Berkembangnya “Ninja Sawit” di Desa Mariah Jambi

81 seharusnya di jalankan oleh masing-masing orang sesuai dengan posisi dan status masing-masing. Dalam ikatan antara agen dengan anggotanya memiliki suatu kepercayaan dan tingkat keuntungan bersama antara keduanya. Melalui kepercayaan dan tingkat keuntungan yang di peroleh mereka terikat satu sama lain. Di mana di antara mereka harus bisa menjaga kepercayaan masing-masing posisi anggota adalah sebagai pekerja sedangkan posisi agen adalah orang yang menerima hasil “ninja” mereka. Jadi dalam hubungan ini di antara agen dan anggota sama-sama saling menguntungkan, anggota mendapat keuntungan perlindungan keamanan dan uang sedangkan agen juga memperoleh keuntungan juga.

4.5.1 Berkembangnya “Ninja Sawit” di Desa Mariah Jambi

Meningkatnya jumlah masyarkat yang melakukan “ninja sawit” di Desa Mariah Jambi awalnya tidak sebebas seperti pada saat ini dan tidak langsung di tanggapi serius oleh pihak perkebunan. Sikap keamanan perkebunan justru menutupi adanya kasus tersebut. Sebahagian masyarakat juga menyangkal adanaya masalah “ninja sawit”, rasanya tidak mungkin berkembang dikarenakan masyarakatnya masih memegang norma-norma dan adat ketimuran. Hal ini merupakan salah satu sikap yang tidak wajar yang memungkiri adanya kasus “nija sawit”, “ninja sawit” sudah tidak bisa di tutupi lagi karena orang-orang yang terlibat dalam “ninja sawit” sudah sangat banyak, bahkan sekarang sudah menjadi rahasia umum. 82 Begitu juga di desa-desa lain, jumlah pelaku “ninja sawit” sudah sangat banyak. Bahkan jumlah “ninja sawit” yang sudah pernah tertangkap pun sudah lumayan banyak. Tetapi untungnya jika ada yang tertangkap langsung ada yang mengurus sehingga si “ninja” tidak perlu masuk penjara. Berkembangnya “ninja sawit” ini yang paling menonjal yaitu karena paara “ninja”nya mendapat perlindungan dan jaminan keamanan dari agen, kemudian uang yang di keluarkan oleh agen untuk menebus si“ninja” yang tertangkap tidak perlu di ganti. Sistem yang di gunakan oleh agen untuk memperbanyak anggotanga seperti kerja sistem terikat. Seperti yang di katakana oleh informan bapak boncu yaitu: Dalam hal ini kami yang ikut terlibat dalam “ninja” memperoleh jaminan keamanan dalam setiap kali melakukan “ninja” kami mendapat keamanan jika setiap kali “ninja” jika mereka mendapat masalah setiap kali “ninja” seperti misalnya jika salah seorang dari kami yang tertangkap. toke langsung ikut turun tangan dan membereskan semuanya. Jadi mereka yang tertangkap tidak harus di bawa oleh pihak perkebunan ke jalur hukum dan berada dalam penjara. Karena langsung di bereskan oleh agennya atau yang sering di sebut mereka di lapan enamkan. Berikut hal yang sama di katakan oleh informa yang bernama Jono yaitu: Jika ada dari kami yang tertangkap oleh pihak keamanan perkebunan ada orang yang menjamin kami tidak hanya tertangkap saja tetapi kalau ada dari kami yang pada saat “ninja” mengalami kecelakaan separti tertimpah sawit, terkena egrek atau lain-lain toke menanggung biaya perobatannya dan uang perobatan itu tidak perlu lagi kami ganti dan juga tidak menjadi hutang. tidak hanya itu saja toke pun menyediakan liburan geratis setiap kali lebaran. Setiap anggotanya tidak dikenakan biaya transportasi dan biaya makan semua yang nanggung toke. Menurut dari hasil wawancara yang peneliti dapatkan dengan orang yang terlibat dalam “ninja sawit” di Desa Mariah Jambi, pihak kepala desa tidak perduli dengan masalah “ninja sawit” ini. Sehingga orang yang melakukan “ninja” semangkin hari semangkin bertambah. Untuk masyarakat di Desa Mariah 83 Jambi sendiri, pertumbuhan para “ninja sawit” semangkin tahun semangkin semakin banyak penduduk yang terjerumus pada “ninja sawit”. Awalnya “ninja sawit” ini sangat jarang di temui di daerah Desa Mariah Jambi. Semakin lama semakin banyak masyarakat yang terjerumus ke dalam “ninja sawit”, sehingga masyarakat di Desa Mariah Jambi sudah tidak asing lagi terhadap “ninja sawit”, bahkan pada saat ini beberapa orang sudah banyak yang tidak takut untuk melakukan “ninja sawit”, hal ini sudah seharusnya dapat di cegah secepatnya agar penyebaran “ninja sawit” tidak menyebar dan menjamur kemudian tidak menular ke generasi muda selanjutnya.

4.5.2 Pihak yang Terkait Dalam “Ninja Sawit”

Dokumen yang terkait

Sistem Pemasaran Beras Di Kabupaten Simalungun (Studi Kasus : Desa Bah Jambi II, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara)

0 34 124

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

5 18 121

TORTOR PARSAORAN PADA UPACARA ADAT PERNIKAHAN PARMALIM PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA MARIAH JAMBI KECAMATAN JAWA MARAJA BAH JAMBI TIMURAN KABUPATEN SIMALUNGUN.

6 16 29

PENGARUH MIGRASI ETNIS JAWA TERHADAP BUDAYA ETNIS SIMALUNGUN DI DESA BAH JAMBI II KEC. TANAH JAWA KAB. SIMALUNGUN.

2 4 23

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 16

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 1 9

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 27

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 3

Hubungan Konsumsi Makanan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Mekar Bahalat Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi Kabupaten Simalungun Tahun 2016

0 0 19