I.3. Pembatasan Masalah
Agar ruang lingkup dalam penelitian dan permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah dan lebih spesifik, maka peneliti memberikan pembatasan
masalah, yakni : 1.
Komunikasi antarpribadi sebagai variable bebas dalam penelitian ini terbatas pada faktor – faktor yang mempengaruhi hubungan antarpribadi
seperti keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif dan kesamaan. 2.
Kompetensi belajar sebagai variable terikat dalam penelitian ini terbatas pada faktor – faktor seperi pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai,
sikap dan minat. 3.
Objek Penelitian ini adalah siswa SMA Nurul Hasanah dari Yayasan Pendidikan Nurul Hasanah, Percut Sei Tuan.
4. Penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2010.
I.4. Tujuan dan Manfaat penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui peranan komunikasi antarpribadi dalam meningkatkan kompetensi belajar siswa.
2. Untuk mencari tahu upaya Guru Bimbingan Konseling dalam peningkatan
kompetensi belajar siswa SMA Nurul Hasanah, Percut Sei Tuan. 3.
Untuk mengetahui pengaruh komunikasi antarpribadi yang dilakukan Guru Bimbingan Konseling terhadap pengembangan kompetensi belajar
siswa SMA Nurul Hasanah, Percut Sei Tuan.
Universitas Sumatera Utara
I.4.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan diberikan dari penelitian ini adalah : 1.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam Ilmu Komunikasi khususnya yang berkaitan dengan
Komunikasi Antarpribadi. 2.
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang
positif bagi para pelaku pendidikan dalam hal Komunikasi Antarpribadi guru Bimbingan Konseling dan siswa di SMA Nurul Hasanah pada
khususnya, serta di dunia pendidikan secara umum.
I.5. Kerangka Teori
Sebelum malakukan penelitian, seorang peneliti harus menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori adalah landasan berfikir yang digunakan seorang
peneliti dalam menyoroti masalah yang akan ditelitinya. Menurut Kerlinger Rakhmat,1997:6 teori merupakan himpunan kosntruk
atau konsep, yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala
tersebut.
I.5.1. Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari kata dalam bahasa latin cum yaitu kata depan yang berati dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan yang berisi
satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata communio yang dalam bahasa Inggeris menjadi communion dan berarti kebersamaan, persatuan, gabungan, pergaulan,
Universitas Sumatera Utara
hubungan. Karena dalam ber- communio diperlukan usaha dan kerja, dari kata itu dibuat kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang,
memberikan sebagian kepada seseorang, saling bertukar, membicarakan sesuatu dengan orang lain, memberikan sesuatu kepada seseorang, bertukar pikiran,
bercakap–cakap. Kata kerja tersebut kemudian dijadikan kata kerja communicatio yang dalam bahasa Inggris disebut communication dan diartikan sebagai
komunikasi. Rumusan komunikasi yang sangat dikenal orang adalah rumusan yang
dibuat oleh Harold Laswell. Menurut Laswell komunikasi adalah : “who says what in which chanell to whom with what effect” Mulyana,2007:69. Jika kita
pilah, maka akan terdapat lima unsur atau komponen di dalam komunikasi, yaitu :
Siapa yang mengatakan komunikator communocator
Apa yang dikatakan
pesan massage
Media apa yang digunakan media channel
Kepada siapa pesan disampaikan
komunikan communicant
Akibat yang terjadi efek effect
Proses komunikasi meliputi setiap langkah mulai dari saat menciptakan informasi sampai dipahaminya informasi oleh komunikan. Komunikasi
merupakan transaksi yakni proses dimana komponen–komponennya saling terkait, dan bahwa setiap komunikator beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan
keseluruhan. Dari defenisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi
merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator terhadap komunikan
Universitas Sumatera Utara
melalui media atau saluran tertentu dengan tujuan menyamakan persepsi dan menimbulkan efek tertentu.
I.5.2. Komunikasi Antar Pribadi
Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang–orang yang saling berkomunikasi. Jud C.
Pearson Sendjaja : 2005 menyebutkan ada enam karakteristik dari komunikasi antarpribadi :
1. komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi Self
2. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional. Anggapan ini mengacu
pada tindakan pihak–pihak yang berkomunikasi secara serempak menyampaikan dan menerima pesan
3. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek–aspek isi pesan dan hubungan
antarpribadi. 4.
Komunikasi antarpribadi mensaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi.
5. Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak–pihak yang saling tergantung
satu sama lain interdependen. 6.
Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang. Selanjutnya untuk memperjelas pengertian komunikasi antarpribadi, De Vito
dalam Liliweri 1991;13 memberikan beberapa ciri komunikasi antarpribadi, yakni :
Universitas Sumatera Utara
a. Keterbukaan openes, komunikator dan komunikan saling
mengungkapkan segala ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas tidak ditutupi dan terbuka tanpa rasa takut atau
malu. Kedua-duanya saling memahami dan mengerti pribadi masing – masing.
b. Empati empaty, kemampuan seseorang untuk memproyeksi
dirinya kepada peranan orang lain. c.
Dukungan supportivnes, setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari pihak–pihak yang
berkomunikasi. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan
yang didambakan. d.
Rasa positif positifness, setiap pembicaraan yang disampaikan mendapat tanggapan pertama yang positif, rasa positif
menghindarkan pihak–pihak yang berkomunikasi untuk tidak curiga atau prasangka yang mengganggu jalinan interaksi.
e. Kesamaan equality, suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan
antarpribadi lebih kuat, apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap, usia, ideologi dan sebagainya.
Ketika kita dihadapkan dengan komunikasi antarpribadi maka yang menjadi dasar asumsi pertanyaan kita adalah mengapa kita harus berkomunikasi?.
Kerlinger Liliweri, 1991:45 mengemukakan bahwa hubungan dengan orang lain ternyata mempengaruhi kita. Kita tergantung kepada orang–orang yang lain
Universitas Sumatera Utara
karena mereka juga berusaha mempengaruhi kita melalui pengertian yang diberikannya, informasi yang dibagikannya, semangat yang disumbangkannya dan
masih banyak pengaruh yang lainnya. Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa berkomunikasi antarpribadi disebabkan karena dorongan pemenuhan
kebutuhan yang belum atau tidak dimiliki seseorang sebelumnya atau belum layak dihadapannya.
Komunikasi antarpribadi dianggap paling efektif dalam hal mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang yang sifatnya dialogis yaitu berupa
percakapan. Selain itu komunikasi antarpribadi memiliki keuntungan tersendiri, yakni arus balik bersifat langsung sehinggga komunikator mengetahui tanggapan
dari komunikannya. Komunikasi antarpribadi dari mereka yang saling mengenal lebih bermutu
karena semua pihak lebih mengetahui secara baik tentang lika–liku hidup pihak lain, pikiran dan pengetahuannya dan perasaannya menanggapi tingkah laku
seseorang yang saling kenal Liliweri, 1991:30. Artinya bahwa untuk melakukan komunikasi antar pribadi secara efektif, maka harus didahului dengan keakraban.
I.5.3. Kompetensi
Kata kompetensi biasanya diartikan sebagai kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas atau juga diartikan sebagai memiliki keterampilan
dan kecakapan yang disyaratkan. Johnson menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan kompetensi
merupakan suatu sistem di mana siswa baru dianggap telah menyelesaikan
Universitas Sumatera Utara
pelajaran apabila ia telah melaksanakan tugas yang dipelajarinya untuk dilakukannya. Johnson memandang kompetensi sebagai perbuatan performance
yang rasional, karena orang yang melakukannya harus mempunyai tujuan atau arah dan ia tahu apa dan mengapa ia berbuat demikian. Suparno,2001; 27.
Menurut McAhsan kompetensi itu adalah suatu pengetahuan keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki seseorang yang telah menjadi
bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif dan psikomotoriknya Sanjaya, 2005: 6. Dari pendapat tersebut maka jelas bahwa
kompetensi harus didukung oleh pengetahuan, sikap dan apresiasi. Artinya, tanpa pengetahuan dan sikap tidak mungkin muncul suatu kompetensi tertentu.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Gordon 1988 menjelaskan beberapa aspek yang harus terkandung dalam kompetensi sebagai berikut :
1. Pengetahuan knowledge, yaitu pengetahuan seseorang untuk melakukan
sesuatu, misalnya akan dapat melakukan proses berfikir ilmiah untuk memecahkan suatu persoalan manakala ia memiliki pengetahuan yang
memadai tentang langkah – langkah berfikir ilmiah. 2.
Pemahaman Understanding, yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu.
3. Keterampilan Skill, adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk
melakukan tugas yang dibebankan. 4.
Nilai Value, adalah suatu standar perilaku yang diyakini dan secara psikologis telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga akan mewarnai
dalam segala tindakannya.
Universitas Sumatera Utara
5. Sikap Attitude, yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan
yang datang dari luar, misalnya perasaan senang atau tidak senang dengan munculnya peraturan baru.
6. Minat Interes , yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu
tindakan atau perbuatan. Sanjaya, 2005 ; 6 Kompetensi yang satu berbeda dengan kompetesi yang lain dalam hal
jumlah pembagiannya. Ada kompetensi yang tergantung pada pengetahuan dan ada yang tergantung terhadap proses. Semakin kompleks, kreatif, atau profesional
suatu kompetensi, makin besar kemungkinan diterapkannya dengan cara berbeda different fashion pada setiap kali dilakukan, bahkan oleh orang yang sama. Hal
ini berbeda dengan kompetensi teknis yang diterapkan dengan menggunakan cara yang sama. Pada kompetensi profesional dituntut kreativitas serta kecakapan
dalam menyesuaikan pada keadaan yang berbeda – beda. Belajar juga dikaitkan dengan konsep kompetensi yang berarti
kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu. Untuk berbagai pekerjaan dan profesional diperlukan kemampuan kompetensi yang generik yang melintas batas
disiplin ilmu, namun ada pula kompetensi khusus sesuai dengan sifat khusus bidang studi.
Tidak mudah dalam menetapkan standart kompetensi, terlebih untuk kegiatan yang hasilnya tidak dapat langsung dilihat dan bersifat sangat kompleks.
Kompetensi merupakan suatu gabungan dari berbagai energi dan potensi yang ada pada seseorang. Belajar juga acap dihubungkan dengan tuas perkembangan
Universitas Sumatera Utara
yakni kecakapan yang diharapkan oleh lingkungan sosial untuk dapat dikuasai ditunjukkan oleh individu pada tahap perkembangan tertentu.
Dalam meningkatkan kompetensi belajar siswa, terdapat beberapa masalah-masalah yang ditemukan di lapangan yang dikategorisasikan ke dalam
dua faktor yaitu yang berasal dari dalam diri pelajar itu sendiri dan faktor – faktor yang berasal dari luar subjek yang belajar.
A. Faktor yang berasal dari dalam Internal Faktor ini meliputi :
a. Mereka sukar mencerna karena materi dianggap sulit Kompleksitas kajian ilmu dalam satuan pendidikan setingkat sekolah
menengah atas menuntut siswa untuk memahami banyak materi pelajaran. Maka muncul kekurang pengetahuan atau tidak dikuasainya suatu pengetahuan,
prasyarat ini sebagai defisit yang harus diperbaiki sebelum melanjutkan kegiatan pembelajaran.
b. Kehilangan gairah belajar disebabkan memperoleh nilai yang rendah Ini suatu bukti bahwa umpan balik yang diberikan pada akhir suatu masa
kegiatan belajar tidak begitu memberikan kontribusi kepada perbaikan belajar siswa.
c. Kesulitan mendisiplinkan diri dalam belajar Hal ini berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam mengorganisasikan
dirinya, termasuk mengatur waktu, memacu semangat dan memahami kiat–kiat belajar yang cocok untuk dirinya yang mungkin berbeda dengan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
d. Tidak bisa berkonsentrasi Melakukan konsentrasi memerlukan latihan yang harus dimulai sejak
tingkat–tingkat yang lebih dini. Konsentrasi juga dipengaruhi oleh keadaan fisik seseorang. Dalam hal ini termasuk faktor kondisi jasmani seseorang, apakah dia
lapar, kenyang, cukup istirahat, kurang tidur akan sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil kinerja belajarnya.
e. Tidak tekun dalam belajar Hal ini sangat berpengaruh terhadap motivasi, kondisi fisik dan
kemampuan untuk konsentrasi tadi. Seseorang harus memiliki target dalam hidupnya dan berusaha mewujudkannya dalam kehidupan.
f. Konsep diri yang rendah Konsep diri terbentuk dari pengamatan, dan penilaian terhadap diri sendiri.
Di dalam istilah sehari-hari, seorang yang pandai mawas diri akan meraih keuntungan-keuntungan karena dari respons-respons orang lain disekitarnya, dia
akan berusaha memperbaiki citranya. g. Gangguan emosi
Hal ini terkait dengan masalah pribadi dalam diri siswa, seperti konflik dalam keluarga atau dengan lingkungan permaianan.
B. Faktor – Faktor Eksternal a.
Kemampuan sosial ekonomi b.
Kemampuan guru menguasai materi dan strategi pembelajaran c.
Kurang memperoleh dukungan dari orang sekitar
Universitas Sumatera Utara
d. Lingkungan fisik
e. Kesulitan belajar dari lembaga pendidikan
Bagi seseorang yang ingin mempelajari suatu ilmu atau keahlian sangat penting untuk menyiapkan langkah-langkah agar perjalanan usahnya dapat
berlangsung dengan baik. Di antara langkah-langakah tersebut yakni : a.
Mengenal diri sendiri Dengan mengenal diri sendiri maka akan dipeoleh gambaran yang lengkap
tentang diri sendiri keadaan fisik maupun psikologi serta kemampuan-kemampuan yang dimiliki.
b. Memotivasi diri sendiri Motivasi merupakan karakteristik psikologi manusia. Motivasi termasuk
berbagai faktor yang meyebabkan , menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia. Memotivasi diri sendiri berarti mengupayakan diri sendiri untuk
mampu melakukan suatu hal yang baik dan positif sesuai dengan keinginan kita. f.
Mempelajari cara-cara belajar efektif Gaya belajar seseorang berbeda-beda dan menjadi keunikan tersendiri
dalam dirinya. Beberapa cara dalam mengefektifkan belajar yakni dengan membuat catatan seperti ; pemetaan konsep penting, mencatat hal-hal yang
essensial dan membuat komentar atau membaca dengan berbagai konteks yang efektif.
Universitas Sumatera Utara
I.5.4. Self Disclosure
Teori ini diperkenalkan oleh Joseph Luft 1969 yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang
lain. Untuk hal seperti itu dapat dikelompokkan ke dalam empat macam bidang perkenalan yang ditunjukkan dengan jendela johari sebagai berikut :
Diketahui diri sendiri Tidak diketahui diri sendiri Diketahui orang lain
Tidak diketahui orang lain
Gambar 1.1.jendela
johari
Gambar di atas melukiskan bahwa dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain terdapat empat macam kemungkinan yang akan dihadapi.
Bidang 1. menggambarkan kondisi di mana dua orang mengembangkan hubungan yang terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah dalam hubungan
mereka. Bidang 2. menggambarkan masalah hubungan antara kedua pihak yang diketahui
oleh orang lain namun tidak oleh diri sendiri. Bidang 3 .menggambarkan masalah tersebut diketahui diri sendiri namun tidak
dengan orang lain.
1 terbuaka 2 buta
3 tersembunyi 4 tidak dikenal
Universitas Sumatera Utara
Bidang 4 . dimana komunikan dan komunikator sama-sama tidak mengetahui masalah hubungan di antara mereka
Keadaan yang ideal adalah seperti yang ditunjukkan pada bidang 1, di mana komunikan dan komunikator saling mengetahui masing-masing. Namun
setiap orang memiliki peluang dalam mengungkapkan maupun tidak mengungkapkan masalah yang dihadapinya.
Teori self disclosure mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan tersebut perlu mempertimbangkan kembali apakah akan menghasilkan efek yang
positif dalam hubungan antarpribadi. Keefektifan hubungan antar pribadi adalah taraf seberapa jauh akibat dari tingkah laku kita sesuai yang kita harapkan.
Keefektifan hubungan antar pribadi dapat dikembangkan dengan mengungkapkan maksud kita, menerima umpan balik dan memodifikasi tingkah laku sampai orang
lain mempersepsikan sebagaimana yang kita maksudkan.
I.6. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan kemampuan seorang peneliti untuk menyusun konsep operasional peneliti yang bertitik tolak pada kerangka teori dan
tujuan dari penelitian. Dalam penelitiannya, seorang peneliti harus mampu menggambarkan fenomena dari apa yang ditelitinya yang disusun dalam kerangka
konsep. Menurut Singarimbun kerangka konsep merupakan defenisi yang dipakai
untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena alami 1995:17. Berdasarkan kerangka teori yang telah disusun, maka dapat dikemukakan
kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Variabel Bebas indevendent variable
Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur
yang lain Nawawi, 1995 : 41 Variabel bebas dalam hal ini adalah Komunikasi Antarpribadi
b. Variabel Terikat Dependence Variable
Variabel terikat adalah variabel yang merupakan akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya Rakhmat, 1997: 13 . Variabel
terikat dalam hal ini adalah Kompetensi Belajar Siswa.
c. Variabel antara Intervening Variable
Variabel antara yang menjembatani atau menghubungkan antara variable bebas dan variable terikat. Variable antara ini mempengaruhi hubungan langsung
antara variabel independen dan dependence, sehingga terjadi hubungan yang tidak langsung. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden
yakni siswai SMA Swasta Nurul Hasanah, Percut Sei Tuan.
Universitas Sumatera Utara
I.7. Model Teoritis