyeksi pelaku-pelaku organisasi sebelum kegiatan berjalan. •
Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia. Tujuan dilakukan pelatihan dan pengembangan adalah untuk menutup
kesenjangan antara kecakapan dan kemampuan karyawan, serta diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja masyarakat dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Adapun jenis pelatihan diberikan kepada Kader Pemberdayaan Masyarakat DesaKelurahan KPM-DK, Tim Pengelola
Kegiatan TPK, Tim Penulis Usulan TPU Tim Pemantau dan Tim Pemelihara. Pelatihan ini diberikan agar mereka-mereka yang telah dipilih dapat
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab masing-masing •
Perencanaan Karier Perencanaan karier maksudnya adalah memberikan kesempatan kepada seluruh
masyarakat untuk dapat mengembangkan kemampuannya sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan, terdapat peluang yang cukup adil dan tidak
diskriminatif baik terhadap usia, suku bangsa, agama maupun jenis kelamin. Dapat dilihat latar belakang Ibu Hutasoit sebagai KPM-DK sekarang meningkat
menjadi Fasilitator Kecamatan.
Universitas Sumatera Utara
• Imbalan
Pada dasarnya seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan Program PNPM-MP atas dasar prinsip sukarela. Meskipun demikian, beberapa orang yang mengurus
kegiatan-kegiatan penting tertentu yang membutuhkan waktu dan perhatian, seperti ketua, sekretaris dan bendahara mendapatkan imbalan dengan catatan
tugasnya telah dikerjakan dengan baik. Besarnya imbalan tersebut proporsional dengan tugas dan besarnya proyek dimana biaya UPK adalah 2,0 dan biaya
TPK adalah 3,0. Menurut Camat Balige, bahwa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perdesaan PNPM-MP di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir telah dapat memberikan wawasan lebih bak kepada masyarakat bagaimana untuk
berpartisipasi dalam pembangunan berkelanjutan dan program PNPM-MP membantu masyarakat dalam mengembangkan dirinya.
2. Partisipasi Masyarakat
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM- MP merupakan program yang diterapkan dengan berbasiskan peran serta aktif
masyarakat yang pelaksanaannya meliputi seluruh aspek kegiatan yang termuat dalam program tersebut, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
hinga tahap pelestarian pembangunan. Dengan demikian dengan adanya partisipasi dari masyarakat dapat menjamin jalannya dan keberlanjutannya serta tercapainya
tujuan dari Program PNPM-MP tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Partisipasi masyarakat, terutama masyarakat pedesaan, dalam pembangunan itu sebenarnya ada dua tipe dan pada prinsipnya berbeda, yaitu : 1 Partisipasi dalam
aktivitas-aktivitas bersama dalam proyek-proyek pembangunan khususnya; 2 partisipasi sebagai individu di luar aktivitas-aktivitas bersama dalam pembangunan.
Kegiatan awal yang sangat diperlukan dalam partisipasi masyarakat dan sangat penting dilaksanakan dalam Program PNPM-MP adalah proses sosialisasi.
Sosialisasi dimaksudkan untuk menanamkan pengertian dan pengetahuan dari Program PNPM-MP itu sendiri, sehingga akan menimbulkan kesadaran masyarakat
yang mengerti, memahami akan arti pentingnya turut berpartisipasi dan berperan aktif dalam kegiatan pembangunan nilai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, hingga ke tahap pemeliharaan dari hasil-hasil pembangunan sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat.
Program PNPM-MP diawali dengan kegiatan sosialisasi dilakukan di tiap Desa. Adapun yang disosialisasikan dalam program ini adalah mengenai pengertian,
maksud, tujuan, sasaran, prinsip organisasi, kelembagaan serta prosedur pelaksanaan Program PNPM-MP. Dengan sosialisasi tersebut diharapkan Program PNPM-MP
dapat dimengerti sehingga akhirnya masyarakat dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan sosialisasi telah dilaksanakan dalam setiap kesempatan baik secara formal maupun informal seperti pada acara hajatan, syukuran serta pada
kebaktian gereja dan sebagainya. Secara intensif sosialisasi tersebut dilakukan
Universitas Sumatera Utara
bersama dengan kegiatan rutin musyawarah di tingkat desa. Musyawarah di tingkat desa yang sekaligus dilaksanakannya sosialisasi PNPM-MP dipimpin langsung oleh
Kepala Desa didampingi perangkat desa, Fasilitator Desa, UPK Kecamatan, Fasilitator Kecamatan dan Fasilitator Tehnik.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa Huta Namora Kecamatan Balige dapat dikatakan bahwa proses sosialisasi yang baik akan
memberikan pengaruh kepada masyarakat yaitu masyarakat akan lebih mengerti dan memahami secara baik maksud dan tujuan dari Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM-MP tersebut. Maka secara tidak langsung keadaan paham dan mengerti masyarakat akan maksud dan tujuan Program PNPM-
MP akan merangsang motivasi masyarakat untuk terlibat langsung dalam Program PNPM-MP ini. Kepala Desa Hutanamora juga menyebutkan bahwa partisipasi
masyarakat dalam kegiatan ini meningkat dikarenakan oleh upaya dari fasilitator untuk meningkatkan motivasi masyarakat, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Bersamaan dengan kegiatan sosialisasi program, fasilitator kecamatan beserta aparat kecamatan mengajak berdialog langsung dengan masyarakat untuk
berperan aktif dalam Program PNPM-MP ini. b. Mengadakan pertemuan dengan masyarakat baik formal maupun informal
untuk memberikan seluruh informasi dari Program PNPM-MP dengan maksud agar masyarakat tertarik dan menyadari akan arti pentingnya partisipasi dalam
pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat Partisipasi masyarakat desa dalam kehadiran di Kecamatan Balige dalam mengikuti kegiatan Program PNPM-MP ini secara umum dikategorikan baik,
apakah itu dalam musyawarah perencanaan dan pelaksanaannya, dimana masyarakat berperan aktif dari mulai, musyawarah desa perencanaan, dan sampai pelaksanaan
kegiatan. Berdasarkan hasil interdept interview yang dilakukan penulis, keikutsertaan,
kehadiran mengikuti musyawarah maupun partisipasi masyarakat desa masih tergantung dari orang-orang yang mempunyai pengaruh yang kuat di desa atau
informal leader. Sebagai contoh di Desa Lumban Gorat, tingkat partisipasi masyarakat dalam
kehadiran untuk bermusyawarah menyambut program PNPM-MP dapat dikatakan baik. Disisi lain penulis melihat adanya tokoh yang mempunyai pengaruh besar di
masyarakat desa itu seperti Kepala Desa Lumban Gorat dan Tokoh masyarakat sebagai mantan PNS. Sebelum dilakukan musyawarah desa, masyarakat sepertinya
terlebih dahulu dilakukan pendekatan oleh informal leader tersebut untuk sepakat mengusulkan sesuatu kegiatan, dan mereka jugalah yang aktif dan tampil dalam
mengikuti Musyawarah sampai Musyawarah Antar Desa Penetapan Usulan dan kemudian pelaksanaan kegiatan.
Masyarakat desa Lumban Gorat hanya mengikuti arahan dari informal leader yang ada di desa. Masyarakat berprinsip “yang penting ada proyek di desa kami”.
Keadaan ini bisa terjadi karena kualitas sumber daya dari masyarakat di desa itu
Universitas Sumatera Utara
belum merata. Orang-orang yang memiliki kualitas sumberdaya yang lebih rendah masih memeliki ketergantungan pada sumberdaya manusia dengan kualitas yang
lebih tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2008
di Desa Lumban Gorat yaitu pembangunan 2 unit jembatan beton masing-masing dengan lebar 2,5 m dan 3 m. Jembatan ini di bangun di atas sungai yang berada di
tengah-tengah sawah masyarakat menuju dusun yang hanya terdapat 3 tiga Kepala Keluarga, demikian juga jalan yang ada menuju jembatan tersebut hanya jalan
setapak. Ini berarti kegiatan yang dibangun di desa tersebut menurut penulis tidak menjadi prioritas, namun karena kelihaian para informal leader tersebut, sehingga
kegiatan tersebut dapat terealisasi. Kenyataan lainnya pada kegiatan PNPM-MP tahun 2009 desa Lumban Gorat
tidak ikut terdaftar sebagai calon desa penerima, karena tidak mengikuti Musyawah Antar Desa MAD-I yang dilakukan di Kecamatan. Sesuai dengan ketentuan apabila
satu desa tidak ikut MAD-I maka desa tersebut terkena sanksi lokal yaitu tidak mendapat program PNPM-MP. Hal ini terjadi karena yang dominan menggerakkan,
mengurus dan menjembatani kebutuhan-kebutuhan masyarakat adalah pengurus “telah bosan atau capek”. Hal ini langsung disampaikan oleh tokoh masyarakat. Ini
berarti partisipasi masyarakat belum berdasarkan kesadaran, namun masih digerakkan oleh sekelompok orang
Demikian juga di desa Lumban Gaol dalam pembuatan jalan rabat beton
Universitas Sumatera Utara
sepanjang 350 meter, menurut penulis juga tidak menjadi prioritas untuk dibangun. Sasaran dan manfaat pembangunan jalan untuk warga miskin tidak jelas, karena jalan
ini tidak ada melewati perkampungan atau menghubungkan perkampungan hanya menuju pantai Danau Toba. Menurut informasi dari PjOK Kabupaten, jalan ini
dibangun karena ada rencana dari oknum-oknum masyarakat untuk membuat tempat hiburan di pantai danau toba ini. Dan ini terbukti ketika penulis melihat langsung ke
lokasi, saat ini telah mulai dibangun Cafe-cafe oleh oknum-oknum yang mempunyai modal
Dalam hal pemeliharaan hasil-hasil kegiatan yang ada di desa belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Sesuai dengan pengamatan penulis di lapangan
walaupun Tim Pemelihara telah terbentuk namun tidak melaksanakan tugas dan fungsinya. Sebagai contoh tali air yang telah dibangun tahun 2008 di desa Paindoan
sepanjang 900 m penuh dengan sampah dedaunan karena tidak dibersihkan ataupun dipelihara. Menurut UPK Kecamatan Balige keadaan ini terjadi karena dana untuk
pemeliharaan tidak ada, dimana menurut ketentuan dana pemeliharaan didukung dengan dana yang telah dikumpulkan atau yang berasal dari swadaya masyarakat
setempat dan ini tidak terealisasi. 3.
Pelatihan Pengembangan Kapasitas Masyarakat Pelatihan ini dimaksudkan untuk mengembangkan potensi dan keterampilan
tertentu dari anggota masyarakat sebagai alat memenuhi kebutuhan hidupnya serta meningkatkan kualitas hidupnya. Materi pelatihan ini disesuaikan dengan kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang perlu dikembangkan baik dibidang ekonomi, kesehatan, keterampilan, dan lain-lain. Peserta pelatihan adalah anggota masyarakat desa yang
tergolong miskin tetapi mempunyai potensi atau dasar keterampilan tertentu yang dapat dikembangkan. Fasilitator Kecamatan memfasilitasi proses pelatihan ini
dengan mencarikan nara sumber atau pelatih yang benar-benar dipandang ahli dan berpengalaman dibidang yang akan dilatihkan. Kegiatan ini dapat merupakan usulan
kegiatan masyarakat jika operasional kegiatan atau sumber-sumber lain jika dipandang sangat perlu oleh masyarakat dan ada kemungkinan dikembangkan.
Penyelenggaraan pelatihan pengembangan kapasitas masyarakat terutama yang diluar usulan kegiatan masyarakat, dilakukan oleh UPK dikoordinasikan dengan
FK dan PjOK. Sedangkan pelatihan pengembangan kapasitas masyarakat yang merupakan usulan kegiatan yang disetujui, dikelola oleh TPK.
Dalam rangka peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal menuju pengembangan kemandirian, maka dilakukan pelatihan yang akan diadakan
diantaranya meliputi : penyusunan peraturan desa, pengawasan terhadap pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan, pengelolaan penanganan masalah dan perencanaan
kegiatan pembangunan yang partisipatif. Masyarakat dan pemerintahan lokal dalam melaksanakan PNPM-MP mendapatkan pendampingan dari fasilitator dan konsultan.
Peran pendampingan ditujukan bagi penguatan atau peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintahan lokal dalam mengelola pembangunan secara mandiri di
wilayahnya.
Universitas Sumatera Utara
Pelatihan yang telah dilaksanakan di Kecamatan Balige antara lain kepada KPM-DK, TPK, TPU dan lain-lain bagaimana membuat perencanaan sampai
pelaksanaan kegiatan maupun tata adminstrasi pembukuan dan lain-lain. KPM-DK dan TPU ini yang akan langsung membimbing masyarakat desanya masing-masing.
Menurut Mappadjanti 2005 melalui pendidikan kemampuan manusia untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas keberadaannya akan semakin baik.
c. Pendanaan.