Teori Budaya Politik Kelompok Institusional institutional groups

perannya dalam bidang keagamaan dan ekonomi, 2. Budaya Politik SubjekKaula ialah budaya politik ini ketika anggota masyarakat telah memiliki minat dan kesadaran terhadap sistem sebagai keseluruhan khususnya terhadap masyarakat. Namun masyarakat masih belum memiliki perhatian atas aspek input ataupun kesadarannya sebagai aktor politik, dan 3. Budaya Politik Partisipasi ialah adanya perilaku yang berbeda dari perilaku sebagai subjek, masyarakat menganggap dirinya ataupun orang lain sebagai masyarakat aktif dalam kehidupan politik. Diantara 3 tiga tipe tersebut masyarakat Betawi termasuk budaya politik parokial, karena pelaku politik sering melakukan perannya bersamaan dengan perannya dalam bidang keagamaan, dan bidang ekonomi. Budaya Betawi sangat menjujung tinggi nilai-nilai agama, maka dari itu kehidupan masyarakat Betawi tidak terlepas dari norma-norma agama, seperti menghormati kedua orang tua dan orang lain, budaya Betawi juga mempunyai solidaritas yang sangat tinggi terhadap masyarakat Betawi lainnya. Budaya di kota DKI Jakarta kurang lebih 8 delapan, namun dalam Pilkada DKI Jakarta budaya yang sangat menonjol perannya adalah budaya Betawi. Karena budaya Betawi dari kota DKI Jakarta dan masyarakat Betawi menuangkan aspirasinya melalui beberapa ormas Betawi yang berada disekeliling kehidupan mereka. Forkabi salah satunya diantara ormas Betawi lainnya, ormas Betawi yang berkecimpung dalam Pilkada DKI Jakarta mewakili banyaknya aspirasi masyarakat Betawi untuk memilih gubernur yang mereka cita-citakan.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian:

a. Untuk mengetahui kepentingan apa saja yang mempengaruhi Forkabi dalam Pilkada DKI Jakarta 2007. b. Faktor apa yang mendasari Forkabi memilih dari salah satu kandidat calon gubernur dalam Pilkada DKI Jakarta 2007.

2. Manfaat Penelitian:

a. Pemikir dan Praktisi, informasi ini dapat digunakan sebagai bahan referensi mengenai peran Forkabi dalam Pilkada DKI Jakarta 2007. b. Sebagai bahan menambah wawasan bagi yang membaca skripsi ini mengenai peran Forkabi dalam Pilkada DKI Jakarta 2007. c. Untuk mengetahui kepentingan-kepentingan apa saja mempengaruhi Forkabi dalam Pilkada kota Jakarta 2007.

F. Sistematika Penulisan

Meninjau pokok-pokok masalah penelitian serta metode dan analisis permasalahan, serta untuk mempermudah memahami isi skripsi ini, maka penulis membagi isi skripsi ini menjadi lima bab yang didalamnya terdiri dari beberapa sub bab, adapun sistematika sebagai berikut : Bab pertama: didalam bab ini, penulis menjelaskan mengenai alasan memilih judul, latar belakang masalah yang menjelaskan tentang Forkabi dalam Pilkada DKI Jakarta 2007, agar penulisan skripsi ini lebih terfokus dengan judul maka penulis membatasi dan merumuskan masalah dengan peran Forkabi dalam Pilkada DKI Jakarta 2007, didalam bab inipun penulis sedikit menetatkan beberapa kerangka-kerangka teori diantaranya ialah teori kelompok kepentingan, partisipasi, dan budaya politik, di dalam teori-teori tersebut penulis menjelaskan sejauh mana Forkabi dan masyarakat DKI Jakarta melihat Pilkada yang berlangsung dan baru pertama kalinya memilih secara langsung untuk pemilihan pemerintah daerah tersebut. Bab kedua: Dalam bab ini menjelaskan sekilas tentang organisasi dan latar belakang berdirinya Forkabi dan Bamus, yang menjelaskan tentang organisasi ini. Bab ketiga: Pilkada Jakarta 2007, menjelaskan gambaran umum tentang DKI Jakarta dan pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta 2007, tim pemenang cagub Pilkada 2007 dengan mobilisasi politik dan Partisipasi politik Forkabi. Bab keempat: Bab ini mengulas yang menjadi dasar permasalahan, Forkabi berpartisipasi dalam Pilkada DKI Jakarta 2007 dan menjadikan Fauzi Bowo dengan pasangannya Prijanto menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta periode 2007-2012. Bab kelima: Penutup, yang mencakup kesimpulan penulisan, serta rekomendasi seputar persoalan yang diangkat, sekaligus merupakan akhir dari keseluruhan tulisan yang dibahas dalam skripsi ini. 19 BAB II KIPRAH ORGANISASI ETNIS BETAWI DALAM PILKADA DKI JAKARTA 2007 A. Latar Belakang Berdirinya Bamus Betawi Sejarah mencatat pada tahun 1923 berdiri Perkoempoelan Kaoem Betawi, tercatat pula dalam sejarah bahwa Pemoeda Kaoem Betawi adalah salah satu eksponen pemuda yang menyatukan diri dengan organisasi dan eksponen pemuda lainnya untuk menyatu dalam cita-cita dan citra kemerdekaan dalam kesatuan yang utuh dalam: Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa ialah Indonesia. Tahun 1928, tepatnya pada tanggal 28 Oktober itulah yang memberi makna bahwa Pemoeda Kaoem Betawi berdampingan dengan Jong Java dan Seka Roekoen di tanah jawa, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tanah air Indonesia. 1 Dasar pemikiran itulah yang mendorong dan memberikan semangat kepada kaum Betawi pada kurun waktu tahun berikutnya, dengan bersatu untuk menampilkan citra kebetawian dalam berbagai versi dan permik budaya, diantaranya: Yayasan Mohammad Husni Thamrin dan Lembaga kebudayaan Betawi LKB. Pada dekade 1970 sampai 1980an, makin banyak organisasi kebetawian yang tumbuh dan berkembang, diantaranya: Ikatan Warga Betawi IWARDA, Persatuan Masyarakat Jakarta Muhammad Husni Thamrin PERMAT, Ikatan Keluarga Besar Anak Jakarta LKB ANDA, Ikatan Keluarga Jakarta IKEDA, Ikatan Keluarga Jakarta Sejahtera IKRAR, Keluarga Mahasiswa Betawi KMB, Keluarga Pelajar Betawi KPB, Yayasan Jakarta, Yayasan Rumah Sakit MH Thamrin, Ikatan Keluarga Jakarta IKAB, Kerukunan 1 Wawancara dengan Ketua 1 BAMUS BETAWI, M. Arsani. Pada tanggal 1 Desember 2010.