65
Pada saat itulah sebahagian masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap mulai terbiasa untuk melakukan “ninja sawit”. Pada sebahagian masyarakat
melakukan “ninja sawit” bukanlah suatu masalah yang sangat parah dan harus di berantas. Tetapi bagi pihak perkebunan “ninja sawit” sendiri menjadi suatu
samasalah yang sangat bahaya. Karena dapat merugikan perkebunan. Masyarakat setempat sudah terbiasa dengan operasi “ninja sawit”. Mereka sudah tidak
terkejut apabila melihat “ninja sawit” disiang hari atau melewati kampong atau rumah-rumah penduduk dengan membawa buah dari hasil “ninja”.
4.3.2 Faktor Malas Faktor prilaku
Di Desa Mariah Jambi ada sebahagian orang yang menggantungkan hidup sepenuhnya hanya pada “ninja sawit”, karena ia memang tidak mau berusaha
untuk mencari pekerjaan yang selayaknya dilakukan oleh orang lain. Pekerjaan sebagai buruh atau kuli dianggap pekerjaan yang sangat berat, membutuhkan
waktu seharian dan bekerja di bawah terik matahari dan gaji yang diperoleh tidak sebanging dengan kerja kerasnya seharian. Sedangkan jika “ninja sawit” hanya
membutuhkan waktu yang sedikit, pekerjaan dilakukan dengan kerja sama kemudian uang yang dihasilkan banyak tetapi setiap sekali beroperasi paling lama
hanya tiga jam. Seperti yang dikatakan oleh salah satu informan saya yang bernama Panjul ia mengatakan:
Saya tidak memiliki pekerjaan selain “ninja sawit” karena menurut saya bekerja sebagai buruh itu sangat menyita banyak waktu tetapi uang yang di
terima tidak sebanding.
Hala tersebut diperkuat oleh pernyataan dari informan yang bernama Boy, yang dikatakannya adalah sebagai berikut:
66
Uang yang saya dapat dari hasil operasi “ninja sait” tersebut saya gunakannya sebagai tambahan uang jajan untuk membeli rokok dan biaya
malam mingguan.
Sentana Juga mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh baoy
di atas yaitu: Saya rasa uang jika menharapkan uang gaji sada dari berkerja diswalayan
tidak cukup karena tidak bisa memenuhi semuaa kebutuhan hidup saya pribadi seperti cicilan sepeda motor, biaya malam mingguan dan uang
sakunya. Sehingga Sentana mencari menurutnya ia harus mencari uang tambahan
Berdasarkan pengamatan peneliti, sebahagian pelaku “ninja sawit” terkesan malas, karena mereka tidak mau berusaha bagaimana caranya agar tetap
bisa bertahan hidup tanpa “ninja sawit”. Uang yang diperoleh mereka dari hasil “ninja sawit” sering di gunakan untuk kegiatan yang tidak penting atau berpoya-
poya seperti digunakan untuk berjudi, minum-minum tuak dan sebagainya. Bahkan kegiatan minum tuak selalu rutin dilakukan pada saat mereka sudah
menerima uang hasil “ninja sawit”. Uang yang mereka peroeh sangat cepat habisnya sebanyak apapun uang yang diperoleh dalam waktu dua atau tiga hari
sudah habis dan mereka tidak tahu uang nya habis digunakan untuk apa-apa saja. Seperti salah satu informan saya yang mengatakan uang hasil “ninja sawit” yaitu
“uang setan dimakan setan” artinya yaitu uang hantu dimakan hantu. Hal tersebut diperkuat oleh perkataan informan saya yang bernama Adi”
Uang yang saya dapat dari hasil “ninja sawit” lebih sering saya gunakan untuk berpoya-poya. Saya sering gunakan uang itu untuk minum tuak dan
taruhan balapan liar.
67
Hal tersebut sudah dianggap biasa oleh masyarakat Desa Masriah Jambi. Karena hal tersebut sudah sering dilakukan dan pada saat ini sudah tidak tabu lagi
di tenga-tenga masyarakat.
4.3.2 Faktor Terpaksa untuk Memenuhi Kebutuhan HidupBiaya