9. Negative feedback, kebalikan dari positive feedback maka umpan balik
yang diberikan komunikan tidak begitu baik, dan komunikator mendapat tantangan karnanya.
7. Gangguan atau Entropi
Entropi merupakan gangguan-gangguan yang terjadi dalam proses komunikasi. Komunikasi dianggap sebagai suatu proses mekanik yang kompleks
dari awal hingga akhirnya sehingga sangat rentan terkena gangguan. Gangguan dalam proses komunikasi ini dapat menyebabkan hilangnya atau berkurangnya
kontruksi pesan yang dibangun oleh komunikator, daya maju suatu komunikasi, penerjemahan pesan oleh komunikan, dan reaksi yang ditimbulkan.
8. Suasana
Setting atau suasan membantu menerangkan apa dan bagaimana variasi unsur-unsur komunikasi mengambil suatu posisi. Dengan mengetahui suasana
maka proses komunikasi akan lebih efektive dan pemilihan pesan sesuai dengan sasaran komunikator.
II.2.2. Efektivitas Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpretasikan pesan yang diterimanya sesuai dengan maksud pengirim komunikator. Sumber
kesalahan dari komunikasi antarpribadi adalah ketika penerima tidak menangkap pesan yang disampaiakan pengirim sesuai dengan maksudnya, penerima
menangkap makna yang berbeda, karena pengirim gagal mengkomunikasikan maksudnya dengan tepat.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Johnson 1981 kegagalan komunikasi yang diakibatkan dari adanya kesenjangan dalam memaknai pesan yang disampaiakan dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, di antaranya : 1.
Sumber-sumber hambatan yang bersifat emosional maupun kultural. Misalnya, perasaan tidak suka terhadap seseorang mengakibatkan semua
pesan yang disampaikannya berarti negatif. 2.
Ketika mendengar suatu pesan, maka orientasi kita hanya untuk menilai dan menghakimi isi pembicaraan, akibatnya komunikator menjadi orang
yang benar-benar berhati-hati dalam berbicara dan cenderung menutup diri.
3. Adanya kegagalan dalam menangkap makna konotatif di balik ucapan
komunikator meskipun kita sepenuhnya memahami arti denotatifnya. 4.
Distorsi atau kesalahpahaman dalam komunikasi sering terjadi karena kita tidak saling mempercayai.
Dalam mengirim pesan secara efektif, menurut Johnson ada tiga syarat yang harus dipenuhi :
1. komunikator harus mengusahakan agar pesan-pesan yang dikirimkan
mudah dipahami. 2.
Komunikator harus memiliki kredibilitas di mata komunikannya. 3.
Komunikator berusaha mendapatkan umpan balik secara optimal tentang pengaruh pesan dalam diri penerima, artinya komunikator harus terampil
dalam mengirimkan pesan. Salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa pesan yang kita kirimkan
benar-benar telah diterima secara tepat sebagaimana kita maksudkan adalah
Universitas Sumatera Utara
dengan mendapatkan umpan balik mengenai akibat maupun pengaruh yang ditimbulkan oleh penerima sesuai dengan harapan komunikator. Umpan balik
adalah proses yang memungkinkan komunikator mengetahui bagaimana pesan yang dikomunikasikannya, dikodefikasikan dan ditangkap oleh si penerima.
Tanggapan si penerima terhadap pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat menyebabkan pengirim memodifikasikan atau mengubah bentuk pengiriman
pesannya agar lebih efektif dan tepat. Jika pengirim tidak menerima umpan balik seperti yang ia kehendaki, maka tentu saja kesenjangan dalam penafsiran pesan
telah terjadi. Kesalahpahaman ini juga dapat dipicu dari adanya komunikasi satu arah, di mana komunikator tidak memiliki kesempatan untuk mengetahui
bagaimana penerima telah mendekodefikasikan pesannya. Sebaliknya, komunikasi dua arah berlangsung apabila pengirim cukup leluasa dalam
menerima umpan balik tentang bagaimana tanggapan penerima terhadap pesan yang disampaikannya. Komunikasi dua arah yang terbuka seperti ini akan
memudahkan terjadinya saling pemahaman dalam komunikasi, dan selanjutnya sangat menolong dalam mengembangkan suatu relasi yang memuaskan pihak-
pihak yang berkomunikasi dan efektif. Ada beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan baik pengirim
maupun penerima pesan dalam komunikasi. Kesalahan-kesalahan inilah yang memicu terjadinya kegagalan dalam penyampaian pesan dalam komunikasi
antarpribadi. Adapun kesalahan tersebut yakni : 1.
Sebagai pengirim pesan a.
Berbicara terlalu cepat tanpa menyesuaikan pikiran kita terlebih dahulu.
Universitas Sumatera Utara
b. Menyisipkan terlalu banyak gagasan dalam pesan kita, terutama
jika gagasan tersebut tidak saling berhubungan. c.
Merumuskan pernyataan-pernyataan yang terlalu pendek, sehingga tidak memuat cukup informasi dan pengulangan agar mudah
difahami. d.
Mengabaikan jumlah informasi tentang pokok pesan yang sudah dimiliki oleh penerima.
e. Tidak menyesuaikan rumusan pesan kita dengan sudut pandangan
penerima. 2.
Sebagai Penerima a.
Tidak menaruh perhatian kepada pengirim b.
Sudah merumuskan jawaban sebelum mendengarkan semua yang hendak dikatakan oleh pengirim.
c. Cenderung mendengarkan detail-detail seperti kata, intonasi dan
sebagainya, bukan mencermati isi pesan. d.
Memberikan penilaian benar atau salah, sebelum memahami sepenuhnya pesan yang dikirimkan.
Salah satu cara untuk menghindari kecenderungan di atas menurut Jhonson adalah dengan belajar memberikan parafrase atau tanggapan penuh pemahaman
dalam mendengarkan Supratiknya, 2009: 43 . Cara ini tidak hanya bermanfaat mengkomunikasikan kesediaan penerima untuk memahami pengirim tanpa
memberikan penilaian atas pernyataan – pernyataannya, tetapi juga akan sangat menolongnya menangkap gagasan dan perasaan yang diungkapkan dari sudut
pandang pengirim.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya adalah pemahaman empatik, di mana komunikator berusaha mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang diungkapkan orang lain serta
memahaminya dari sudut pandang orang itu. Dalam praktik konseling, pemahaman empatik ini terbukti menjadi cara efektif untuk menciptakan
komunikasi yang intim antar konselor dan konseling, sehingga mampu menimbulkan perubahan-perubahan penting yang bersifat positif-konstruktif
dalam diri komunikan. Kemampuan memahami sudut pandang orang lain memang sangat penting
agar kita dapat berkomunikasi secara efektif. Agar pesan-pesan tersebut tersampaikan secara efektif, kita perlu memperhatikan sudut pandang lawan
komunikasi kita. Secara lebih spesifik, sebelum mengutarakan sesuatu kita harus memperhatikan :
1. Sudut pandang lawan komunikasi kita.
2. Apa yang telah diketahui oleh lawan komunikasi kita tentang hal yang
akan kita ungkapkan. 3.
Informasi lebih lanjut mana yang dibutuhkan dan diinginkan oleh lawan komunikasi kita tentang hal yang kita utarakan tersebut.
Begitu pula, agar mampu menerima pesan secara tepat, kita perlu mengetahui sudut pandang pengirim. Maka sebelum menetapkan makna suatu
pesan sebagai penerima kita harus memperhatikan :
1. Sudut pandang si pengirim.
2. Makna pesan tersebut menurut sudut pandang si pengirim.
Universitas Sumatera Utara
II.2.3. Self Disclosure