38
penduduk Desa Mariah Jambi sekitar 35 orang bekerja menjadi PNS Pegawai Negeri Sipil.
4.2 Profil Informan
Informan dalam penelitian ini sangatlah penting untuk memperdalam hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti telah
mendapatkan berbagai karakteristik yang sesuai dalam penelitian yang telah diteliti., diantaranya adalah sebagai berikut :
Profil Informan 1.
Nama : Toke
Umur : 51 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : petani
Toke adalah seorang petani yang memiliki banyak tanah, sawah, dan kebun sawit, ia menjadi Toke sawit sudak sekitar 15 tahun. Toke tidak sendiri
melakukan keamanan “ninja sawit” namun Toke dibekap oleh preman setempat yang memang sangat ditakuti oeh orang-orang sekitar. adapun nama yang sering
disebut adalah K.S. Selain menerima buah sawit “ninja”, Toke juga menerima hasil buah lahan sawit milik petani. Sawit kampung di terima Toke dengan
sistem jual per kg dan harga per kg yaitu Rp 1.100 dan tergantung dengan harga sawit pada saat itu. Sedangkan sawit dari hasil “ninja” tidak menggunakan sistim
39
timbang melaikan dibayar dengan hitungan janjang. Sedangkan per janjang dibayar oleh Toke hanya Rp8.000. padahal buah di Desa Mariah Jambi bisa
mencapai berat rata-rata 50kg setiap janjang. Salain menjadi Toke, ia juga ikut langsung untuk memantau para “ninja”
ketika sedang beroperasi. Peran Toke yaitu sebagai pengawas, adapun yang dilakukan Toke untuk mengamankan anggotanya adalah menjaga pasar dengan
cara berpatroli keliling perkebunan. Kemudian memantau pasar untuk meihat keamanan. Apa bila ada tim perkebunan yang datang Toke biasanya memberi
kode untuk anggotanya supaya segera lari dan meninggalkan lokasi perkebunan, biasanya kode yang digunakan berupa suara melengu seperti lembu
emmmbbbooooo. Setiap hari Toke menampung buah sawit dari anggotanya, biasanya setelah
terkumpul sekitar 200 toros janjang maka sawit akan dikirim. biasanya masyarakat setempat sering menyebutkan dengan kata muat nimbang sawit.
kemudian toke akan langsung menjual ke gudang penampungan sawit yang biasanya sering di sebut gudang Ramayana. Letak gudang Ramayana berada di
Desa Parbutaran, jarak gudang Ramayana dengan Desa Mariah Jambi sekitar 13km dan ini rutin dilakukannya satu minggu sekali. Bahkan gudang Ramayana
ini tidak hanya menerima sawit legal saja bahkan sawit iegal seperti hasil “ninja”pun di terima. Pihak gudang membayar sawit legal dan illegal dengan
harga yang sama. Sehingga toke yang menampung sawit “ninja” mendapat untung lebih banyak karena Toke membayar sawit “ninja” dengan hitungan per janjang.
Sedangkan per janjang bisa mencapai 50kg. sistem penjualannya resmi Karena Toke memiliki surat Unit Penjualan UD. Setiap anggotanya menyetor buah
40
sawit ke Toke tetapi uang tidak segera dibayar melainkan menunggu “muat” meninmbang dahulu dan setelah uang “cair”buah laku baru dibayar kepada
anggotanya. Dalam satu minggu minimal satu kali “muat” atau menjual buah sawit,
bahkan bisa sampai dua kali muat buah sawit dalam satu minngu. Tetapi jika buah lahan buah kampung hanya dua minggu sekali panen. Bapak Toke ini dalam
melaksanakan kegiatannya menjalin kerja sama dengan pihak keamanan perkebunan atau yang sering di sebut dengan centeng. Dalam satu kali “ninja”
centeng mendapat bayaran dari bapak agen Rp100.000, biasanya centeng yang terlibat sekitar 2-3 orang. Dalam hubungan kerja sama ini ada kesepekatan
Centeng dengan Toke yaitu boleh masuk “ninja” asal orang perkebunan sudah manen dahulu. Bahkan pada saat banjir buah panen raya Toke ini juga bisa
kerjasama dibantu dengan oknum polisi kenalan pak Toke. Toke selalu bertangguang jawap jika ada anggotanya yang tertangkap
ketika “ninja sawit”, tindakan yang dilakukan Toke ketika ada anggotanya yang tertangkap yanitu langsung menemui orang yang menangkap anggotanya dan
berdamai atau nego-nego berapa harga yang harus di bayar Toke untuk menebus anggotanya. Biasanya uang tebusan yang di bayar sekitar Rp. 500.000 itu kalau
masi di lapangan tempat “ninja” atau perkebunan. Jika sudah sampai kantor bisa menjadi lebih mahal sekitar Rp. 1.500.000- Rp 2.000.000 an.
Uang yang sudah di keluarkan Toke unntuk menebus anggotanya tidak perlu di ganti oleh anggotanya. karena hasil penjualan sawinya 80 untuk toke.
jadi anggota tidak perlu mengganti uang tebusan kepada Toke ia mau menampung
41
buah “ninja” karena keuntungannya lebih banyak dari pada keuntungan dari buah lahan.
2. Nama
: Centeng Umur
: 48 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Centeng bekerja menjadi karyawan di perkebunan sawit sudah sekitar 28 tahun, selama 28 tahun ia sering berganti-ganti tugasnya. Pada awal di terima
sebagi karyawan Centeng bekerja sebagai pemanin buah atau yang sering di sebut “mendodos” buah sawit. Kemudian setelah sudah beberapa tahun memanen sawit,
pekerjaan Centeng dipindah tugasnya sebagai karyawan pemupuk kelapa sawit, kemudian pindah lagi sebagai petugas perbaikan jalan, selanjutnya pernah juga
merawat kelapa sawit tetapi khususnya membersuhkan rumput yang ada disekeliling pohon sawi dan selanjutnya menjadi petugas keamanan perkebunan
atau yang disebut Centeng. Dari pekerjaan tersebut Centeng bergaji sekitar Rp 2.200.000 perbulan kemudian ditambah lagi dengan uang bonus jasa prodaksi
yang sering disebut “premi”, selain itu Centeng juga mendapat kacang hijau, susu, telut dan beras sebagai poding.
42
Keterlibatannya dalam “ninja sawit” karena alasan untuk menambah uang penghasilan atau yang ia sebut sebagai uang masuk atau uang rokok. Posisinya
dalam jaringan “ninja sawit” adalah mengawasi selama kegiatan “ninja sawit” berlangsung dan terlebih dahulu membuat kesepakatan untuk sama-sama saling
menutupi dan seolah-olah tidah terjadi apapun. Ia menerima kerja sama dengan Toke “ninja sawit”. biasanya jika mereka akan masuk “ninja” Toke akan laporan
terlebih dahulu dengan centeng atau meminta ijin untuk bisa masuk “ninja” atau tidak. Jadi Centeng harus mengetahui pada saat itu kepala keamanan akan patroli
atau tidak untuk mengecek keamanan perkebunan. Jika kepala keamanan akan turun ke lapangan maka Centeng tidak akan memberi mereka ijin untuk masuk,
dan sebaliknya jika kepala keamanan perkebunan tidak turun ke lapangan maka mereka akan diperbolehkan untuk “ninja sawit”. Biasanya setiap satu kali masuk
kerja Centeng menerima uang per orange sebanyak Rp 50.000-Rp 100.000. Selajutnya tugas Centeng hanya mengawasi dari jauh dan berpura-pura tidak
mengetahui jika di dalam perkebunan ada yang sedang “ninja sawit” beroperasi. Jika ada kepala keamana yang lewat untuk patrol maka Centeng akan cepat-cepat
memberi tahu kepada para “ninja sawit” supaya mereka segera keluar meninggalkan lokasi dan tidak ketahuan dengan kepala keamanan. Jika para
“ninja sawi” sampai ketahuan kepala keamanan perkebunan, makan mereka akan di tangkap. bukan hanya mereka saja yang yang mendapat sanksi, tetapi kami juga
akan terkena teguran karena di anggap sudah lalai dalam berjaga-jaga. Oleh sebab itu Centeng harus sama-sama menutupi supaya sama-sama aman. Pada saat itu
para “ninja” dan agen berpura-pura tidah mengetahui bahwa ada negosiasi sebelumnya.
43
Selain mendapat uang ketika mereka akan masuk “ninja sawit”, Centeng juga mendapat uang tambahan pada saat mereka sudah muat buah sawit dan menerima
uang hasil “ninja sawit” atau yang biasa disebut oleh masyarakat desa Mariah Jambi dengan sebutan gajian. Biasanya setiap selesai menerima uang Centeng
diberi uang tambahan lagi oleh Toke yaitu dengan cara menyalamkan amplop kepada setiap Centeng yang sudah ikut terlibat dengan uang rata-tara Rp 200.000
setiap orang. 3.
Nama : HRM ninja sawit individual
Umur : 29 tahun
Nenis kelamin : laki-laki Agama
: islam Pendidikan
: SMP HRM adalah seorang pekerja serabutan atau buruh harian lepas yang
pekerjaannya tidak menentu, HRM bekerja serabutan sudah sekitar 10 tahun. ia bekerja sebagai buruh bangunan, buruh tani dan sesekali bekerja sebagi buruh
pabrik. Pekerjaan yang dikerjakan HRM tidak setiap hari di jalaninya, karena tidak setiap hari pekerjaan itu ada. Belu tentu dalam satu minggu ia bekerja setiap
hari. Sehingga penghasilannyapun tidak menentu, namun rata-rata setiap bulan HRM mendapat gaji sekitar Rp 1.500.000 itulah penghasilan HRM yang
digunakan untuk menghidupi dua orang anak dan satu orang istrinya.
44
Alasan HRM “ninja sawit” karena langkanya pekerjaan dan langkanya penghasilan yang diperoleh, kemudian tempat yang sangat mendukung dan
strategis yaitu perkebunan sawit yang berada tepat di depan rumah HRM. Walaupun HRM dalam melakukan operasi “ninja sawit” selalu merasa tidak aman
dan was-was. HRM dalam melakukan “ninja sawit” sering dikejar-kejar dan ditembaki oleh pihak keamanan perkebunan. Karena HRM bukan merupakan
anggota kelompok Toke. Ia bekerja secara individual dan tidak ada yang melindungi atau membekap, baik dari kelompok Toke maupun kelompok “ninja
sawit” dan centeng perkebunan. Selanjutnya HRM menjual hasil “ninja” ke Toke. Maka jika HRM tertangkap ia akan masuk ke dalam penjara untuk
mempertanggung jawabkan perbuatannya dan menjalani hukuman karena tidak ada yang menebus dan menjamin.
Buah sawit yang di jual HRM di hitung per kg tetapi di beri hargai oleh Toke hanya Rp 700 per kg. penghasilannya rata-rata dalam satu kali beroperasi
tidak metentu, minimal setiap satu kali beroperasi hanya mendapat 5-7 janjang setiap satu kali beroperasi. Jika sawit yang didapat HRM maka ia mendapat uang
sekitar Rp 70.000 an, atau rata-rata Dalam satu minggu bisa mencapai Rp 800.000an. Hal ini tidak dapat di pastikan karena “ninja sawit” tidak dapat
dipastikan, dalam satu hari bisa beberapa kali “ninja” beroperasi karena setiap ada kesempatan dan dapat posisi aman mereka langsung masuk untuk beroperasi.
Dalam satu minggu bisa beroperasi 4 sampai 5 kali “ninja sawit” bahkan bisa setiap hari. Tetapi terkadang dalam satu minggu sama sekali tidak bisa “ninja
sawit” beroperasi karena keamanannya yang ketat. “ninja sawit” yang di jalani HRM tidak berkelompok HRM setiap kali “ninja sawit” hanya berdua saja dengan
45
temannya. Satu orang memanen buah sawit dan yang satu orang lagi melangsir buah ke tempat yang aman. Sedangkan tugas HRM adalah sebagai pemanen buah
sawit. 4.
Nama : SL
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki Agama
: Islam Pendidikan
: SMA SL bekerjaan sebagai BHL pemanen buah sawit buruh harian lepes di
perkebunan sawit PTPN IV Bahjambi, SL memiliki dua orang anak dan seorang istri. SL sudah tujuh tahun menjadi BHL pemanen buah sawit. SL juga sudah
berulang kali mencoba melamar untuk menjadi karyawan tetap, tetapi SL tidah pernah lulus karena tidak ada orang dalam yang membantunya. Dalam satu bulan
gaji yang di peroleh tidak menentu, karena tergantung dari seberapa banyak buah sawit yang diperoleh SL. paling banyak uang yang dibawa pulang ke rumah
sekitar Rp 2.000.000 jika lagi banjir buah atau banyak buah sawit yang bisa dipanen. Jika lagi musim “terek” buah sawit atau lagi tidak ada buah SL hanya
bisa bergaji Rp 1.000.000 bahkan bisa hanya Rp 500.000 saja biasanya hal ini terjadi jika musim panas.
Karena gajinya yang tidak menentu dan tidak mencukupi SL memutuskan utuk ikut melibatkan diri dalam dunia “ninja sawit”. SL melibatkan diri dalam
46
dunia “ninja sawit” sudah sekitar empat tahun lebih, SL ikut masuk kelompok jaringan “ninja sawit” Toke. Beranggotakan setiap satu kali “ninja sawit” 7-8
orang. Bapak SL merasa aman jika melakukan “ninja sawit” karena banyak orang yang membantu dalam kerja sampingannya “ninja sawit”. Adapun yang teribat
dalam “ninja sawit” yaitu toke, centeng penjaga perkebunan dan pentolan pejaga pasar bahkan terkadang dijaga oleh oknum kepolisian teman Toke. jadi
yang semula merasa takut kini SL merasa lebih aman setiap melakukan “ninja sawit” karena pengamanannya yang cukup baik. Jika tertangkap oleh pihak
perkebunan sudah ada yang menjamin jadi rasa takut sedikit hilang. Sistem penjualan yang dilakukan yaitu dengan cara per tandan janjang
satu tandan harganya Rp 8.000 sedangkan satu janjang memiliki berat sekitar 20kg bahkan sampai 50kg Toke tidak mau menerima dengan hitungan kg jika di
jual dengan hitungan kg maka Toke akan rugi karena tidak ada keuntungan dan uang untuk membayar keamanan pada saat “ninja sawit”. SL dalam satu kali
“ninja” mendapat uang selitar Rp. 100.000 sedangkan dalam satu minggu SL bisa 3-4 kali “ninja” dan dalam satu hari bisa sampai dua kali “ninja”, jadi dalam satu
minggu SL bisa mendapat uang dari “ninja” sekitar Rp 500.000 bahkan bisa mencapai Rp 1.000.000 per minggu. Waktu untuk “ninja sawit” yang di lakukan
tidak menentu, terkadang siang hari, pagi, malam, bahkan malam menjelang pagi. Tetapi SL lebih sering “ninja” di malam hari karena peluangnya lebih banyak
kemudian pagi hari SL bekerja sebagai BHL buruh harian lepas. SL berkelompok pada saat”ninja sawit”, yang tergabung dalam satu kelompok
SL yaitu sekitar 7 tujuh orang, setiap orang memiliki peranan masing-masing.
47
SL sendiri memiliki peran sebagai pemanen buah dan ada temannya juga yang membantu SL untuk memanen bauh sawit kemudian teman yang lain membantu
SL untuk melangsiri atau memindahkan buah sawit ke gudang penyimpanan buah “ninja” supaya buah sawit yang di “ninja” aman selanjutnya ada yang memotong
pelepah batang daun sawit.
5. Nama
: Boy Umur
: 16 tahun Pekerjaan
: Pelajar Agama
: Islam Boy adalah seorang salah satu anggota “ninja sawit” yang masih menjadi
pelajar di salah satu sekolah swasta tingkat menengah atas. Boy sudah menjadi anggota “ninja sawit” sekitar satu tahun lebih. Saat operasi, boy bertugas sebagai
mata-mata atau penjaga keamanan di jalan utama perkebunan atau yang dikenal dengan sebutan “pentolan” dikalangan ninja sawit. Pentolan merupakan mata-
mata yang berada di lapisan terluar dari zona pantau saat operasi ninja sawit. Sebagai pentolan, posisi boy yang berada di jalan utama perkebunan
memiiki jarak sekitar 700m dari teman-teman satu timnya yang juga bertugas mata-mata centengdan toke hal itu dimaksudkan jika pihak keamanan
perkebunan datang, boy memiliki waktu untuk mengabarkan kepada seluruh anggota tim yang sedang beroperasi agar saling membeti tahu dan segera keluar
48
dari perkebunan. Adapun cara yang digunakan untuk mengabarkan keseluruh anggota tim yaitu dengan menelepon melalui telepon genggam dan menciptakan
suara kerbau yang di dengungkan keseluruh anggota tim. Dari hasil kerjanya sebagai pentolan boy mendpat bagian sebanyak
Rp2000janjang satu bonggol sawit. Bagian yang didapatkannya tersebut digunakannya sebagai tambahan uang jajan untuk membeli rokok dan biaya
malam mingguan. boy ikut “ninja” dikarenakan uang jajan yang di dapat dari orang tua
katanya kurang satu hari boy hanya mendapat uang jajan Rp. 10.000. katanya di zaman sekarang uang Rp. 10.000 mana cukup untuk jajan satu hari sekolah, untuk
beli jajan sama rokok aja kurang belum lagi uang untuk ngapelin cewak dan untuk isi pulsa semuanya itu kan perlu uang ujar boy Jadi untuk memambah uang jajan
boy memutuskan untuk ikut “ninja” .
6. Nama
: Jono Umur
: 18 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
49
Jono adalah seorang pekerja serabutan yang tidak memiliki gaji pasti setiap bulan. Perkerjaan yang dikerjakan Jono tidak menentu seperti menjadi kuli
angkut di sawah, dan di lading orang lain saat masa panen seperti jagung, ikan dan padi. Ia juga menjadi kuli bangunan bahkan bekerja menjadi buruh pabrik
kerupuk untuk mendapatkan uang. Upah yang diperoleh sebagai kuli angkut dan kuli bangunan yaitu Rp 70.000-Rp80.000 perharinya. Sementara itu upah dari
bekerja menjadi buruh pabrik hanya Rp 45.000 perharinya. Jono yaitu salah satu oarang yang memiliki pemikiran yang cukup maju
karena setelah tamat SMA ia tidak ingin tetap tinggal di Desa Mariah Jambi. Ia ingin merantau untuk mengadu nasib dan merubah perekonomian keluarganya
untuk bisa hidup lebih layak. Menurutnya jika ia tetap tinggal di Desa Mariah Jambi ia akan tetap menjadi buruh kasar dan “ninja sawit” saja. Jono ikut ke
dalam kelompok “ninja sawit” sudah sekitar tiga tahun, ia ikut “ninja sawit” yaitu untuk membayar keperluan sekolahnya sendiri, karena jono berasal dari keluarga
yang kurang mampu. Atas dasar hal tersebut Jono memutuskan untuk bergabung menjadi
anggota “ninja sawit” agar tetap bisa terus bersekolah. Sebagai anggota “ninja sawit” jono bertugas menjadi pengutip dan pengantar buah ke gudang tempat
penyimpanan buah sawit dengan menggunakan gerobak soronng atau yang sering disebut “angkong”. Tugasnya tersebut dilakukan bersama temannya yang lain.
Alasan Jono bertahan untuk menjadi “ninja sawit” karena hasilnya banyak juga bisa untuk biaya menyelesaikan sekolahnya, kemudian toke juga menjamin
50
keselamatan dirinya sebagai “ninja sawit”. Toke akan membebaskan anggota “ninja sawit” jika tertangkap oleh pihak keamanan perkebunan.
Dalam satu minggu Jono bisa ikut 3-5 kali beroperasi. Dari hasil operasi tersebut Jono juga ikut memuat sawit memuat sawit dari gudang penyimpanan
mereka untuk dijual kepenampung. Dari hasil penjualan sawit setiap anggota akan mendapat uang sebanyak Rp 500.000-Rp 700.000untuk satu kali
penjualan.sementara itu salam satu bulan bisa 4-6 kali penjualan.
7. Nama
: Sentana Umur
: 21 tahun Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Sentana adalah seorang karyawan di sebuah swalayan, ia sudah bekerja sekitar dua tahun. Setiap bulannya, sentana memperoleh gaji sebanyak Rp
2.300.000 termasuk bonus. Tetapi gaji tersebut dirasanya tidak bisa memenuhi semuaa kebutuhan hidupnya pribadi seperti cicilan sepeda motor, biaya malam
mingguan dan uang sakunya. Sehingga Sentana mencari menurutnya ia harus mencari uang tambahan
51
Atas dasar hal tersebut sentana memutuskan untuk bergabung menjadi anggota ninja sawit untuk menambah uang masuk. Sebagai anggota ninja sentana
bertugas menjadi pengutip dan pengantar buah. Pengutip ialah mengutip buah yang sudah dipanen oleh temannya dan pengantar buah adalah membawa buah
yang sudah dikutip dengan grobak sorong ke gudang penyimpanan. Tugasnya tersebut dilakukan bersama ke-4 teman lainnya.
Selain menjadi ninja sawit, sentana juga mencari uang tambahan dengan melakukan banyak kerjaan lainnya. Ia terkadang ikut bekarja sebagai kuli angkat
ikan di sawah orang lain. Tak jarang juga sentana menyewakan mobil pick-up milik saudaranya dan menjadi supir dari mobil pick-up tersebut untuk membawa
hasil panen milik petani. Adapun alasan sentana bertahan menjadi ninja sawit karena selain hasilnya
yang banyak, toke juga menjamin keselamatan dirinya sebagai ninja sawit. Toke akan membebaskan anggota ninja sawit jika tertangkap oleh pihak keamanan
perkebunan. Seperti salah satu teman anggota timnya yang dibebaskan oleh toke karena ditahan oleh pihak keamanan perkebunan saat mereka beroperasi.
Bagian yang didapat sentana dengan menjadi pengutip dan pengantar buah, dalam satu kali muat sebanyak Rp 500.000. sentana biasanya dalam satu
kali operasi bisa hingga 3-4 kali muat sawit. Hasil tersebut dirasa sentana sangat banyak karena hampir setara dengan gaji bulanannya sebagai karyawan swalayan.
52
8. Nama
: Benzema Jenis kelamin
: Laki-laki Umur
: 21 tahun Agama
: Islam Pendidikan
: SMP Pekerjaan
: Buruh Serabutan Menjadi ninja sawit sudah digeluti benzema sejak masih duduk di bangku
sekolah dasar tepatnya saat ia kelas V SD. Ia ditugaskan sebagai pengutip berondolan sawit oleh toke dan menerima upah sebesar Rp 200 per kg. Tetapi
benzema sekarang tidak lagi menjadi pengutip brondolan sawit karena usianya sudah dewasa. oleh karena itu ia mendapat tugas untuk membuang pelepah sawit
yang jatuh di tanah dan bertugas mengutip brondolan dan melangsir buah sawit. Dalam satu minggu benzema bisa ikut 3-5 kali beroperasi. Dari hasil
operasi tersebut benzema juga ikut memuat sawit dari gudang penyimpanan mereka untuk dijual kepenampung. Dari hasil penjualan sawit ke penampung
setiap anggota termasuk benzema akan pendapat uang sebanyak Rp 500.000-Rp 800.000 untuk satu kali penjualan.
Benzema menjadi ninja sawit sejak SD, karena rumah tempat tinggal benzema tepat berada di samping rumah toke ninja sawit. Pada awalnya, toke
selalu mengajak benjema ikut beroperasi untuk mengutip berondolan dengan menjanjikan kepadanya akan mendapat uang. Toke berani mengajak benzema
53
karena sebelumnya ia sudah sering ikut dengan anak toke tersebut untuk mengembala sapi.
Hingga saat ini meskipun benjema sudah menyelesaikan sekolahnya di tingkat menengah pertama, ia masih lebih memilih menjadi ninja sawit daripada
mencari pekerjaan tetap. Hal ini dikarenakan menurutnya tidak tersedi lapangan pekerjaan bagi orang dengan lulusan SMP dan menurutnya cukup mudah
mendapatkan uang banyak. Meskipun uang dari hasil ninja sawit setiap minggunya ada, benjema
mencari uang tambhan dengan bekerja serabutan. Ia menjadi kuli angkat di sawah dan di lading orang lain saat masa panen seperti jagung, ikan dan padi. Ia juga
menjadi kuli bangunan untuk mendapat uang tambahan. Upah yang diperoleh sebagi kuli angkut dan kuli bangunan yaitu sebesar Rp 70.000-Rp80.000 per
harinya.
9. Nama
: Boncu Jenis kelamin
: laki- laki Usia
: 27 tahun Agama
: Islam Pendidikan
: SMA Pekerjaan
: Satpam
54
Boncu adalah seorang karyawan disalah satu perumahan elit di Pematang Siantar, ia bekerja menjadi security. Boncu memperoleh gaji sebanyak Rp
1.500.000 setiap bulan. Tetapi gaji tersebut dirasanya tidak bisa memenuhi semua kebutuhan hidupnya pribadi karena dianggapnya sekarang semua kebutuhan
pokok yang serba mahal. Sehingga Boncu mencari sampingan lain untuk mencari uang tambahan.
Atas dasar hal tersebut Boncu memutuskan untuk bergabung menjadi anggta “ninja sawit” untuk menambah uang masuk. Sebagai anggota “ninja”
Boncu bertugas menjadi pengangkut buah yang sudah dipanen oleh teman satu timnya ke gudang penyimpanan buah “ninja”. Tugas tersebut dilakukan bersama
teman-teman yang ainnya. Adapun alasan Boncu bertahan menjadi “ninja sawit” yaitu karena
hasilnya banyak, kemudian toke juga menjamin keselamatannya sebagai “ninja sawit”. Toke akan membebaskan anggotanya jika tertangkap oleh pihak keamanna
perkebunan. Seperti salah satu temannya yang pernah tertangkap oleh pihak keamanan perkebunan saat beroperasi kemudian dibebaskan oleh Toke.
Bagian yang diperoleh Boncu dengan menjadi pengangkut buah, dalam satu kali muat sebanyak Rp 500.000 lebih. Muat buah sawit biasanya dilakukan
satu minggu satu kali normanya. Tetapi dalam satu minggu mereka beroperasi bisa mencapai 3-4 kali beroperasi. Setelah buah sawit banyak baru bisa di jual.
Gaji yang diperoleh Boncu dari “ninja sawit” llebih banyak daripada gaji yang diperoleh sebagai security.
55
10. Nama
: lepes Jenis kelamin
: laki- laki Usia
: 25 tahun Agama
: Islam Pendidikan
: SMP Pekerjaan
: Buruh Serabutan Lepas adalah seorang buruh serabutan, oleh sebab itu ia tidak mempunyai
gaji bulanan yang pasti. Karena, uang yang diperoleh Lepes tergantung dengan seringnya ia bekerja. Jika ia tidak bekerja maka ia tidak mendapat uang sama
sekali. Biasanya dalam satu kali bekerja lepes mendapat upah sebesar Rp 60.000 per hari. Jam kerja dimulai dari pukul delapan pagi dan pulang jam lima sore.
Biasanya Lepes menlakukan pekerjaan seperti memperbiki beteng jalan pembatas sawah, menjadi kuli angkat jagung, padi dan ikan. Pekerjaan ini tidak setiap
harinya ada. Jadi Lepes harus terus bergati-ganti pekarjaan agar bisa tetap kerja. Ia bekerja sebagai buruh serabutan sejak ia putus sekolah yaitu sudah sekitar 10
tahun. Ia bekerja seperti itu untuk bisa tetap member nafkah untuk satu orang anaknya dan seorang istri.
Atas dasar hal tersebut Lepes memutuskan untuk bergabung menjadi anggota “ninja sawit”. Ia bergabung dikelompok “ninja sawit sudah sekitar delapan
tahuan. Lepes melakukan hal tersebut untuk menambah uang masuk. Sebagai anggota “ninja Lepes bertugas menjadi pengangkut buah yang sudah di panen
56
oleh temanya ke gudang penyimpangan buah “ninja” supaya buah yang di dapat aman. Tugasnya tersebut dilakukan bersama teman satu timnya yang lain.
Adapun alasan Lepes menjadi “ninja sawit” karena selain hasinya yang banyak, toke juga menjamin keselamatan dirinya sebagai “ninja sawit”. Toke akan
membebaskan aggotanya jika tertangkap oleh pihak keamanan perkebunan. Seperti salah satu teman satu timnya yang ditangkap oleh pihak keamanan
perkebunan, dengan cepet Toke membebaskannya. Terkadang mereka hanya capek “ninja” saja dan tidak mendapatkan hasil
sama sekali karena buah yang mereka ambil ketahuan oleh pihak perkebunan. Hal ini sering di sebut dengan sebutan BS buah sial jadi sawit itu di sita langsung
oleh pihak keamanan perkebunan dan dibawa kekantor. Jadi mereka hanya mendapat capeknya saja.
Mereka “ninja sawit” lebih sering dilakukan pada malam hari sekitar jam satu malaman. Tetapi tidak dilakukan di malam hari saja siang dan pagi pun sering
dan pada intinya setiap mereka “ninja sawit” pada waktu kapan aman. mereka selau membagi tugas masing-masing, ada yang memanen sawit, ada yang
mengangkut sawit kemudian ada yang merapikan batang sawit dan ada yang menjaga pasar atau yang sering disebut dengan “pentolan”. Semua tugas itu
mereka kerjakan dengan rapih dan cepat supaya tidak terlihat oleh pihak keamanan perkebunan. Orang yang menjaga pasar sering di sebut dengan
“pentolan”. Karena semua keamanan tim “ninja sawit” berada pada yang menjaga pasar. Jika yang menjaga pasar lalai maka bisa sia-sia yang di kerjakan pada saat
57
itu. Mereka sering di kejat-kejar oleh kepala keamanan perkebunan dan terkadang di tembakin.
Bagian yang didapat lepes dengn menjadi pengangkut buah, dalam satu minggu bisa mendapat sampai Rp 500.000 sampai Rp 800.000. Lepes biasanya
dalam satu minggu bisa hingga 3-4 kali beropersi. Hasil tersebut dirasa Lepes sangat banyak karena lebih banyak dari gaji menjadi buruh serabuatan.
11. Nama
: Miko Jenis kelamin
: laki- laki Usia
: 18 tahun Agama
: Islam Pendidikan
: SMP Pekerjaan
: Buruh Miko adalah salah seorang anak yang baru tamat sekolah dan belum
memiliki pekerjaan yang tetap, untuk mendapat uang jajan miko harus “ninja sawit” dahulu agar memiliki uang. Sebenarnya miko sendiri sudah lama
menggeluti dunia “ninja sawit”. Sejak masih duduk di bangku sekolah SMP, Miko sudah mulai ikut-ikutan untuk “ninja sawit”. Mulanya Miko hanya ikut-
ikutan dan di ajak oleh temannya, tetapi berlanjut sampai saat ini.
58
“ninja sawit” sudah sangat banyak membantu miko, karena biaya selama sekolah Miko berasal dari uang “ninja sawit. Miko membiayai sekolahnya
sendiri, karena Miko tidak tinggal bersama orang tuanya. Semenjak SD Miko sudah tidak tinggal bersama orang tuanya lagi, tetapi ia tinggal bersama ibu
nya. oleh karena itu ia tidak ingin terlalu bmerepotkan Ibunya. Ia selalu berusaha dengan segala cara untuk bisa memperoleh uang untuk sekolahnya.
Maka uang dari “ninja sawit” yang menolongnya untuk menyeesaikan sekolah. Bahkan dari “ninja sawit” Miko juga bisa membeli sepeda motor
yang di gunakannya untuk sekolah. Ia juga bisa membantu meringankan biaya sehari-hari ibunya.
meskipun ia sekolah tetapi ia juga harus bekerja keras. Bahkan waktu untuk bermain pun Miko tidak punya. Karena setiap pulang sekolah ia harus
langsung pulang ke rumah agar bisa langsung bekerja. Setiap harinya ia di sibukkan dengan sekolah dan “ninja sawit”. Miko “ninja sawit” dengan
bergabung kedalam kelompok “ninja sawit”, dalam kelompoknya terdiri dari sembilan orang, Setiap orang memiliki tugas masing-masing. Sedangkan tugas
Miko sendiri yantu mangangkut buah atau yang sering disebut dengan “melangsir” dari kebun ke gudang. Miko mengangkut sawit dengan
menggunakan gerobak sorong angkong. jarak yang di jalani tidak setiap harinya dekat. Kebun dengan gudang tempat penyimpanan sawit bisa sampai
500m bahkan lebih. Oleh sebab itu resiko yang ditanggung cukup besar. Pada saat beroperasi Miko pernah tertangkap oleh pihak perkebunan.
Tetapi ia langsung di urus dan di tebus oleh Toke pada saat masih berada di
59
dalam perkebun dan belum sampai dibawake kantor. Kata miko jika sudah sampai di bawa ke kantor mereka akan dipukuli oleh pihak keamanan Karena
sudah mencuri.selain di puku juga mendapat hukuman minimal tiga bulan penjara. Walaupun sudah pernah tertangkap tetapi Miko tidak pernah merasa
jerah untuk melakukan “ninja sawit”. karena jika ia tidak ikut “ninja” lagi ia tidak mendapat pengkasila untuk membayar uang sekolahnya, oleh karana itu
Miko terus mempertahankan untuk “ninja sawit”. Biasanya kami setiap satu kali kerja bisa mendapat buah sawit sekitar 80
janjang buah sawit, biasanya dalam satu minggu mereka bisa 4-5 kali beroperasi “ninja sawit”. Setiap sudah muat sawit ia bisa mendapat sampai
Rp. 800.000 bahkan terkadang lebih. mereka“ninja sawit”tidak hanya di malam hati saja melainkan kapan saja ada waktu mereka manfaatkan untuk
segera masuk. jadi tidak bisa di tentukan kapan-kapan saja mereka beroperasi. Sawit yang di dapat dalam satu janjang toros di bayar Toke hanya Rp 8.000.
12. Nama
: Mulana Jenis kelamin
: laki- laki Usia
: 15 tahun Agama
: Islam Pendidikan
: Masih duduk di bangku SMP Pekerjaan
: -
60
Maulana adalah seorang salah satu anggota “ninja sawit” yang masih menjadi pelajar di salah satu sekolah swasta Sekolah Menengah Pertama. Maulana
sudah menjasi anggota “ninja sawit” sekitar satu tahun lebih. Saat operasi, Maulana bertugas sebagai mata-mata atau penjaga keamanan di jalan utama
perkebunan atau yang dikenal dengan sebutan “pentolan” dikalangan “ninja sawit”. Pentolan merupakan mata-mata yang berada di lapisan terluar dari zona
pantau saat operasi. Sebagi “pentolan” posisi Maulana yang berada di jalan utama perkebunan
memiliki jarak sekitar 800m dari teman-teman satu timnya yang juga bertugas menjadi mata-mata. Hal itu dimaksudkan jika pihak keamann perkebunan dating,
Maulana memiliki waktu untuk mengabarkan kepada seluruh aggota tim yang sedang beroperasi agar saling member tahu dan segera keluar dari perkebunan.
Adapun cara yang digunakan untuk mengabarkan keseluruh anggota tim yaitu dengan menelepon melalui telepon genggam.
Dari hasil kerjanya sebagai “pentolan” Maulana mendapat bagian sebanyak Rp 2000janjang satu bonggol sawit. Bagian yang didapatkannya
tersebut digunakan untuk tambahan uang jajan, untuk membeli rokok dan biaya malam mingguan.
Maulana ikut “ninja sawit” dikarenakan uang jajan yang di beri oleh orang tuanya kurang karena satu hari Maulana hanya mendapat uang jajan Rp. 15.000.
dianggap oleh Maulana uang jajan segitu tidak cukup untuk beli jajan sama rokok saja tidak cukup belum lagi ditambah untuk uang isi pulsa ya banyak sekali
61
kurangnya. Jadi untuk menambah uang jajan Maulana memutuskan untuk ikut “ninja sawit”
4.3 Faktor-Faktor Penyebab “ Ninja Sawit”