Peta Sosial Politik DKI Jakarta.

Dari tabel data, kelihatan banyak partai politik yang menempatkan DKI Jakarta sebagai pusat pimpinannya saja. Kedudukan DKI Jakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia, dapat juga dikatakan sebagai barometer dan roda perputaran politik Indonesia. 9 Selain DKI Jakarta memiliki fungsi kebijakan politik dan sekaligus sebagai Ibukota Propinsi, tidak mengherankan kalau banyak masyarakat daerah yang bermukim DKI Jakarta untuk mencari lapangan pekerjaan. Dalam sensus tahun 2000 tercatat sebanyak 8.324.707 jiwa, 10 yang bermukim di DKI Jakarta ada mereka terdiri dari beberapa etnis, selain etnis Betawi antara lainnya terdapat etnis Jawa, Sunda, China, Batak, Minangkabau, Melayu, Bugis, Madura, Banten, Banjar dan lain-lain. Mengingat banyaknya etnis yang menetap sebagai penduduk di DKI Jakarta, maka masing-masing etnis berbicara dengan bahasa etnisnya sendiri. Etnis Jakarta menggunakan bahasa Betawi, bahasa tersebut digunakan sebagai percakapan sehari-hari oleh etnis tersebut. Bahasa Betawi mempunyai banyak kesamaan dengan bahasa Indonesia, bahasa Betawi merupakan salah satu rumpun bahasa Melayu. Banyak istilah Melayu Sumatera ataupun Melayu Malaysia yang digunakan dalam bahasa Betawi, seperti kata niari artinya untuk hari ini. 11 Namun untuk berkomunikasi antara mereka digunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan antara etnis tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 36, yang menyatakan. 12 9 Lihat, ketika Pemilu 1997 kemenangan yang diraih oleh PPP sebagai pemenang dengan pemilih terbanyak setelah Golkar. Kemudian pada Pemilu 2004, PKS juga memperoleh urutan kedua setelah Golkar. 10 http:www.bps.co.id, berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2000, diakses pada tanggal 10 November 2010. 11 http:myquran.com, diakses pada tanggal 5 Februari 2011. 12 Lihat UUD 45 Pasal 36, tentang Bahasa Yogyakarta: Penerbit New Merah Putih, 2009, h. 46. ”Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Dari ungkapan diatas membantu fungsi bahasa Indonesia adalah untuk mempermudah komunikasi antara etnis yang berasal dari daerah yang menggunakan bermacam-macam bahasa daerahnya. Pengertian etnis ialah segolongan masyarakat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis. 13 Pendapat lain dikemukakan Frederich Bart yang dikutip dari Rahmawati Harmen bahwa, istilah etnis menujukkan pada suatu kelompok tertentu yang kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut. 14 Terkait pada sistem nilai budayanya, kelompok etnis ialah kelompok orang sebagai suatu populasi yang didalamnya populasi kelompok mereka tersebut, maupun melestarikan kelangsungan dengan cara berkembang biak yang mempunyai nilai- nilai budaya yang sama dan sadar akan kebersamaan. Dalam sistem sosial etnis mempunyai arti kedudukan tertentu karena keturunan adat, agama, bahasa dan sebagainya. Suatu kelompok etnis memiliki kesamaan dalam hal sejarah, bahasa, sistem nilai adat istiadat dan tradisi. Banyaknya ragam jenis bahasa tersebut menjadi potensi tersendiri sebagai hasil dan potensi budaya masing-masing. Sementara itu, bila ditinjau dari aspek agama yang dipeluk oleh masyarakat DKI Jakarta, mereka secara mayoritas beragama Islam. Namun ada juga yang memeluk agama Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Dalam masyarakat DKI Jakarta terdapat suatu tatanan masyarakat yang senantiasa mengembangkan semangat kebersamaan. Untuk memperkuat tali persaudaraan 13 Muhajir. Bahasa Betawi, sejarah dan perkembangannya Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000, h. 7. 14 Rahmawaty Harmen. Diskriminasi Etnis Minoritas di Malaysia Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2002, h. 22. individu-individu maupun dalam konteks komunitas masyarakat yang lebih besar, mereka tidak pernah membatasi diri dalam hal pergaulan. Termasuk diantaranya dalam hal hubungan antara berbagai penganut agama. Fenomena tersebut dapat dilihat dari masyarakat DKI Jakarta yang majemuk Pluralisme, seperti disamping etnis Betawi, ada juga etnis dari berbagai daerah yang berdomisili di daerah tersebut dan masyarakat DKI Jakarta dinilai berdasarkan kebudayaan Kulturalisme, seperti banyaknya etnis penduduk di DKI Jakarta tetapi mereka saling menjaga kebudayaannya masing-masing. Hal ini tercemin pada acara-acara pernikahan dan upacara kematian misalnya. Keadaan tersebut membuat komunikasi antara masing-masing agama dan kebudayaan, berlangsung dengan damai tanpa adanya saling curiga mencurigai. Sehingga dengan demikian memungkinkan terciptanya kehidupan yang dinamis tanpa adanya konflik dalam bermasyarakat dan berpolitik. Sudah barang tentu semangat untuk saling bertoleransi diwujudkan dalam bentuk nyata, demikian juga dengan adanya Forum Lintas Agama, sehingga upaya untuk meredam konflik dapat diatasi.

D. Pemilihan Kepala Daerah Pilkada.

Pemilihan Kepala Daerah Pilkada langsung dapat dipandang sebagai terobosan politik yang signifikan dalam konteks perkembangan politik daerah dan otonomi daerah. Gagasan Presiden Republik Indonesia ke-3 tiga B.J. Habibie, 15 sebagai orang yang pertama mengeluarkan pemikirannya agar bangsa Indonesia perlu melakukan pemilihan Presiden secara langsung dan kemudian disusul 15 Lili Romli, dkk. Jurnal Demokrasi dan HAM Jakarta : The Habibie Center, 2000, h. 3. pemilihan Gubernur. Berangkat dari gagasan tersebut, Mahkamah Konstitusi MK menyeluarkan keputusan yang berupa Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pada tanggal 29 September 2004, 16 tentang Pemerintahan Daerah. Dari UU tersebut dinyatakan bahwa adanya Pemilihan Kepala Daerah Gubernur yang secara langsung oleh masyarakat dimasing-masing daerahnya. Dengan adanya keputusan MK tersebut, membuat daerah-daerah lebih mandiri lagi dalam mengatur berbagai bidang antara lainnya dibidang ekonomi, politik dan sebagai berikut. Dampak dari UU tersebut masyarakat Indonesia dapat merasakan “pesta demokrasi ” didaerahnya masing-masing, melalui Pemilihan Kepala Daerah secara langsung. Artinya, masyarakat dapat menentukan arah perubahan yang lebih baik lagi daerahnya melalui Pilkada tersebut yang dipilih secara langsung. Namun tidak hanya masyarakat Indonesia saja yang dapat merasakan pesta demokrasi di daerah, tetapi bagi partai politikpun dapat berperan dalam Pilkada. Hal ini dapat dilihat dari adanya koalisi-koalisi antara partai politik dan calon kepala daerah yang akan maju dalam Pilkada. Untuk keperluan tersebut berkoalisi partai politik, dapat mengajukan calon nama untuk menjadi kepala daerah melalui pemilihan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. 17 Pengertian disisilain, bila hal ini tidak terpenuhi, partai politikpun dapat berkoalisi dengan 16 Dalam UU 32 Tahun 2004 Pasal 56 ayat 1 dan Pasal 59 ayat 1 antara lain disebutkan. Tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Kemudian pasangan calon diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik dan pemilih kepala daerah dan wakil daerah harus memilih pasangan calon yang diusung oleh partai politik atau gabungan partai politik Jakarta: Ramdina Prakasa 2004, h. 38-40. Selanjutnya, seperti halnya Pilkada DKI Jakarta 2007, banyaknya partai politik yang berkoalisi yang mendukung pada calon gubernur dan wakil gubernur, pasangan Fauzi Bowo dan Prijanto, untuk memenangkan keduanya. 17 A. Ubaedillah, dkk. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 164. partai politik lain. Langsung ialah, sebagai rakyat mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung dalam Pemilihan Presiden maupun Kepala Daerah. Umum ialah setiap pemilihan yang bersifat umum mengandung makna bagi semua rakyat, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, pekerjaan dan status sosial. Sementara itu, pengertian bebas ialah, setiap rakyat berhak menilai bebas dan menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun, dalam melaksanakan haknya untuk pemilih Presiden maupun Kepala Daerah. Rahasia ialah setiap pemilih dijamin pilihannya tidak akan diketahui oleh siapapun, dalam melaksanakan haknya pemilihan. Kemudian Jujur ialah, dalam penyelenggaran Pemilu maupun Pilkada, aparat pemerintah mengawasi jalannya pemilihan secara jujur dengan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan adil ialah, dalam penyelenggaraan Pemilu maupun Pilkada, setiap pemilih dan calon dipilih harus mendapat perilaku yang sama serta bebas dari kecurangan dari pihak manapun. Kemudian organisasi masyarakat disuatu daerahpun ikut serta dalam berpartisipasi politik dalam Pilkada yang akan diadakan didaerahnya. Hal ini dikarenakan peluang untuk mendukung salah satu calon, yang dapat membagun daerahnya untuk lebih baik lagi dan aman dari aspek apapun.

E. Pilkada DKI Jakarta.

Seperti yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya salah satu ciri dari demokrasi di Indonesia adalah adanya Pemilihan Umum yang berdasarkan langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Agar Pilkada DKI Jakarta dapat