BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan
makhluk sosial, keberadaannya tidak dapat
dipisahkan dari pengaruh orang lain, berhubungan serta bekerjasama dengan orang lain. Salah satu cara terpenting dalam berhubungan dan bekerjasama dengan
orang lain ialah melalui komunikasi. Wilbur schramm menyatakan dalam konteks komunikasi, suatu masyarakat dapat dilihat sebagai sejumlah hubungan
relationship di mana masing–masing orang mengambil bagian sharing atas informasi Suprapto, 2006: 3.
Dalam proses belajar, komunikasi merupakan suatu indikator yang menentukan apakah pesan persuasif yang ingin disampaikan guru terhadap siswa
tepat pada sasaran. Apakah kebutuhan siswa terpenuhi melalui komunikasi yang terjalin atau apakah masing–masing pihak mengambil bagian atas informasi. Hal
ini terkait dengan interaksi yang terjalin antara guru sebagai komunikator dan siswa sebagai komunikannya. Pandangan komunikasi sebagai interaksi
menyetarakan komunikasi dengan proses sebab akibat atau aksi dan reaksi yang arahnya bergantian.
Dalam situasi pendidikan atau pengajaran terjalin interaksi antara siswa dengan guru. Interaksi ini sesungguhnya adalah interaksi antara dua kepribadian.
Guru sebagai orang dewasa dan siswa sebagai anak yang sedang berkembang dan mencari bentuk kedewasaan. Kedudukan guru sebagai pendidik tidak dapat
dipisahkan dari guru sebagai pribadi. Kepribadian seorang guru sangat mempengaruhi dalam penyampaian dan pembekalan informasi di kelas termasuk
Universitas Sumatera Utara
di dalamnya pemaknaan pribadi seorang guru terhadap kata belajar. Ketika seorang guru berpandangan bahwa belajar adalah suatu kegiatan menghafal fakta,
maka sistem belajar yang diberikannya kepada anak didik tentu akan berbeda dengan seorang guru yang mendefinisikan belajar sebagai suatu proses penerapan
prinsip. Jika kita telaah lebih lanjut, kemudian memaparkan mengenai definisi belajar dari masing–masing orang, maka kita akan mendapati beragam jawaban
yang tentunya berbeda pula. Perbedaan pendapat tiap orang mengenai defenisi belajar disebabkan karena adanya kenyataan, bahwa perbuatan belajar itu sendiri
bermacam–macam dan begitu banyak jenis kegiatan yang disepakati orang sebagai kegiatan belajar.
Bentuk kepribadian guru sangat berpengaruh terhadap perkembangan siswa. Pembentukan kepribadian guru tersebut bisa saja didapat melalui
lingkungan, keluarga maupun institusi tempatnya menimba ilmu. Sementara itu, perkembangan peserta didik tidak selalu mulus dan lancar. Banyak hambatan yang
terjadi seiring dengan perkembangan pola pikir dan tindakan siswa sebagai individu yang tengah berkembang. Dalam perkembangannya, siswa kerap
dihadapkan dengan banyak kendala yang menghalangi transfusi informasi secara tepat guna sebagai landasan kognitif mereka. Hal ini sangat mungkin terjadi
disebabkan pewarisan sistem komunikasi pendidikan yang menempatkan pengajar sebagai struktur dominan sedang murid terlahir sebagai resisten. Dalam metode
pembelajaran baru, yang diharapkan adalah ketika guru sebagai komunikator berperan menjadi sutradara dalam sistem pendidikan, selanjutnya meletakkan
siswa dalam perannya sebagai aktor. Kenyataanya masih didapati peran guru sebagai penguasa sistem pembelajaran, dengan memberikan informasi sebanyak –
Universitas Sumatera Utara
banyaknya kepada siswa dan siswa hanya menerima dan berusaha mencermati informasi. Dalam hal ini yang terjadi siswa seperti mendapat ceramah-
ekspositori. Di mana guru adalah pemain dan murid sebagai penonton. Guru berperan sangat aktif dan siswa menjadi pasif. Ketika guru ingin menjadikan
siswa seaktif dirinya, siswa merasa memiliki tidak banyak bekal selain yang di informasikan guru di depan kelas, sampai disitu siswa merasa tidak memiliki
kepercayaan diri dalam mengisi sistem komunikasi yang dibangun karena pesimis akan informasi yang dimilikinya.
Seyogyanya guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya sehingga memiliki kecakapan hidup life skill untuk bekal hidup
dan penghidupannya sebagai insan mandiri. Demikian pula dalam diri siswa, terbiasa menjadi audience membuat mereka tidak mampu membuat pilihan
menerima atau tidak menerima pelajaran. Kondisi ini juga dapat disebabkan dari kemampuan diri seorang guru dalam menyampaikan komunikasi belajar –
mengajar. Penghargaan yang cukup minim bagi profesi mulia ini, menjadikan guru sebagai team pendidik tidak memiliki waktu atau materi yang cukup untuk
mengisi luang mereka dengan mencari informasi teraktual mengenai seluk beluk proses pembelajaran atau membekali diri mereka dengan pendalaman psikologi
pendidikan serta perkembangan siswa. Sebaliknya insan guru cukup direpotkan dengan berbagai permasalahan keluarga yang menjadikan mereka bukan tidak
ingin meningkatkan mutu pembelajaran, namun lebih kepada keadaan yang bisa jadi tidak memungkinkan.
Peran guru dalam proses pendidikan tidak hanya sebatas memberikan materi – materi pelajaran, namun juga dalam perkembangan psikologis, sosial dan
Universitas Sumatera Utara
moral siswa. Dalam perkembangan psikologis, guru berperan membentuk kepribadian siswa yang mandiri, tidak bergantung pada orang lain juga telah
mampu bertanggung jawab atas semua perbuatannya serta kemampuan bersikap objektif. Kemampuan seorang guru dalam pembentukan kedewasaan siswa secara
sosial membentuk pribadi siswa yang mampu berinteraksi dengan orang lain dan melakasanakan peran – peran sosial. Kedewasaan siswa secara moral dibentuk
dalam interaksi pendidikan menciptakan perilaku siswa sesuai dengan nilai–nilai yang ditanamkan dan menjadi pegangannya.
Dalam fungsinya sebagai pembimbing, guru memiliki lembaga atau institusi khusus di dalam sekolah sehingga tanggung jawab pembinaan dan
pengawasan perkembangan siswa dapat dilakukan di luar proses belajar mengajar di kelas, lembaga ini disebut Bimbingan Konseling atau guru BK. Guru BK
disebut juga konselor pendidikan yang bertanggung jawab memberikan pelayanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di satuan pendidikan. Konselor
pendidikan termasuk profesi tenaga pendidikan sebagaimana tercantum dalam Undang–Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
maupun Undang – Undang tentang guru dan dosen yakni “ Pendidik adalah tenaga
pendidikan yang berkualifikasi sebagai guru,dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.”.
Hampir di setiap sekolah baik SMP maupun SMA terdapat guru BK, guru bagian bimbingan konseling ini bisa jadi tenaga ahli yang terdidik sebagai lulusan
program studi bidang bimbingan dan konseling, namun tidak sedikit pula penanggung jawab bimbingan ini bukan tenaga ahli di bidangnya, hanya
Universitas Sumatera Utara
seseorang yang kebetulan ditunjuk oleh kepala sekolah untuk memegang jabatan sebagai guru BK.
Guru BK memiliki tugas yang sama dengan guru bidang studi lainnya, yakni bagaimana berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Guru bimbingan dan
konseling seharusnya memiliki trik–trik tertentu dalam meningkatkan kemampuan dan minat siswa dalam belajar, sehingga sangat disarankan seorang guru BK
memiliki pengetahuan dasar mengenai psikologi pendidikan, hal ini berarti tenaga ahli di bidang ini adalah prioritas. Sementara guru dengan latar belakang
pendidikan lain yang ditunjuk kepala sekolah sebagai guru BK, bisa jadi kurang efektif.
Upaya bimbingan dan konseling ditujukan agar siswa mengenal dan memahami diri sendiri, mampu mengenal dan menerima lingkungannya secara
positif dan dinamis serta mampu mengambil keputusan, mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan keinginannya
di masa depan. Sebagai guru bimbingan dan penyuluhan di sekolah, hakikatnya seorang guru BK memahami akan fungsi dan peranannya di sekolah di antaranya
mencegah perilaku negative, memberi bantuan dalam penyelesaian konflik dalam diri siswa, memelihara dan mengembangkan potensi yang ada pada siswa.
Ketika seorang guru BK telah memahami fungsi maupun peranannya dalam lingkungan sekolah, maka selanjutnya ia harus mampu menjalankan fungsi
–fungsi yang dimilikinya itu. Seperti halnya guru BK di SMA Swasta Nurul Hasanah. Tenaga yang digunakan di sekolah ini merupakan tenaga ahli yang
memiliki kompetensi di bidangnya. Sebagai lulusan program studi bimbingan konseling, guru BK di SMA Nurul Hasanah cukup andil dan berupaya keras untuk
Universitas Sumatera Utara
terus membantu permasalahan yang dihadapi siswai nya terutama yang berkenaan dengan kompetensi atau kemampuan belajar.
SMA Nurul Hasanah merupakan salah satu sekolah menengah atas swasta di bawah naungan Yayasan Pendidikan Nurul Hasanah yang berlatar belakang
pendidikan Islam . Terletak di pemukiman penduduk membuat sekolah ini cukup populer meski hanya di daerahnya. Dengan fasilitas dan prasarana yang ada,
yayasan pendidikan Nurul hasanah yang terdiri dari SD, SMP dan SMA ini berupaya menciptakan generasi muda yang mandiri. Untuk pengembangan minat
dan bakat di sekolah ini terdapat beberapa ekstra kulikuler seperti pramuka, paskibra, dan beberapa kegiatan olah raga serta kerap ikut dalam berbagai
kegiatan perlombaan yang bersifat eksteren. Tidak ada pembagian jurusan di SMA Nurul Hasanah ini seperti layaknya sekolah menengah pada umumnya. Tiap
tingkatan siswa hanya terdiri dari satu kelas dan materi pelajaran diajarkan secara umum.
Namun, semangat para pendidik dalam memperjuangkan anak didiknya di sekolah ini tampaknya masih kurang didukung dengan motivasi dan keinginan
kuat dari siswa. Hal ini terkait dengan minat dan kompetisi siswa dalam belajar yang cenderung minim. Penggambaran konsep diri yang terbilang rendah
negative sebagai pemicunya. Siswa kerap dihadapkan dengan masalah tuntutan orang tua yang menginginkan diri mereka secepatnya membantu ekonomi
keluarga, hal ini di picu dari tingkat ekonomi rata–rata siswa yang tergolong menengah ke bawah, keadaan tersebut menyebabkan motivasi siswa untuk
menamatkan program studinya di sekolah menjadi rendah, apalagi untuk berkompetisi meraih prestasi atau nilai terbaik. Belum lagi masalah prilaku
Universitas Sumatera Utara
negative siswa yang diadaptasinya dari lingkungan sosial. Untuk mengatasi berbagai hal tersebut biasanya guru BK di SMA Nurul Hasanah memanggil siswa
yang bersangkutan dan melakukan penedekatan melalui komunikasi antarpribadi. Rendahya persaingan di dalam pelajaran serta masalah prilaku remaja
membuat peran guru BK dituntut keras dalam meningkatkan kembali daya saing siswa dalam menuntut ilmu. Hal tersebut merupakan tugas wajib yang harus
dilaksanakannya sebagai tujuan pembinaan dan konseling. Ditambah lagi guru BK di SMA Nurul Hasanah merupakan seorang ahli dengan gelar Sarjana Pendidikan
di bidang bimbingan dan konseling. Untuk itu, ia berkewajiban dalam membantu siswa meningkatkan kompetensi belajarnya guna memasuki dunia baru yang
global dan dinamis, sesuai dengan pengembangan kurikulum yang distandartkan yakni kurikulum berbasis kompetensi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti sangat tertarik untuk melihat sejauhmana pengaruh komunikasi antarpribadi guru Bimbingan
Konseling guru BK terhadap pengembangan kompetensi belajar siswa di SMA
Nurul Hasanah. I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “ Sejauhmana pengaruh komunikasi antarpribadi
guru Bimbingan Konseling guru BK terhadap pengembangan kompetensi belajar siswa di SMA Nurul Hasanah, Percut Sei Tuan “.
Universitas Sumatera Utara
I.3. Pembatasan Masalah