Metode Penelitian. Etis betawi dalam politik (studi tentang peran forkabi dalam pilkada DKI Jakarta 2007

menggunakan kelompok sebagai sarana untuk menyalurkan kepentingan- kepentingan politik, ekonomi dan sosialnya. 19 Pendapat lain dikemukakan A. Latif HM, menyatakan bahwa Forkabi adalah sebuah ormas Betawi yang berkediaman di DKI Jakarta. Forkabi juga mempunyai peran politik, hal ini untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Betawi terhadap pemerintah yang dinilai menyimpang dari kinerja mereka, melalui massa yang begitu besar Forkabi diharapkan dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah agar berdampak positif. 20 Melalui kegiatan yang bersifat menggabungkan diri dengan orang lain menjadi suatu kelompok, diharapkan tuntutan mereka akan lebih didengar oleh pemerintah. Tujuan kelompok ini ialah memengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah agar lebih menguntungkan mereka. 21 Kelompok kepentingan tersebut secara garis besar terdiri dari:

a. Kelompok Nonasosiasional nonassociational groups

Kelompok-kelompok kepentingan ini tumbuh berdasarkan rasa solidaritas pada sanak saudara, kerabat, agama, wilayah, kelompok etnis dan pekerjaan. Kelompok-kelompok ini biasanya tidak aktif secara politik 19 Miriam Budiardjo. Dasar-dasar Ilmu Politik Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 381. 20 Wawancara dengan Sekjen FORKABI. A. Latif HM. Pada tanggal 1 Oktober 2010. 21 Kelompok-kelompok kepentingan muncul pertama kali pada abad ke-19 di Eropa Barat dan Golongan Afrika-Amerika Serikat. Organisasi internal lebih longgar dibandingkan dengan partai politik. Karena mereka tidak memperjuangkan kursi dalam parlemen. Anggapa mereka terhadap badan tersebut, telah berkembang menjadi terlalu umum sehingga tidak sempat mengatur masalah-masalah yang lebih spesifik. Disamping itu, dikemukakan mereka cenderung memfokuskan diri pada satu masalah tertentu saja. Bila dilihat dari segi keanggotaannya terutama terdiri atas golongan-golongan yang menganggap dirinya tertindas serta terpinggirkan, seperti kaum buruh. Lihat Miriam Budiardjo. Dasar-dasar Ilmu Politik Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama 2008, h. 383. dan tidak mempunyai organisasi ketat, walaupun lebih mempunyai ikatan dari pada kelompok anomi. Anggota-anggotanya merasa mempunyai hubungan batin karena mempunyai hubungan ekonomi, massa konsumen, kelompok etnis dan kedaerahan. 22 Kelompok ini kurang terorganisir secara rapi dan kegiatannya bersifat dengan hubungan batin saja yang tertera diatas, dalam mengartikulasikan kepentingan-kepentingannya malalui individu-individu, pemuka-pemuka agama dan semacam itu. Kelompok ini biasanya terdapat pada suatu kumpulan-kumpulan keluarga, primordial kekeluargaan misalnya etnis Betawi seperti Forkabi salah satu ormas Betawi yang memperjuangkan aspirasi-aspirasi masyarakat Betawi.

b. Kelompok Institusional institutional groups

Kelompok-kelompok ini bersifat formal yang berada dalam atau bekerja sama secara erat dengan pemerintah yang terdiri dari orang-orang professional dibidangnya dan mereka memiliki rencana kerja yang tersusun rapi, seperti birokrasi dan kelompok militer. 23 Karena sebagai wadah untuk memudahkan aspirasi masyarakat Betawi untuk pemerintah.

2. Partisipasi Politik

Sebagai definisi umum mengenai partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang dan kelompok masyarakat yang ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan memilih pimpinan negara seperti kepala daerah, secara langsung maupun tidak langsung. 22 Miriam Budiardjo. Dasar-dasar Ilmu Politik Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 387. 23 Ibid., h. 388.