Deskripsi Data HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Hasil belajar Matematika Kelompok Kontrol Frekeunsi Nilai Titik Tengah Absolut Relatif f Kumulatif 29 - 40 34,5 5 16,67 5 41 - 52 46,5 10 33,33 15 53 - 64 58,5 6 20,00 21 65 - 76 70,5 7 23,33 28 77 - 88 82,5 1 3,33 29 89 - 100 100,5 1 3,33 30 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa banyak kelas interval adalah 6 kelas dengan panjang tiap interval kelas adalah 12. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 55,30, median sebesar 48,50, modus sebesar 47,17, simpangan baku sebesar 15,42, varians sebesar 237,68, kemiringan sebesar 0,53 kurva model positif atau kurva menceng ke kanan, dan ketajaman atau kurtosis sebesar 2,52 distribusi platikurtik atau bentuk kurvanya mendatar. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17. Pada tabel tersebut juga terlihat bahwa nilai pada interval 41 – 52 merupakan nilai yang paling banyak diperoleh siswa kelompok kontrol, yaitu sebanyak 33,33. Siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 49,99, yaitu siswa pada kelompok interval 53 – 64, 65 – 76, 77 – 88, dan 89 – 100. Sedangkan, siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 50,00, yaitu siswa pada kelompok interval 29 – 40 dan 41 - 52. Distribusi frekuensi hasil tes kelompok kontrol tersebut dapat ditunjukkan dalam grafik histogram dan poligon berikut: Gambar 5. Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil belajar Matematika Kelompok Kontrol Berdasarkan uraian mengenai hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen dan hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol di atas, terlihat adanya perbedaan. Untuk lebih memperjelas perbedaan hasil belajar matematika antara kelompok eksperimen kelompok yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan pemecahan masalah strategi working backward dengan kelompok kontrol kelompok yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional, dapat dilihat pada tabel berikut: 34,5 45,5 56,5 67,5 78,5 89,5 100,5 Nilai 1 7 6 5 9 Frekuensi Tabel 6. Perbandingan Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Banyak sampel 30 30 Mean 66,40 55,30 Median 59,09 48,50 Modus 53,20 47,17 Varians 288,73 237,68 Simpangan Baku 16,99 15,42 Kemiringan 0,78 0,53 KetajamanKurtosis 1,82 2,52

B. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji kai kuadrat chi square. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika memenuhi kriteria  2 hitung  2 tabel diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.

a. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen

Dari hasil perhitungan uji normalitas hasil belajar matematika kelompok eksperimen, diperoleh harga  2 hitung = 4,85 lampiran 18, sedangkan dari tabel harga kritis uji kai kuadrat chi square diperoleh  2 tabel untuk jumlah sampel 30 pada taraf signifikansi α = 5 adalah 7,82. Karena  2 hitung kurang dari sama dengan  2 tabel 4,85 ≤ 7,82, maka H diterima, artinya data pada kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Normalitas Kelompok Kontrol

Dari hasil perhitungan uji normalitas hasil belajar matematika kelompok Kontrol, diperoleh harga  2 hitung = 3,60 lampiran 19, sedangkan dari tabel harga kritis uji kai kuadrat chi square diperoleh  2 tabel untuk jumlah sampel 30 pada taraf signifikansi α = 5 adalah 7,82. Karena  2 hitung kurang dari sama dengan  2 tabel 3,60 ≤ 7,82, maka H diterima, artinya data pada kelompok kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji normalitas antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelompok n  2 hitung  2 tabel α = 5 Kesimpulan Eksperimen 30 4,85 7,82 Kontrol 30 3,60 7,82 Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas atau uji kesamaan dua varians digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang sama homogen atau tidak. Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher. Kriteria pengujian yang digunakan yaitu, kedua kelompok dikatakan homogen apabila F hitung ≤ F tabel diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. Dari hasil perhitungan uji homogenitas diperoleh harga F hitung = 1,21 lampiran 20, sedangkan F tabel = 2,10 pada taraf signifikasi  = 5 dengan derajat kebebasan pembilang 29 dan derajat kebebasan penyebut 29. Lebih jelasnya, hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok n F hitung F tabel Kesimpulan Eksperimen 30 Kontrol 30 1,21 2,10 Sampel berasal dari populasi yang sama atau homogen Karena F hitung ≤ F tabel maka H diterima, artinya kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang sama atau homogen.

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan 1. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan uji persyaratan analisis, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah rata- rata hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan pemecahan masalah strategi working backward lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelompok kontrol yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional. Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut: H 0 : 2 1    H 1 : 2 1    Keterangan: 1 μ : rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen 2 μ : rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelompok kontrol Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan uji t, dengan kriteria pengujian yaitu, jika t hitung t tabel maka H diterima dan H 1 ditolak. Sedangkan, jika t hitung ≥ t tabel maka H 1 diterima dan H ditolak, pada taraf kepercayaan 95 atau taraf signifikansi α = 5. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh t hitung sebesar 2,65 dan t tabel sebesar 2,00 lampiran 21. Hasil berhitungan tersebut menunjukkan bahwa t hitung ≥ t tabel 2,65 ≥ 2,00. Dengan demikian, H ditolak dan H 1 diterima, atau dengan kata lain rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelompok kontrol. Secara ringkas, hasil perhitungan uji t tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9. Hasil Uji Perbedaan Dengan Statistik Uji t t hitung t tabel Kesimpulan 2,65 2,00 Tolak H dan Terima H 1

2. Pembahasan

Perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan pemecahan masalah strategi working backward lebih baik dari pada pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara terhadap beberapa orang siswa yang diambil secara acak dan hasil pengamatan selama berlangsungnya proses pembelajaran. Dari hasil wawancara diperoleh kesimpulan bahwa terdapat respon positif terhadap diterapkannya pendekatan pemecahan masalah strategi working backward dalam pembelajaran matematika. Dari hasil wawancara dengan guru, sebelum dilakukan pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah strategi working backward, kegiatan pembelajaran berpusat pada guru teacher centered. Setelah diterapkan pendekatan pemecahan masalah strategi working backward pada kelompok eksperimen, siswa dapat berpikir secara sistematis, siswa dilatih untuk memahami sendiri dan menggunakan penalaran mereka dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang diberikan, terutama soal-soal yang berbentuk cerita. Hal ini dikarenakan pendekatan pemecahan masalah strategi working backward memuat