83
Jambi sendiri, pertumbuhan para “ninja sawit” semangkin tahun semangkin semakin banyak penduduk yang terjerumus pada “ninja sawit”. Awalnya “ninja
sawit” ini sangat jarang di temui di daerah Desa Mariah Jambi. Semakin lama semakin banyak masyarakat yang terjerumus ke dalam “ninja sawit”, sehingga
masyarakat di Desa Mariah Jambi sudah tidak asing lagi terhadap “ninja sawit”, bahkan pada saat ini beberapa orang sudah banyak yang tidak takut untuk
melakukan “ninja sawit”, hal ini sudah seharusnya dapat di cegah secepatnya agar penyebaran “ninja sawit” tidak menyebar dan menjamur kemudian tidak menular
ke generasi muda selanjutnya.
4.5.2 Pihak yang Terkait Dalam “Ninja Sawit”
“Ninja sawit” tidak bisa dilakukan sendiri, apabila dilakukan sendiri terlalu banyak resiko yang harus ditanggung, oleh karena itu di Desa Mariah
Jambi “ninja sawit” kebanyakan dilakukan dengan cara berkelompok dan berada dalam naungan pengamanan toke, dalam satu kelompok ada Sembilan orang,
mereka memiliki peran masing-masing pada saat beroperasi. Untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan mereka pada saat beroperasi, meraka ikut bergabung
kedalam naungan agen. Jika sudah berada dibawah naungan agen keselamatan kerja sangat terjamin karena agen memiliki jaringan yang sangat kuat, agen
menjalin kerja sama dengan mapia atau yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan pereman. Jadi setiap kali beroperasi agen ikut langsung
mengawasi anggotanya yang sedang beroperasi tidak hanya agen saja yang berjaga-jaga ketika saat beroperasi tetapi ada beberapa anggotanya yang di utus
untuk berjaga-jaga dan di tempatkan setiap persimpangan jalan. Mata-mata “ninja
84
sawit” memiliki nama, masyarakat kelompok tersebut menamakannya dengan sebutan “perntolan”. Berikut hasil wawancara dengan salah satu informan yang
berperan sebagai pentolan, ia bernama Boy: Sebagai pentolan, posisi saya yang berada di jalan utama
perkebunan memiiki jarak sekitar 700m dari teman-teman satu tim saya yang juga bertugas sebagai mata-mata centeng dan toke hal
itu dimaksudkan jika pihak keamanan perkebunan datang, saya memiliki waktu untuk memberi tahu kepada seluruh anggota tim
yang sedang beroperasi agar saling memberi tahu dan segera keluar dari perkebunan. Adapun cara yang digunakan untuk mengabarkan
keseluruh anggota tim yaitu dengan menelepon melalui telepon genggam dan menciptakan suara kerbau yang di dengungkan
keseluruh anggota tim.
Hal yang sama juga katakana oleh Maulana yang bertugas sebagai “pentolan” mata-mata “ninja sawit”.
Sebagi “pentolan” posisi saya yang berada di jalan utama perkebunan memiliki jarak sekitar 800m dari teman-teman satu tim
saya yang juga bertugas menjadi mata-mata. Hal itu dimaksudkan jika pihak keamann perkebunan datang, saya memiliki waktu untuk
mengabarkan kepada seluruh aggota tim yang sedang beroperasi agar saling memberi tahu dan segera keluar dari perkebunan.
Adapun cara yang digunakan untuk mengabarkan keseluruh anggota tim yaitu dengan menelepon melalui telepon genggam.
Hal ini terjadi karena jaringan “ninja sawit” sudah bertambah meluas dan kuat. Jaringan yang terbangun tidak hanya diantara toke dan anggotanya saja
bahkan terbangun juga dengan centeng pihak keamanan perkebunan dan oknum kepolisian juga ikut terlibat didalam operasi “ninja sawit”. Tidak hanya itu saja
Toke juga membangun jaringan dengan pereman setempat untuk membantu melancarkan operasinya.
Selain peran pentolan yang sangat penting dalam operasi “ninja sawit” yang menjaga keselamatan kerja satu timnya. Apabia pentolan tidak sigap dalam
85
membri informasi maka bisa jadi operasi yang dilakukan gagal. Tidak hanya pentolan saja yang berperan penting dalam operasi “ninja sawit”, setiap kali
melakukan opersi “ninja sawit” mereka digaja sangat ketat oleh orang-orang yang berperan penting dalam pengamanan operasi “ninja sawit” diantaranya
adalah Toke, setiap kali melakukan opersi “ninja sawit” mereka digaja sangat ketat oleh Centeng dan oknum kepolisian yang ikut terlibat menjaga keamanan
pada saat beroperasi. Seperti yang di katan oleh informan yang bernama Lepes: Saya menjadi “ninja sawit” karena selain hasinya yang banyak,
toke juga menjamin keselamatan kami sebagai “ninja sawit”. Toke akan membebaskan aggotanya jika tertangkap oleh pihak
keamanan perkebunan. Seperti salah satu teman satu timnya yang ditangkap oleh pihak keamanan perkebunan, dengan cepet Toke
membebaskannya.
Hal tersebut diperkuat lagi oleh salah satu informan yang bernama SL yang juga ikut terlibat dalam operasi “ninja sawit”.
SL merasa aman jika melakukan “ninja sawit”, karena banyak orang yang membantu dalam kerja sampingannya “ninja sawit”.
Adapun yang teribat dalam “ninja sawit” yaitu toke, centeng penjaga perkebunan dan pentolan pejaga pasar bahkan
terkadang dijaga oleh oknum kepolisian utusan dari Toke. jadi yang semula merasa takut kini kami merasa lebih aman setiap
melakukan “ninja sawit” karena pengamanannya yang cukup baik. Jika tertangkap oleh pihak perkebunan sudah ada yang menjamin
jadi rasa takut sedikit hilang.
Operasi “ninja sawit” bisa berjalan lancar semata-mata tidak hanya karena pengamanan dan jaminan pengamanan saja, melainkan didukung juga dengan
kerja sama yang baik antara sesama tim “ninja sawit”.
86
4.5.3 Keberanian Masyarakat Untuk Melakukan “Ninja Sawit”