Ikut-ikutan Terpengaruh Lingkungan Faktor-Faktor Penyebab “ Ninja Sawit”

68 bermain pun saya tidak punya. Karena setiap pulang sekolah saya harus langsung pulang ke rumah agar bisa langsung bekerja. Hal yang sama juga diperkuat oleh pernyataan dari Benzema, ia juga membiayai sekolahnya sendiri dari uang hasil “ninja sawit”. Pada saat saya masih sekolah, saya sudah belajar untuk mandiri karena latar belakang keluarga saya yang kurang mampu membuat saya terpaksa untuk harus bisa memenuhi kebutuhan saya sendiri. “ninja sawit menjadi salah satu jalan pintas saya untuk mendapatkan uang dengan cara yang instan, kemudian tanpa menggangu sekolah saya. Karana “ninja sawit dapat dilakukan kapan saja. Dari sekian banyak masyarakat Desa Mariah Jambi yang ikut beroperasi “ninja sawit” hanya sedikit dari mereka yang melakukannya terpaksa dan uang yang di dapat digunakan untu kepentingan sekolahnya. Mereka orang sangat terbantu dengan adanya “ninja sawit. Menurut dari pengamatan dan hasil wawanccara peneliti dengan narasumber yang bersangkutan “ninja sawit” merupakan solusi yang tepat bagi mereka, Karena Mereka bisa meneruskan sekolah hingga tamat SMA berkat adanya “ninja sawit”.

4.3.4 Ikut-ikutan Terpengaruh Lingkungan

Faktor selanjutnya yang membuat sebahagian masyarakat Desa Mariah Jambi melakukan “ninja sawit” yaitu karena ikut-ikutan dan factor pergaulan. Kebanyakan dari mereka yang ikut-ikutan “ninja sawit” biasanya yang masih sekolah, karena uang jajan yang diberi oleh orang tuanya dianggap tidak cukup. Berikut yang dikatakan Boy yang melakukan “ninja sawit” karena ikut-ikutan , ia mengatakan: 69 saya adalah salah satu anggota “ninja sawit” yang masih menjadi pelajar di salah satu sekolah swasta tingkat menengah atas. Awalnya saya hanya iseng dan ikut-ikutan degan teman saya yang sudah lama melakukan “ninja sawit”, tetapi saya sudah keenakan dengan “ninja sawit hingga saat ini saya sudah menjadi anggota “ninja sawit” sekitar satu tahun lebih. saya bertugas sebagai mata-mata atau penjaga keamanan di jalan utama perkebunan atau yang dikenal dengan sebutan “pentolan” dikalangan ninja sawit. boy ikut “ninja” dikarenakan uang jajan yang di dapat dari orang tua katanya kurang satu hari boy hanya mendapat uang jajan Rp. 10.000. katanya di zaman sekarang uang Rp. 10.000 mana cukup untuk jajan satu hari sekolah, untuk beli jajan sama rokok saja kurang belum lagi uang untuk ngapelin cewak dan untuk isi pulsa semuanya itu kan perlu uang ujar boy Jadi untuk memambah uang jajan saya memutuskan untuk ikut “ninja” . hal yang sama juga diperkuat oleh perkataan informan yang bernama Maulana yaitu: saya ikut “ninja sawit” dikarenakan uang jajan yang di beri oleh orang tua saya kurang. karena satu dalam hari saya hanya mendapat uang jajan Rp. 15.000. menurut saya uang jajan segitu cuma cukup untuk membeli jajan dan rokok saja, belum lagi ditambah untuk uang isi pulsa ya banyak sekali kurangnya. Jadi untuk menambah uang jajan saya memutuskan untuk ikut “ninja sawit”. Dari hasil pengamatan peneliti di lapangan, remaja sekarang sudah tidak memiliki control social lagi, karena mereka dengan mudah melanggar norma dan etika. Dari mulai masih dini mereka sudah terbiasa melakukan tindakan criminal contohnya seperti “ninja sawit” sedangkan mereka masih sangat dibawah umur untuk tindakan seperti itu, dan yang fatalnya mereka juga sudah mengkonsumsi yang seharusnya tidak diperbolehkan seperti merokok, mabuk-mabukan bahkan berjudi. Seperti yang disampaikan salah satu informan yang bernama Abdul, ia masih berusia 16 tahun yaitu : saya ikut-ikutan “ninja sawit” sudah kurang lebih sekitar satu tahun belakangan ini. Selama saya ikut “ninja sawit” saya tidak perna merasa kekurangan uang bahkan uang yang saya dapat sangat berlebih jika hanya digunakan untuk uang jajan saja. Karena sangat mudah saya rasa untuk mendapatkan uang, jadi uang tersebuat saya gunakan uantuk kesenangan 70 sesaat yang sebenarnya merugikan kesehatan saya. Salah satunya saya gunakan untuk merokok, mabuk-mabukan bahkan saya gunakan u tuk berjudui.

4.4 Strategi “Nimja Sawit”

Dokumen yang terkait

Sistem Pemasaran Beras Di Kabupaten Simalungun (Studi Kasus : Desa Bah Jambi II, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara)

0 34 124

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

5 18 121

TORTOR PARSAORAN PADA UPACARA ADAT PERNIKAHAN PARMALIM PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA MARIAH JAMBI KECAMATAN JAWA MARAJA BAH JAMBI TIMURAN KABUPATEN SIMALUNGUN.

6 16 29

PENGARUH MIGRASI ETNIS JAWA TERHADAP BUDAYA ETNIS SIMALUNGUN DI DESA BAH JAMBI II KEC. TANAH JAWA KAB. SIMALUNGUN.

2 4 23

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 16

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 1 9

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 27

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 3

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 19