Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

tepat dalam menyampaikan ajarannya yang dapat mengantarkan kepada tujuan yang ingin dicapai, dan yang ketiga, guru membina sikap aktif siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP tahun 2006, tujuan pembelajaran matematika yang ingin dicapai adalah meningkatkan kecakapan atau kemahiran matematika, yang meliputi pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, dan pemecahan masalah. Ketiga aspek kecakapan atau kemahiran matematika tersebut dikembangkan sebagai hasil belajar dalam KTSP. Menurut Polya dalam bukunya yang berjudul The Goals of Mathematical Education, To understand mathematics means able to do mathematics. And what does it mean doing mathematics? In the first place it means to be able to solve mathematical problems. Artinya, memahami matematika berarti mampu untuk bekerja secara matematik. Dan bagaimana kita bisa bekerja secara matematik? Yang paling utama adalah dapat menyelesaikan masalah-masalah matematika. 8 Dengan demikian pemecahan masalah matematika merupakan salah satu aspek penting yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Untuk memperoleh hasil belajar matematika yang baik diperlukan suatu pembelajaran yang merangsang partisipasi aktif dari siswa. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk memahami matematika dan keterkaitannya, sedangkan guru memberikan masalah yang dapat memancing siswa menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki dalam memecahkan suatu masalah. Pembelajaran seperti itu dapat diperoleh dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah. Dalam pemecahan masalah, ada masalah yang dapat didekati dengan menggunakan suatu himpunan operasi spesifik, prosedur langkah demi langkah untuk menyelesaikan masalah tersebut disebut algoritma. 8 George Polya, The Goal of Mathematical Education dalam Dave Moursund, “Computational Thinking and Math Maturity: Improving Math Education in K-8 Schools Second Edition”, dari www.uoregon.edu~moursundBooksElMathK8-Math.pdf, 7 Juli 2009, 14:52 WIB, h. 29. Menggunakan algoritma sangat efektif karena dijamin memperoleh solusi. Namun, tidak semua masalah dapat dipecahkan dengan algoritma. Dalam situasi seperti itu, orang menggunakan strategi pemecahan masalah yang lain. Salah satu strategi dalam pendekatan pemecahan masalah yang mungkin diperkenalkan pada anak usia sekolah adalah strategi working backward. Working backward merupakan suatu proses dalam pemecahan masalah dengan memulai dari tujuan kemudian bekerja terbalik kepada informasi yang diberikan Start from the goal, and work backwards to the given. 9 Dalam masalah lain bekerja terbalik dari jawaban. Proses bekerja terbalik disini adalah dengan mencari informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan melalui informasi yang diberikan, jika hal ini belum dapat dilakukan, maka dicari kembali informasi yang mengakibatkan informasi sebelumnya dari masalah yang diberikan, jika belum dapat dilakukan juga maka dilakukan hal yang sama dan begitu seterusnya hingga semua informasi yang dibutuhkan diperoleh. Dengan mengetahui informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan, maka masalah akan terlihat lebih jelas sehingga masalah akan lebih mudah untuk diselesaikan. Strategi working backward sangat berkaitan erat dengan kemampuan penalaran logis logical reasoning dan pembuktian proof pada sekolah menengah. 10 Hal ini sejalan dengan penilaian pembelajaran matematika yang menilai proses dan hasil berpikir siswa dari segi kelogisan, kecermatan, efisiensi, dan ketepatan efektivitas. 11 Sehubungan dengan itu, maka pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah strategi working backward dapat dikaitkan dengan hasil belajar matematika siswa. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan pemecahan 9 Knud van Eeden, “Problem solving: Method: Working backwards: What is the working backward from solution method?”, dari www.faqts.comknowledge_baseview.phtmlaid25417fid1242, 21 Juni 2009, 10:37 WIB. 10 “Problem Solving Strategies – Teacher Notes”, dari http:www.saskschool.cacurr_contentmathcatchproblem_solvestr..., 18 Agustus 2009, 19:27 WIB. 11 Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia, 2001, h. 68. masalah strategi working backward terhadap hasil belajar matematika siswa, diperlukan penelitian lebih lanjut. Untuk itulah penulis memilih judul skripsi yaitu, ”Pengaruh Pendekatan Pemecahan Masalah Strategi Working Backward Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Dari apa yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka timbul berbagai macam permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Prestasi matematika siswa yang diraih tidak sebanding dengan waktu yang dihabiskan untuk mempelajari matematika di sekolah. 2. Siswa beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. 3. Rendahnya pemahaman konsep matematika siswa. 4. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. 5. Rendahnya hasil belajar matematika siswa. 6. Pembelajaran matematika masih cenderung berpusat pada guru.

C. Pembatasan Masalah

Dengan banyaknya permasalahan yang muncul dalam identifikasi masalah, penulis dalam hal ini membatasi permasalahan yang hendak diteliti pada poin kelima yaitu rendahnya hasil belajar matematika siswa, khususnya siswa kelas VII di SMP Negeri 5 Kota Tangerang Selatan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut akan diterapkan salah satu strategi dalam pendekatan pemecahan masalah, yaitu strategi pemecahan masalah working backward. Hasil belajar matematika pada penelitian ini dibatasi hanya pada aspek kognitif yang diambil dari hasil tes instrumen penelitian yang dibuat oleh penulis setelah memberikan materi dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah strategi working backward. Adapun pokok bahasan matematika yang akan dijadikan penelitian adalah persamaan linear satu variabel dan pertidaksamaan linear satu variabel.

D. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut, Apakah pendekatan pemecahan masalah strategi working backward berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan pemecahan masalah strategi working backward terhadap hasil belajar matematika siswa.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini diantaranya adalah: 1. Bagi penulis, dari hasil penelitian ini penulis dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan sumbangsih terhadap khazanah ilmu pengetahuan. 2. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar matematika, mengatasi kesulitan dan kejenuhan dalam belajar matematika, melatih dan mengembangkan kemampuan penalaran serta keterampilan pemecahan masalah matematika 3. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran matematika yang dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajar matematika siswa. 4. Bagi sekolah, hasil penelitian diharapkan akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan. 5. Bagi pembaca, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan suatu kajian yang menarik yang perlu diteliti lebih lanjut dan lebih mendalam.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teoritis 1. Hasil Belajar Matematika

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Berikut dipaparkan beberapa definisi belajar yang diungkapkan oleh para ahli. Hilgard dan Bower, Morgan, James O. Wittaker, Cronbach, Howard L. Kingsley, Gage, Chaplin, Hintzman, Wittig, T. Jersild, Henry E. Garret, Fontana, Good dan Brophy adalah beberapa ahli yang mendefinisikan belajar dengan menitikberatkan pada perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman atau latihan. Secara lebih spesifik, Morgan, dalam bukunya Introduction to Psychology mengemukakan: Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. 12 Skinner dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. 13 Sedangkan Lester D. Crow dan James L. Mursell menitikberatkan definisi belajar sebagai upaya individu untuk 12 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. XXIII, h. 84. 13 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, Cet. XI, h. 90. memperoleh sendiri kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap- sikap. Secara spesifik mereka mendefinisikan belajar sebagai berikut. Lester D. Crow mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap. 14 James L. Mursell mengemukakan belajar ialah upaya yang dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri, dan memperoleh sendiri. 15 Dari uraian definisi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku dari belum mampu menjadi sudah mampu, dari belum tahu menjadi tahu individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman atau latihan. Proses belajar bersifat internal dan unik dalam diri individu. Diantara ciri-ciri yang menunjukkan bahwa seorang telah melakukan kegiatan belajar dapat ditandai dengan adanya: 16 1 Perubahan tingkah laku yang aktual atau potensial. Aktual berarti perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar itu nyata atau dapat dilihat seperti: hasil belajar keterampilan motorik psikomotorik, misalnya siswa dapat menulis, membaca dan lain sebagainya, dan juga hsil belajar kognitif seperti pengetahuan fakta atau ingatan, pemahaman dan aplikasi. Sedangkan perubahan potensial berarti perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang tidak dapat dilihat perubahannya secara nyata, perubahnnya hanya dapat dirasakan oleh orang yang belajar saja, seperti hasil belajar afektif penghargaan, keyakinan dan lain sebagainya, juga hasil belajar kognitif: tinggi pengetahuan atau kemampuan analisis, sintesis dan evaluasi. 14 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2008, Cet. VI, h. 13. 15 Syaiful Sagala, Konsep dan ..., h. 13. 16 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007, Cet.III, h. 56- 57